Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mila Kumalasari

Memahami Pemeriksaan Radiografi Cervical Fraktur: Pentingnya Proyeksi yang Tepat dalam Penanganan Pa

Info Terkini | 2023-12-13 22:19:05

Cervical fraktur merupakan cedera serius yang dapat mengancam kehidupan dan memerlukan penanganan segera. Fraktur ini dapat terjadi akibat berbagai kejadian traumatis, seperti kecelakaan mobil, kecelakaan olahraga, atau kejadian traumatis lainnya. Cervical fraktur dapat mengakibatkan kerusakan pada sumsum tulang belakang, saraf, dan struktur penting lainnya.

Pemeriksaan pada cervical fraktur perlu dilakukan dengan hati-hati karena agar gejala yang terjadi tidak semakin parah dan juga tidak terjadi komplikasi pada daerah fraktur. Selain itu, pemeriksaan pada cervical juga memerlukan karakteristik fraktur, tingkat keparahan, dan kemungkinan keterlibatan struktur saraf, agar pemeriksaan dapat berjalan dengan optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan yang lebih lanjut terkait dengan pemeriksaan radiografi pada cervical vertebrae. Prosedur pemeriksaan pada cervical vertebrae yakni, melakukan pengecekan identitas dan format permintaan foto yang diberikan dokter. Meminta pasien melepaskan kalung, anting atau benda logam yang menimbulkan artefak. Memastikan ruang pemeriksaan dalam keadaan bersih, tanpa noda darah dari pasien sebelumnya dan bersuhu 18-24 derajat celcius. Menyalakan pesawat sinar-x dan alat processing. Mempersiapkan Image reseptor berukuran 18 x 24 cm. Menyiapkan alat fiksasi apabila diperlukan, apron, marker L/R.

Kemudian, untuk proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan radiografi cervical vertebrae dengan klinis fraktur terdapat tiga proyeksi dan posisi yang meliputi AP Axial, Lateral, dan Oblique (RPO dan LPO). Pada proyeksi AP Axial pasien akan diposisikan supine atau erect dengan Mid Sagital Plane (MSP) lurus terhadap Central Ray (CR), kepala lurus dengan garis margin dari gigi ke basis kepala dan tegak lurus terhadap IR, dan tidak ada rotasi dari kepala maupun tubuh. Pada posisi ini juga memiliki kolimasi yang harus sesuai agar gambar dapat terlihat dengan jelas, yaitu 65 kV, 10 mAs, dan FFD sebesar 100 cm.

Pada pemeriksaan Lateral posisi pasien erect( berdiri ) dengan Mid Coronal Plane (MCP) tegak lurus pada pertengahan Image Receptor (IR) dan Mid Sagital Plane (MSP) sejajar dengan Image Receptor (IR), Posisi Shoulder ditekan kebawah dengan tujuan agar tidak menutupi objek. Pada posisi lateral menggunakan kolimasi 65 kV, 10 mAs, dan FFD setinggi 100 cm, dengan tujuan agar mendapatkan hasil citra yang baik.

Proyeksi yang terakhir yaitu oblique. Pada proyeksi dan posisi ini, pasien diperbolehkan untuk supine (terlentang) atau erect (berdiri) tergantung dengan bagaimana kondisi pasien. Lalu posisi objek yang harus dilakukan untuk proyeksi ini yaitu mid sagital plane (MSP) ada pada pertengahan meja pemeriksaan dan tegak lurus terhadap kaset, kemudian kepala dan tubuh dirotasikan 45° terhadap bucky stand dan meje pemeriksaan, lalu dagu diatur ke samping agar tidak superposisi dengan vertebrae, dan jangan lupa dipastikan tidak ada rotasi yang terjadi. Pada proyeksi ini memiliki kolimasi sebesar 65 kV, 10 mAs, dan FFD sebesar 100 cm.

Berbagai proyeksi yang digunakan tersebut, bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan fraktur yang dialami pasien, karena posisi fraktur terkadang tidak hanya di satu tempat. Anatomi yang tampak pada proyeksi AP yaitu discus intervertebralis, body C1- C7, dan Processus spinosus. Proyeksi Lateral menampakkan Posterior arch (C1), body C1- C7, Zygapophyseal joint, processus spinosus, dan intervertebral joint. Pada proyeksi Oblique terlihat Arcus posterior C1, Foramen intervertebralis, Pedicle, dan Corpus C1- C7. Proyeksi cervical proyeksi lateral fraktur menunjukkan patahan C2 yang berorientasi vertikal. Tanda C2 yang mengacu pada peningkatan jarak AP antara margin vertebra C2 jika dibandingkan dengan vertebra C3. Ada juga fraktur bergeser dari proses spinosus C4. Fraktur / dislokasi diamati pada level C5-C6.

Cervical merupakan tulang yang tersusun dari berbagai tulang, ligamen, tendon, vaskuler, dan saraf yang tersambung kepada kepala sehingga pada area cervical sangatlah rentan. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang lebih lanjut terkait cervical vertebrae agar kondisi dan kesehatan pada area tersebut tetap terjaga.

Disusun oleh :

Mila Kumalasari, Juan Farikh Rahmada, Amanda Salsabila, Muhammad Nur Habib, Dyah Putri Eka Febrianti, Agustina Dewinta Puteri, Armareta Berliana Kristanti, Naufal Haidar Rasyid. Kelompok 1 Radiografi Teori, Prodi Teknologi Radiologi Pencitraan Universitas Airlangga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image