Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kevin Maruli

Pentingnya Menjaga Pikiran untuk Diri Sendiri

Eduaksi | Monday, 11 Dec 2023, 23:58 WIB

Belakangan ini, isu kesehatan mental menjadi topik yang banyak diperdebatkan di opini publik. Kesehatan mental merupakan permasalahan yang belum menemukan solusi positif. Banyak sekali kekhawatiran, keraguan, dan kekhawatiran yang terus menghantui setiap individu khususnya pelajar, dan akhirnya berujung pada permasalahan kesehatan mental.

Mengapa menjadi pelajar? Sebab ketika mahasiswa masuk perguruan tinggi, mereka memasuki masa krisis paruh baya. Krisis paruh baya adalah periode di mana seseorang mencari identitasnya antara usia dua puluh hingga awal tiga puluhan (Afifah, 2022). Saat memasuki masa krisis paruh baya, siswa merasa tidak aman, ragu, khawatir, tidak percaya diri, bahkan tersesat. Selain itu, saat memasuki perguruan tinggi, mahasiswa harus menghadapi banyak penyesuaian baru. Jika siswa gagal mengendalikan berbagai emosi negatif yang dialaminya, maka akan berdampak serius bagi kesehatan mentalnya dan berujung pada perilaku yang mematikan.

Organisasi Kesehatan Dunia menjelaskan bahwa hampir satu miliar orang di seluruh dunia hidup dengan gangguan mental. Pada Hari Kesehatan Mental Sedunia 2020, WHO menjelaskan bahwa setiap tahun 3 juta orang meninggal karena minum alkohol dan setiap 40 detik ada yang melakukan bunuh diri. Berdasarkan data riset kesehatan dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2018, ditemukan jumlah penderita gangguan jiwa berat meningkat dari 0,15% menjadi 0,18%. Selanjutnya, angka gangguan psiko-emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas meningkat dari 6,1% menjadi 9,8% (Hafiy & Salmayanti, 2020).

Mengingat jumlah gangguan kesehatan mental yang terus meningkat dari tahun ke tahun, nampaknya permasalahan kesehatan mental akan menjadi semakin penting untuk diatasi.Yang sering terjadi adalah ketika seseorang memasuki bangku kuliah, ia melewati masa-masa kehidupan dengan emosi yang tidak stabil, cemas, takut tidak mampu beradaptasi, dan tidak mampu menghadapi situasi sulit..

Permasalahan yang saya temui. Selain itu, di perguruan tinggi, mahasiswa sering kali menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang tidak siap mereka hadapi. Ada siswa yang tangguh dan kuat dalam menyelesaikan segala permasalahan, namun ada juga siswa yang kurang kuat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehingga menimbulkan gangguan kesehatan jiwa.

Menurut Nuansa (2022), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental siswa, antara lain keluarga, masyarakat, persahabatan, gaya hidup, dan masih banyak lagi faktor lainnya. Permasalahan kesehatan mental nampaknya terus menghantui pelajar, apalagi akhir-akhir ini. Kabarnya, seorang mahasiswa UGM bunuh diri dengan melompat dari lantai 11 sebuah hotel. Siswa melakukan bunuh diri karena gangguan psikologis. Korbannya adalah seorang mahasiswa baru berusia 18 tahun.

Jika menyaksikan kejadian tersebut pasti banyak orang yang bertanya-tanya kenapa seorang mahasiswa baru bisa mengalami gangguan psikologis.Siswa dapat mengalami gangguan psikologis sewaktu-waktu. Memulai kuliah memang membutuhkan banyak penyesuaian, karena ketika mulai kuliah akan terjadi peralihan dari SMA ke perguruan tinggi dan tidak semua siswa dapat dengan mudah melewati masa transisi tersebut. Saat memasuki bangku kuliah, banyak mahasiswa yang harus meninggalkan orang tua, keluarga dan orang-orang tercintanya.

Hal ini dapat mempengaruhi psikologi anak, karena ketika jauh dari orang tua, keluarga dan orang-orang tercinta, seringkali anak tidak mempunyai tempat untuk berbicara, mengeluh dan mengungkapkan emosi cemas lainnya. Selain itu, menurut penulis, siswa tidak mudah beradaptasi dengan pertemanan dan hubungan baru.Menyaksikan banyaknya kasus mantan pelajar yang menderita penyakit jiwa bahkan pikiran untuk bunuh diri telah membuka mata masyarakat (khususnya pelajar) untuk memperhatikan dan tidak mengabaikan masalah kesehatan mental ini.

Setiap pelajar hendaknya menyadari pentingnya menjaga kesehatan mentalnya dengan menjauhi orang-orang yang dapat membahayakan kesehatan mentalnya. Hal ini akan menjadi pembelajaran bagi seluruh siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan mental diri sendiri. Jangan pernah berpikir bahwa masalah kesehatan mental adalah hal yang sepele, itu adalah masalah yang sangat penting untuk diwaspadai.

Perlu Anda ingat juga bahwa semua emosi adalah hal yang wajar dan setiap orang berhak untuk bersedih, menangis, kecewa atau marah sebelum situasi tertentu terjadi. Namun kita harus ingat bahwa kesehatan mental harus tetap dijaga, karena tidak ada orang lain selain diri kita sendiri yang akan bersama kita selamanya. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar kesehatan mental siswa tetap terjaga, seperti meluangkan waktu untuk diri sendiri, tidak berantakan, tidur yang cukup, membatasi kontak dengan orang yang dapat mengalihkan perhatian, melepaskan tenaga, rajin berdoa dan masih banyak lagi.

 Tentu saja saya selalu sibuk. Terhubung dengan teman. keluarga mereka. .Sayangi diri sendiri dan jaga kesehatan mental karena masa depan kita masih panjang. Jangan melakukan tindakan yang berakibat fatal seperti bunuh diri, melukai diri sendiri dan tindakan negatif lainnya, karena masih banyak hal baik dan menyenangkan lainnya yang akan Anda alami di kemudian hari. Dan kepada pembaca sekalian, jangan sekali-kali mengolok-olok penderita penyakit jiwa, karena masalah ini serius.

Cobalah untuk menjadi pendukung yang baik bagi teman atau orang di sekitar Anda yang sedang mengalami masalah kesehatan mental. Cobalah untuk menyemangati mereka dan tidak membuat mereka semakin patah semangat. Meskipun dukungan yang Anda berikan sangat minim, hal ini akan sangat membantu mereka yang berjuang dengan masalah kesehatan mental. Permasalahan kesehatan mental ini dapat diatasi jika semua pihak dapat berkontribusi secara efektif dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image