Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maya Dyan Natasya

Eksistensi Habib Abdullah bin Faqih sebagai Ulama Hadis Nusantara

Agama | 2023-12-11 13:34:34

Oleh: Maya Dyan Natasya

Mahasiswi Ilmu Hadis UIN SATU Tulungagung

Latar Belakang Habib Abdullah bil Faqih

Habib Abdullah bil Faqih lahir di Surabaya pada tanggal 12 Rabiul Awal 1355 H yang bertepatan dengan 1 Juni 1936 M, beliau merupakan putera dari Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih, seorang ulama yang menguasai Ilmu Hadits dan banyak menjadi rujukan pada zamannya. Ibunya bernama asy-Syarifah Ummi Hani binti Abdillah bin Agil. Habib Abdullah mempunyai jalur keturunan langsung kepada Nabi Muhammad Saw. Nasab beliau adalah: al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad al-Faqih bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa an-Naqib bin Ali al-‘Uraidhi bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra binti Rasulullah saw.

Sejak kecil Habib Abdullah berada dibawah asuhan dan bimbingan ayahnya. Antara keduanya terdapat keseimbangan, yaitu ketekunan sang guru (Ayahnya, yaitu al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih) dalam mengajar dan kegigihan sang murid (al-Habib Abdullah) dalam mengikuti petunjuk dari sang guru serta dalam menuntut ilmu. Selain kepada ayahnya Habib Abdullah juga belajar kepada al-Habib Ali bin Husein al-Attas di Jakarta, yang dikenal dengan sebutan Habib Ali Bungur, seorang ‘alim dan sebagai tokoh ulama yang dijadikan rujukan para ulama dizamannya.

Habib Abdullah merupakan seorang yang ulet dan tekun dalam belajar, sehingga pada saat itu tidak ada yang bisa disamakan dengan beliau dalam hal belajar. al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih pernah mengatakan: “Aku telah mewariskan kepada puteraku ini empat puluh satu cabang ilmu agama.” Karenanya, tidaklah mengherankan jika pada usia 7 tahun, al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bil faqih sudah mampu menghafal al-Qur’an dan pada usia sekitar 20 tahun ia telah mampu menghafal Kitab Hadis Bukhari dan Muslim lengkap dengan matan serta sanadnya yang bersambung hingga Rasulullah saw. Habib Abdullah bin Abdul Qadir meninggal dunia pada tanggal 23 Jumadil Ula 1412 H bertepatan dengan 30 November 1992 karena sakit. Banyak sekali orang yang datang dalam pemakaman Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih untuk memberi penghormatan kepada beliau.

Perspektif Habib Abdullah bil Faqih mengenai Hadis

Pemikiran Habib Abdullah bil Faqih bisa dilihat dalam metode dakwahnya yang selalu disampaikan kepada masyarakat Indonesia. Beliau selalu berharap agar setiap orang dapat selalu mengerjakan amal yang baik dan meninggalan yang munkar. Hadis yang dapat menguatkan apa yang telah disampaikannya selalu dijadikan rujukan utama setelah al-Qur’an. Kecerdasan Habib Abdullah bil Faqih dalam berdakwah menyebarkan hadis berawal dari didikan yang baik sejak kecil. Adapun diantara kitab-kitab hadis yang dipelajarinya adalah, Kitab Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan at-Tirmidzi, Musnad al-Imam asy-Syafi’i, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hambal, Muwatha’ karya al-Imam Malik, an-Nawadirul Ushul karya al-Imam Hakim at-Tirmidzi, al-Mu’jam ats-Tsalats karya Abul Qasim ath-Thabrani.

Tidak hanya sekedar menghafal hadits, al-Habib Abdullah juga memperdalam ilmu musthalah hadits, yaitu ilmu yang mempelajari hal ihwal hadits berikut para perawinya. Juga ilmu rijalul hadits, yaitu ilmu tentang para perawi hadits. Beliau juga menguasai Ilmu jarh wa ta’dil dengan mempelajari Kitab at-Taqrib at-Tahzib karya al-Imam Ibnu Hajar al-Asqallani, al-Mizan at-Ta’dil karya al-Hafidz adz-Dzahabi.

Dalam berdakwah Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih mengajak kepada para umatnya agar menanamkan rasa cinta yang mendalam kepada Allah swt dan Rasul-Nya serta selalu menerapkan ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah saw. Selain dikenal sebagai ulama yang ahli dalam ilmu hadis, al-Habib Abdullah juga mumpuni dalam berbagai disiplin keilmuan lainnya, terutama dalam ilmu tasawuf dan fikih. Semua itu ia pelajari langsung dari ayahandanya. Dalam ilmu fikih ia mempelajari kitab fikih empat madzhab, (Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) termasuk kitab-kitab fikih lainnya, diantaranya adalah: Fatawa al-Imam Ibn Hajar, Fatawa al-Imam Ramli dan al-Muhadzab al-Imam an-Nawawi.

Sunah-sunah Rasulullah yang dikerjakan Habib Abdullah bil Faqih

Hubungan al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih dengan Baginda Rasulullah saw bukan hanya faktor nasab saja, melainkan sebuah petunjuk dan ‘inayah Allah swt yang memberikan ma’rifat (Pengenalan yang sangat mendalam) kepada hamba yang telah dipilih-Nya. Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dari Sahabat Abdullah bin Umar: “Belum dikatakan beriman salah seorang diantara kalian, sehingga aku (Rasulullah saw.) lebih dicintai dari pada anaknya, orang tuanya, harta bendanya, dan dari sekalian manusia.”

Sebagaimana yang pernah diucapkan oleh al-Habib Abdullah Bilfaqih: “Janganlah mencintai Rasulullah saw dengan cinta yang dusta. Kita menyatakan cinta, namun kita jauh dari ajarannya. Maka itu merupakan cinta yang palsu serta sebuah kebohongan belaka.” Telah kita ketahui bersama bahwa al-Habib Abdullah Bilfaqih adalah seorang ulama ahli hadis yang senantiasa menyebarluaskan sunnah-sunnah Rasulullah saw. Sudah barang tentu hubungan rohaninya dengan Baginda Rasulullah saw sangatlah dekat. Dalam berbagai forum, ia selalu menyampaikan hadis-hadis Rasulullah saw. Setiap kali ia menyebut nama Rasulullah saw, selalu dengan sebutan sempurna yang menunjukkan rasa ta’dzimnya (Hormat.) terhadap Rasulullah saw. Pada saat majelis taklimnya, ia mengajak para hadirin bertawassul serta bershalawat kepada Baginda Muhammad saw. Saat ia menyebutkan nama Rasulullah saw selalu diiringi dengan cucuran air mata. Tentu saja hal ini bukan sesuatu hal yang dibuat-buat, sebagaimana yang dituduhkan sebagian kelompok kepada dirinya.

Beliau adalah seorang hamba yang dekat dengan Tuhannya. Tidak ada waktu yang terlewat tanpa diisi dengan ibadah. Ibadahnya telah mencakup ibadah dzahir dan batin. Habib Abdullah bil Faqih merupakan ulama yang benar-benar memegang teguh hukum yang telah ditetapkan Allah swt dan Rasul-Nya. Sebagaimana ayahandanya, jangankan perkara yang haram, yang makruh pun tidak ia lakukan. Prinsipnya dalam menjaga syari’at ini betul-betul diperhatikan dan selalu dipegang teguh. Tak hanya bagi dirinya, bahkan itu juga ia terapkan pagi para murid didiknya. Ia selalu menekankan kepada para muridnya agar tidak melihat wanita yang bukan muhrimnya, karena itu merupakan perbuatan haram dan dosa. Bagi para murid yang melanggar akan hal ini maka ia akan memberikan peringatan dan sanksi yang tegas. Begitu pula ia akan marah serta memberikan sanksi yang berat bagi para murid yang terlambat menunaikan Shalat Subuh (Hingga terbitnya matahari.) dan perkara-perkara lain yang menyalahi aturan agama.

Ia berbuat semacam ini semata-mata sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang terhadap para muridnya. Tujuannya agar para murid benar-benar dapat menerapkan syariat agama yang telah diajarkan kepada mereka. Perhatian yang sangat besar dan keseriusan dalam mendidik para muridnya, membuat para santri dapat benar-benar melaksanakan hukum-hukum agama yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Ia menginginkan agar para santrinya itu dapat mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya. Sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam Abu Syeikh dari Sahabat Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, yang artinya: “Orang yang berilmu adalah orang yang mampu mengamalkan ilmunya.” Shalat sunnah baginya merupakan shalat yang wajib. Ia tidak pernah meninggalkan shalat-shalat sunnah yang telah dianjurkan dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Ditengah malam ia selalu istiqamah menjalankan Shalat Tahajjud, membaca al-Qur’an, membaca shalawat, mendo’akan para murid-muridnya, serta menulis artikel-artikel keagamaan.

Karya-karya Habib Abdullah bil Faqih

Semasa hidupnya, Habib Abdullah Bilfaqih banyak menulis, baik buku, artikel dan karya tulis lainnya, diantara karya-karya Habib Abdullah Bilfaqih yaitu:

1. Siapakah Ahlussunnah wal jama’ah?

2. Mengapa umat Islam menerima Pancasila?

3. Islam dan Tanda-tandanya, Iman serta bagian-bagiannya.

4. Majmu’atul Fatawa Wal Buhuhts al-Islamiyyah.

5. Irghamul Balid Fi Akhkamil Ijtihad Wataqlid.

6. al-Qaulurrasyiin Fi Adillatittalqin.

7. al-Mulhah.

8. Tanwirul Ghayahib.

9. Fatwa Maulid.

10. Serangkum Khutbah.

Dari banyak karya tulis tersebut, secara spesifik belum ada karya yang benar benar membahas hadits secara lengkap

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image