Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Tiga Langkah Menjaga Kesehatan Otak

Gaya Hidup | Saturday, 09 Dec 2023, 15:07 WIB
Ketidakaktifan fisik menghadirkan risiko yang lebih besar untuk penyakit neurodegeneratif pada wanita dibandingkan pria.

Beberapa penelitian menemukan bahwa hingga 40 persen kasus demensia dapat dicegah. Hal tersebut dikatakan Dr Jessica Caldwell, direktur Women's Alzheimer's Movement Prevention Center di Cleveland Clinic di Las Vegas, Amerika Serikat.

Beberapa perubahan gaya hidup di usia paruh baya, termasuk berhenti merokok, mengurangi asupan alkohol, tidur lebih nyenyak, dan tetap aktif secara mental dan sosial, dapat membantu pencegahan.

Namun, bagi wanita menopause, para ahli mengatakan bahwa ada tiga hal yang mungkin paling berpengaruh dalam mengatasi gejala jangka pendek maupun risiko demensia jangka panjang. Apa saja?

1] Terapi hormon, pada waktu yang tepat

Selama beberapa dekade, para peneliti khawatir bahwa terapi hormon yang digunakan untuk mengobati gejala menopause dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia pada wanita yang lebih tua. Namun, penelitian terbaru, termasuk yang diterbitkan pada bulan Oktober lalu, yang mengulas temuan lebih dari 50 penelitian, menyebut bahwa terapi hormon yang dimulai sekitar waktu ketika gejala menopause dimulai dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit Alzheimer dan demensia.

Penelitian lain menemukan bahwa terapi hormon tidak berpengaruh pada demensia dan risiko Alzheimer, kata Dr Pauline Maki, seorang profesor psikiatri dan direktur Program Penelitian Kesehatan Mental Wanita di University of Illinois di Chicago. Namun, menurutnya, perawatan ini efektif dalam mengatasi hot flashes dan keringat di malam hari serta meningkatkan kualitas hidup, yang kesemuanya merupakan "faktor penentu penting bagi kesehatan otak.

2] Olahraga yang konsisten

Ketidakaktifan fisik menghadirkan risiko yang lebih besar untuk penyakit neurodegeneratif pada wanita dibandingkan pria. "Kita tahu bahwa ketidakaktifan fisik merupakan faktor risiko demensia. Dan wanita sepanjang hidup mereka, rata-rata dua kali lebih mungkin untuk tidak aktif secara fisik daripada pria," kata Dr Jessica Caldwell.

Sebuah studi tahun 2018 yang memantau hampir 200 wanita paruh baya selama 44 tahun menemukan bahwa semakin tinggi tingkat kebugaran mereka di awal penelitian, semakin rendah risiko mereka terkena demensia di kemudian hari. Dr Lisa Mosconi, direktur Women's Brain Initiative di Weill Cornell Medicine, New York, menemukan bahwa pemindaian otak wanita paruh baya yang aktif secara fisik memiliki lebih sedikit biomarker Alzheimer dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang tidak banyak bergerak.

3] Pola makan yang sehat

Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah menemukan bahwa diet tertentu, seperti diet Mediterania dan diet MIND yang cukup mirip, yang memprioritaskan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, protein tanpa lemak dan lemak sehat, dikaitkan dengan penurunan risiko demensia pada pria dan wanita.

Diet Mediterania secara khusus tampaknya menjadi alat pelindung, bahkan untuk wanita dengan risiko genetik untuk penyakit Alzheimer, kata Dr Mosconi.

Penelitian awal menunjukkan bahwa bakteri usus tertentu -- yang dipelihara oleh pola makan kaya nabati -- dapat membantu menyeimbangkan kadar estrogen dalam tubuh.

Banyak dari perubahan gaya hidup ini membutuhkan waktu yang tidak dimiliki oleh banyak wanita paruh baya, kata Dr jessica Caldwell.

"Kita diharapkan oleh masyarakat untuk mengutamakan diri kita sendiri setelah orang lain, apakah itu anak-anak, orang tua atau pasangan, dan kita harus menjaga diri kita sendiri dalam daftar prioritas," katanya.

Menurutnya, karena jika kita tidak melakukan perilaku menjaga kesehatan seperti ini, kita tidak akan mendapatkan penuaan otak yang sehat seperti yang kita inginkan.***

Sumber: The New York Times

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image