Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siska Laili

Sepotong Kesan Mengabdi untuk Anak-anak Migran di Negeri Seberang

Filantropi | Tuesday, 05 Dec 2023, 15:05 WIB

Langit jogja sore itu tampak mendung. Rasanya sendu sekaligus bersyukur. Sendu sebab kami akan meninggalkan Jogja sebagai rumah yang nyaman selama satu bulan lamanya. Dan bersyukur kepergian kami seakan disambut oleh rahmat-Nya berupa hujan, di saat Jogja lagi panas-panasnya. Akhirnya, setelah melalui proses panjang, selasa, 14 November 2023 pukul 08.30 kaki kami dengan selamat menginjak bandara internasional Penang, Malaysia. Kami datang bukan untuk jalan-jalan seeprtihalnya para wisatawan. Namun, kami datang untuk mengambil sebagian peran kecil dalam misi mencerdaskan anak bangsa. Mungkin bagi orang lain, hal ini adalah hal yang biasa. Namun, bagi kami pengalaman berbagi ilmu dengan anak-anak migran Indonesia di Malaysia adalah pengalaman yang sangat bernilai. Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kemitraan Internasional (KI) angkatan 9 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta kami berbagi apa yang kami bisa bagi dengan setulus hati.

Saat kami sampai di Sanggar Belajar (SB) Anak Malaysia Indonesia (AMI) Penang, riuh suara anak-anak sangat ramah. Rasanya seperti bertemu orang dekat yang lama pergi dan datang kembali. Ya begitulah rasanya, senang dan rindu, sebab akan belajar pengetahuan baru dengan "Cikgu-cikgu" baru. Saat pertama kali melihat garit wajah mereka, rasanya pun tidak asing. Karena memang kami berasal dari keturunan yang sama, yaitu Indonesia. Hanya saja memang beberapa wajah nusantaranya tidak begitu kental, sebab pernikahan orang tuanya dengan orang luar negeri, seperti Bangladesh, Mnyanmar, dan Malaysia sendiri. Bahasa yang mereka pakai pun adalah bahasa melayu. Maklum, karena mereka tumbuh dan berkembang di tanah Malaysia yang tentunya budaya melayu lebih kuat dari pada budaya Indonesia.

Wajah mereka sangat polos. Mereka sangat jujur dalam menjalani takdir mereka sebagai anak migran Indonesia di Malaysia yang tidak bisa memperoleh akses pendidikan yang seharusnya. Mungkin, saat ini mereka tidak mengerti betul posisi sulit yang ada di depan mata. Mungkin pula, lebih baik begitu agar mereka tidak terlalu memusingkan urusan ranah dewasa. Otak mereka masih terlalu kecil untuk mengerti kerasnya hidup di negeri orang. Biarlah mereka belajar dengan jujur dan mendapat hak yang seharusnya mereka dapat dengan tulus. Sekalipun dengan fasilitas baik dalam bentuk materi maupun sumber daya manusia (guru) yang apa adanya. Setidaknya sedikit banyak mereka memiliki bekal, agar kelak ketika semuanya sudah waktunya mengerti, mereka mampu mencerna segalanya dengan lebih bijak.

“Apa jadinya anak-anak Indonesia di sini kedepannya jika mereka tidak mengerti baca dan hitung. Itu saja yang paling dasar. Kami memang tidak berlatar pendidikan tinggi, tapi paling tidak ada hal dasar yang bisa kami bagikan. Selain itu, saat pemerintah Indonesia tidak sepenuhnya hadir menyokong kesejahteraan pendidikan anak-anak migran Indonesia di Malaysia, siapa lagi yang akan peduli.” Begitulah sekelumit curahan hati Cikgu Mia, pengelola SB AMI Penang. Memang benar, di balik suatu hal hebat ada orang-orang hebat yang sepenuh hati dalam berkorban dan berjuang untuk masa depan generasi bangsa yang lebih baik. Bagi Cikgu Mia, mengelola SB adalah wujud cintanya kepada tanah kelahiran, Indonesia. Sekalipun berpuluh-puluh tahun hidup di negeri orang, tapi rasa cintanya kepada tanah moyang begitu luar biasa.

Sungguh, KKN ini bagi kami bukan sekadar program sementara, melainkan kisah perjuangan, kepedulian, dan keikhlasan yang telah kami bagikan kepada anak-anak imigran Indonesia di SB AMI Penang yang kenangannya akan abadi selama hidup kami. Setiap momen yang kami lewati bersama mereka, setiap senyum yang kami hadirkan, merupakan investasi tak ternilai bagi masa depan mereka. Setiap lima waktu kami sujud bersama, melantunkan kalam-Nya dengan takzim bersama, dan belajar segala hal sepanjang hari hingga malam tiba. Rekam senyum semangat, riuh ocehan, serta tangisan mereka ketika saling ejek yang kemudian mengadu kepada kami adalah bumbu-bumbu yang melekat dalam ingatan kami.

Kami sangat bahagia ketika mereka antusias mengenal budaya Indonesia. Bisa dikatakan, Ampar-ampar pisang dan Mana-dimana adalah lagu daerah Indonesia yang paling banyak mereka hafal. Bahkan, mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka adalah asli keturunan Indonesia saja, kami sudah sangat senang sekali. Aapalgi saat mereka dengan semangat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya. Duh rasanya, senang sekali. Setidaknya masih ada rasa cinta mereka terhadap tanah moyang sekalipun tumbuh kembang di negeri seberang.

Ketika mereka merasa mendapat banyak hal dari kami, sejatinya kamilah yang mendapat banyak hal dari mereka. Kami belajar apa arti bersyukur, menerima, dan ikhlas membantu. Ya, bagaimana kami tidak bersyukur, setiap hari kami disajikan dengan kehidupan anak-anak migran Indonesia yang sebenarnya tidak bisa sebebas kami dan harus selalu berhati-hati. Sedangkan kami, sangat Alhamdulillah bisa menempuh pendidikan dengan layak, dimanapun kami mau. Kami pun bisa kemana-mana tanpa harus takut dicekal, sebab bisa dikatakan merdeka dan legal.

Pengalaman KKN ini telah membuka mata kami terhadap realitas yang sering terlupakan, yaitu kebutuhan akan pendidikan yang merata. Menyaksikan semangat anak-anak imigran Indonesia dalam mengejar pendidikan tanpa akses yang memadai menggugah hati dan membangkitkan keinginan kami untuk terus membantu. Melalui interaksi dan kontribusi kami, semoga kehadiran kami dengan ilmu yang kami beri dapat sedikit banyak menumbuhkan kepercayaan dalam diri mereka untuk optimis mengejar mimpi di tengah-tengah keterbatasan.

Dalam batas waktu yang hanya satu bulan ini, tiada kata terima kasih dan semoga yang kami ucapkan. Terima kasih kepada Tuhan atas kesempatan berharga yang telah ditakdirkan kepada kami untuk bisa bertemu dengan anak-anak hebat SB AMI Penang, Malaysia. Semoga, waktu kami yang singkat ini bisa memberi manfaat yang melekat sepanjang hayat. Pun, bulan-bulan selanjutnya semoga semakin banyak generasi-generasi muda Indonesia yang tergerak hatinya untuk mengabdikan ilmu, waktu, dan tenaganya turut mengambil peran mencerdaskan anak bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image