Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rayina Zahra

Lingkungan Kotor Berpotensi Sebabkan Diare? Simak Penjelasannya!

Eduaksi | Saturday, 02 Dec 2023, 16:48 WIB
Ilustrasi orang yang sedang mengalami diare (sumber: https://www.istockphoto.com/id)

Penyakit diare termasuk salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan yang menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Diare juga didefinisikan sebagai peningkatan volume dan kadar air pada feses. Secara istilah, diare disebut sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan disertai oleh tanda-tanda dehidrasi.

Diare dibagi menjadi 3 jenis ,yaitu yang pertama diare akut sering juga disebut dengan gastroenteritis, yaitu diare yang muncul secara cepat dan disertai dengan beberapa gejala berupa mual, muntah, demam, dan nyeri abdomen yang berlangsung selama kurang dari 14 hari. Jenis kedua, yaitu diare kronik atau keluarnya feses dalam bentuk air dengan hebat. Diare kronik ini disertai dengan gejala berupa frekuensi buang air besar yang terus meningkat, konsistensi feses semakin lembek, atau volume feses yang semakin bertambah dalam rentang waktu lebih dari 14 hari. Kemudian, jenis diare yang terakhir, yaitu diare persisten atau diare yang mula-mula bersifat akut, namun berlangsung lebih dari 14 hari. Dapat dimulai sebagai diare cair akut atau disentri. Diare persisten sering disebabkan oleh beberapa bakteri/ parasit yang masuk dalam tubuh seorang anak.

Berdasarkan data yang diambil dari Survei Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi diare yaitu sebesar 8% pada semua kelompok umur, 12,3% pada anak kecil, dan 10,6% pada bayi. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa diare dapat terjadi pada semua kelompok, mulai dari bayi, anak kecil, hingga dewasa. Faktanya, kelompok balita merupakan penyebab kasus diare terbanyak di Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menerapkan pola hidup sehat agar kita dan keluarga dapat terhindar dari diare.

Berbicara tentang membiasakan hidup sehat, penyakit diare ini memang tidak dapat dilepaskan dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut meliputi sanitasi lingkungan, seperti sarana air bersih, sarana jamban keluarga, pengelolaan sampah, kebiasaan cuci tangan, dan sanitasi makanan.

Sebelum mengenal lebih lanjut mengenai faktor lingkungan yang berperan penting dalam penyebaran penyakit diare, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan adalah upaya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat yang bertujuan untuk mengurangi risiko terkena penyakit. Sanitasi lingkungan ini sangat berhubungan dengan penyebaran penyakit diare, karena sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan.

Ilustrasi sanitasi lingkungan yang buruk (sumber: https://pixabay.com/id/)

Sanitasi lingkungan yang buruk dapat meningkatkan potensi terjadinya penyakit diare. Sebagaimana yang disampaikan pada teori Bloom yang menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat ditentukan faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor hereditas. Sanitasi lingkungan mempunyai kedudukan yang paling krusial dalam kehidupan sehari- hari karena berpengaruh terhadap kesehatan seseorang dan masyarakat.

Untuk mencapai kondisi sanitasi lingkungan yang baik, sangat diperlukan adanya kesadaran dari masyarakat untuk memperbaiki kualitas kebersihan dan sanitasi lingkungan agar masyarakat terhindar dari berbagai macam penyakit termasuk diare.

Ada beberapa upaya preventif yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya penyakit diare, berikut diantaranya:

1. Menggunakan air bersih yang cukup

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya. Jika kualitas air tidak terjaga, maka air tersebut dapat menjadi sumber penyebaran penyakit diare.

2. Mencuci tangan

Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dapat mencegah tangan kita terkontaminasi dari kuman karena tangan memang terlihat bersih tetapi sebetulnya mengandung banyak kuman, cuci tangan harus dilakukan sebelum makan, setelah menggunakan toilet, membersihkan atau membuang sampah, menyentuh hewan atau kotoran hewan. Jika sebelum makan kita tidak mencuci tangan terlebih dahulu, maka kuman dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit diare.

Ilustrasi pengelolaan sampah dengan memilah sampah organik (sumber: https://www.freepik.com/)

3. Pengelolaan sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya kuman dan bakteri. Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan bau tidak sedap dan pemandangan yang tidak nyaman untuk dilihat. Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan memilah jenis sampah dan menerapkan 3R (reduce, reuse,recycle). Dengan adanya pengelolaan sampah yang baik maka dapat diharapkan lingkungan menjadi bersih dan sehat.

4. Sarana pembuangan air limbah

Pembuangan air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran air dan tanah. Kemudian pencemaran tersebut dapat menjadi sarang bagi vektor penyebab diare, khusunya lalat. Setelah itu, lalat dapat mengontaminasi makanan dan minuman yang kita konsumsi dan menyebabkan penyakit diare.

5. Menggunakan Jamban

Penggunaan jamban dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit diare. Setiap keluarga wajib buang air besar di jamban sehingga tidak akan mencemari sumber air yang ada di sekitarnya. Selain itu, setiap keluarga juga harus melakukan pembersihan jamban secara teratur, serta gunakan alas kaki jika akan buang air besar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image