Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabila Alifia

Proses Pembelajaran yang Kurang Efektif Menjadikan Siswa Kurang dalam Berpikir Kritis

Edukasi | 2023-12-02 11:26:04

Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembentukan generasi yang berkualitas. Salah satu tujuan utama dari Pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis pada siswa. Namun, terdapat proses pembelajaran kurang efektif yang dapat menghambat perkembangan kemampuan ini.

Pembelajaran dikelas, Selasa (31/10/2023). Foto: Dokumentasi Pribadi

Salah satu proses pembelajaran yang kurang efektif adalah pengajaran yang hanya bersifat pasif. Metode pengajaran yang seri kali mengutamakan guru sebagai sumber pengetahuan utama, sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi, yang dapat mengecilkan ruang untuk berpikir kritis. Siswa cenderung lebih pasif dalam menghadapi materi Pelajaran dan kurang diajak untuk berpikir secara kritis.

Metode Pembelajaran Yang Menghambat Pemikiran Kritis Siswa

Beberapa metode inilah yang dapat menghambat pemikiran kritis siswa, mari kita Simak!

1. Metode Pengajaran Konvensional

Metode pengajaran konvensional umumnya digunakan dalam pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. Metode ini biasanya melibatkan pengulangan atau repetisi materi Pelajaran, dengan fokus pada menghafal dan Latihan dalam teks. Penilaian yang dilakukan dengan pendekatan ini biasanya berfokus pada seberapa baik siswa memahami materi yang diajarkan.

Metode pengajaran konvensional biasanya melibatkan guru memberikan penjelasan atau ceramah kepada siswa. Dalam pendekatan ini, siswa hanya menerima informasi dan tidak memiliki banyak kesempatan untuk berpikir kritis atau berpartisipasi secara aktif.

Menurut Bellanca dalam Safrina, dkk (2014: 14) bahwa “Pembelajaran konvensional yakni pembelajaran yang menekankan pengendalian guru atas kebanyakan kejadian dan penyajian pembelajaran terstruktur di ruangan kelas”.

2. Kurangnya Interaksi Dan Tatap Muka

Proses belajar mengajar dapat terganggu jika tidak ada interaksi dan tatap muka antar siswa dengan pendidik. Kurangnya interaksi dan tatap muka inilah yang menyebabkan siswa kurang berpikir kritis. Karena, kurangnya kemampuan siswa untuk memahami materi, mengajukan pertanyaan, dan berbicara dengan guru dan teman sekelas mereka.

“Pembelajaran tatap muka merupakan proses pembelajaran yang menunjang untuk keberhasilan belajar, seseorang pendidik tidak mampu menilai kemampuan peserta didiknya tanpa melalui proses pembelajaran berbasis tatap muka” ucap Kemendikbud.

Dalam proses belajar mengajar, interaksi antara guru dan siswa sangat penting karena tidak hanya siswa yang mendapatkan manfaat, tetapi juga guru yang memperoleh umpan balik tentang seberapa baik siswa memahami materi. Dalam pembelajaran tatap muka, interaksi dan komunikasi menjadi lebih mudah karena mereka dapat berinteraksi satu sama lain secara langsung, yang membuat siswa lebih mudah untuk memahami apa yang disampaikan guru dan berpikir secara kritis.

3. Kurangnya Personalisasi Pembelajaran

Kurangnya personalisasi pembelajaran dapat memengaruhi kurangnya berpikir kritis siswa. Personalisasi pembelajaran adalah metode yang mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan gaya belajar siswa untuk membuat belajar lebih relavan dan efektif. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menghambat personalisasi pembelajaran:

1. Kurangnya partisipasi orang tua dalam proses pembelajaran dapat menyulitkan pembelajaran untuk di personalisasikan.

2. Kurangnya motivasi, siswa mungkin tidak termotivasi untuk menerapkan personalisasi pembelajaran. Personalisasi pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa dengan membuat pembelajaran lebih menarik dan relavan.

3. Kurangnya keterlibatan siswa, personalisasi pembelajaran membutuhkan pertisipasi aktif siswa dalam menentukan kebutuhan dan minat mereka.

Sangat penting bagi semua pihak untuk terlibat dalam personalisasi pembelajaran, termasuk orang tua, guru, dan siswa. Orang tua dapat mendukung personalisasi pembelajaran dengan mendampingi siswa secara aktif. Guru juga dapat menerapkan strategi personalisasi pembelajaran, seperti menemukan kebutuhan dan minat siswa menggunakan berbagai sumber daya dan metode yang sesuai dengan gaya belajar mereka. Siswa juga harus lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

4. Metode Pembelajaran yang Monoton

Metode pembelajaran yang monoton adalah metode pembelajaran yang dilakukan secara rutin dan tidak bervariasi. Metode ini dapat membuat siswa bosan, tidak aktif,, dan tidak semangat selama proses pembelajaran yang mengahasilkan kurangnya siswa dalam berpikir kritis. Menurut Megayanti (2016), rasa malas atau bosan tersebut bisa timbul dari dalam diri siswa dan pengaruh dari luar. Pengaruh dari dalam diri siswa bisa saja disebabkan karena kurangnya motivasi dari dalam diri dan kelelahan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Sedangkan pengaruh dari luar misalnya lingkungan yang tidak nyaman, fasilitas yang kurang mendukung, dan metode pembelajaran yang monoton.

Dengan rasa malas dan bosan itu yang terjadi adalah siswa mengobrol dengan teman sebangku dan tidak memerhatikan gurunya. Otak mereka bukan dipakai untuk berpikir kritis melainkan berpikir diluar pembelajaran.

5. Kurangnya Metode Pembelajaran Yang Aktif dan Kolaboratif

Kurangnya penerapan metode pembelajaran yang aktif dan kolaboratif juga dapat menjadi penyebab siswa kurang berpikir kritis. Metode pembelajaran aktif, seperti proyek kolaboratif atau diskusi kelompok, dapat mendorong siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif dan mengeksplorasi berbagai sudut pandang. Namun, jika Pelajaran hanya berfokus pada tugas individu atau ceramah, siswa tidak memiliki kesempatan untuk berpikir kritis.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image