Krisis Kesehatan Mental Mahasiswa
Eduaksi | 2023-11-30 03:49:11Federasi Kesehatan Mental Dunia pada tahun 1948 menjelaskan bahwa kesehatan mental adalah suatu keadaan yang mengutamakan nilai-nilai dan tujuan perkembangan individu, terutama dari aspek emosional, fisik, atau intelektual, dan tidak berbanding terbalik dalam artian tidak menyimpang atau berbeda. WHO memprediksi bahwa kesehatan mental neurologis serta penggunaan zat masuk dalam 10% dari beban penyakit global pada umumnya terjadi pada individu usia 15-19 tahun individu, yang berusia 18-23 tahun melaporkan telah mengalami episode depresi mayor.
Sub utama depresi remaja merupakan kesehatan mental walaupun belum diketahui penyebab utamanya tetapi para ahli sudah melakukan hipotesis difusi media sosial menjadi kontribusi, Faktormya media sosial berpengaruh pada remaja meliputi self image serta hubungan secara intrapersonal dengan tolak ukur perbandingan sosial atau interaksi negatif termasuk pada cyberbullying dan bunuh diri dikalangan remaja. Penelitian menunjukkan bahwa ada efek negatif dari ke hasil tergantungan terhadap media sosial terhadap aspek sosial individu. Hal ini mengindikasikan bahwa ketergantungan pada media sosial sangat berkaitan dengan timbulnya kecemasan sosial, depresi, dan perasaan kesepian.
Hal ini bukan hanya terjadi pada pelajar tingkat menengah, tetapi juga dapat memengaruhi mahasiswa di perguruan tinggi. Kesehatan mental mahasiswa telah menjadi perhatian yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa faktor yang mempengaruhi krisis kesehatan mental di kalangan mahasiswa termasuk:
- Tekanan Akademik: Beban studi yang tinggi, persaingan, ekspektasi yang tinggi dari diri sendiri atau orang lain sering menjadi penyebab stres.
- Isolasi Sosial: Perasaan terisolasi atau kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di kampus bisa mempengaruhi kesehatan mental mahasiswa.
- Masalah Keuangan: Kesulitan keuangan, beban finansial, atau kesulitan dalam mencari pekerjaan sampingan juga dapat menyebabkan stres yang signifikan.
- Stigma terhadap Kesehatan Mental: Stigma di masyarakat atau di lingkungan kampus terkait dengan masalah kesehatan mental dapat mencegah mahasiswa untuk mencari bantuan atau dukungan.
- Teknologi dan Media Sosial: Penggunaan teknologi dan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan perasaan terisolasi atau adanya perbandingan sosial yang merugikan bagi kesehatan mental.
Untuk mengatasi krisis kesehatan mental ini, banyak universitas dan lembaga telah meningkatkan layanan kesehatan mental, menyediakan konseling, seminar, dan mendukung inisiatif untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Mendukung lingkungan yang inklusif dan terbuka, serta memberikan akses yang lebih mudah terhadap layanan kesehatan mental, menjadi langkah-langkah penting untuk membantu mahasiswa mengatasi masalah kesehatan mental.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.