Cara Selesai dengan Diri Sendiri
Gaya Hidup | 2023-11-25 14:13:49* SABAR
Analogi: hati ibarat almari, ada tempat-tempat tertentu untuk masing-masing benda dan ada kapasitasnya. Jadi ketika ingin menata almari, harus dirapikan satu per satu sesuai tempatnya, misal hijab tempatnya dimana, baju dimana dan terkadang butuh waktu untuk merapikannya, tidak instan langsung rapi.
Begitu juga dengan hati kita yang isinya banyak dan tidak tertatat sesuai temat dan kapasitasnya, maka akan "ruwet dan susah istiqomah".
Maka dari itu, ketika menata hati kita harus sabar, rapikan satu persatu sesuai tempat dan kapasitasnya. Pastikan Allah adalah nomor satu.
*KELUARKAN YANG TIDAK PERLU
Analogi: barang-barang yang sudah tidak digunakan/ tidak bermanfaat di almari dikeluarkan. dengan begitu kita pasti lebih mudah ketika hendak merapikannya.
hal-hal yang sudah tidak bermanfaat alangkah baiknya kita buang, contohnya kebencian, kesedihan, kemarahan, dendam, kekecewaan, kecemasan, dan lain-lain. dengan demikian akan lebih mudah untuk kita mengatur hati. sebab ruang-ruangnya sudah lebih kosong dan bisa diisi dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat.
*BELAJAR dari KISAH NABI IBRAHIM
Allah mendidik Nabi Ibrahim secara bertubi-tubi agar hati beliau tertata rapi, isinya hanya Allah. Sehingga beliau mendapat gelar kekasih Allah. Ketika Nabi Ismail lahir, hati beliau terisi oleh hal lain selain Allah, yaitu Nabi Ismail. Maka untuk menstrerilkan hati Nabi Ibrahim Allah memberikan ujian kepada beliau, kemudian beliau mampu melewati ujian tersebut, sehingga hati beliau kembali seutuhnya hanya Allah.
Seperti halnya kita"feeling good" saat almari rapi, saat hati rapi pasti kita juga "feeling good"
-rewrite resume by Dewi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.