Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Walidatul Ulya

Jejak Impian di Negeri Jiran: Kisah Harapan Anak-Anak Indonesia

Sekolah | Wednesday, 22 Nov 2023, 18:24 WIB
Foto bersama anak-anak Sanggar Bimbingan dan dosen UAD

Pada hari Kamis, 16 November 2023, untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Sanggar Bimbingan Kulim. Kami merupakan peserta KKN KI PTMA Angkatan 9 dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, beranggotakan Niluh Sekar Zulfa Umardhani dari program studi Sistem Informasi, Walidatul ‘Ulya dari program studi Pendidikan Biologi, dan Herlin Sopianti dari program studi Akuntansi.

Saat pertama kali kami tiba, kami menyaksikan suasana belajar anak-anak Indonesia di Sanggar Bimbingan Kulim yang sangat sederhana. Terlihat banyak celah dan lubang yang berpotensi bocor ketika hujan, papan triplek yang rusak dan perlu diganti. Selain itu, kami mendengar banyak cerita dari Bapak Khatib selaku pembina di Sanggar Bimbingan Kulim. Beliau menceritakan tentang bagaimana sanggar ini terbentuk dan latar belakang murid-murid di sini.

Mendengar cerita nyata yang disampaikan Bapak Khatib, hati Kami sangat tergerak karena murid-murid di sini berasal dari latar belakang yang sangat jauh dari konsep pendidikan. Beliau menceritakan mengenai kakak beradik yang beliau temukan di dalam hutan pedesaan Malaysia. Orang tua mereka tidak memiliki dokumen yang diperlukan, sehingga mereka takut untuk keluar dan bekerja di kota. Akibatnya, anak-anak tersebut tidak dapat belajar secara formal karena kendala dokumen tersebut. Orang tua mereka menganggap bahwa pendidikan bukan hal yang wajib dijalankan.

Dengan tekad kuat dan semangat untuk memberikan kesempatan belajar kepada anak-anak yang kurang beruntung, Bapak Khatib berusaha keras mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Melalui upaya kolektif dan jiwa sosial yang tinggi, Sanggar Bimbingan Kulim pun terbentuk menjadi tempat di mana anak-anak yang sebelumnya tidak dapat mengakses pendidikan formal dapat merasakan suasana belajar dengan lebih layak dan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka. Dengan harapan bahwa setiap anak memiliki hak yang sama dalam menggapai mimpi dan masa depan yang lebih baik, kami merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi maksimal dalam mendukung perjalanan pendidikan di Sanggar Bimbingan Kulim ini.

Hari pertama kami datang bersama dua dosen dari Universitas Ahmad Dahlan, yaitu Ibu Dr. Vera Yuli Erviana, M.Pd dan Ibu Iis Suwartini M.Pd. Kami melaksanakan program kerja untuk membantu anak-anak dalam belajar menulis, membaca dan berhitung menggunakan aplikasi yang telah dibuat oleh penelitian dosen sebelumnya, yaitu Alfabeta dan Pipolondo. Anak-anak diajak untuk memainkan aplikasi sambil belajar. Faktanya, dengan menggunakan aplikasi ini anak-anak lebih antusias dan fokus dalam pembelajaran.

Pengenalan aplikasi Alfabeta dan Pipolondo bersama dosen UAD

Pada hari kedua, kami mulai memahami anak-anak dengan segala hambatan dan latar belakang yang dimilikinya. Jujur, kondisinya sedikit berbeda dengan anak-anak lainnya karena mereka tidak mendapatkan pendidikan sejak kecil atau pada saat usia wajib sekolah. Mengajar mereka memerlukan tenaga, kesabaran, keuletan dan keterampilan yang tinggi agar mereka mau belajar dan fokus pada materi yang diajarkan. Kesimpulannya, kesabaran merupakan kunci utama dalam menghadapi mereka.

Pada hari ketiga dan seterusnya, pembelajaran dimulai dengan melaksanakan sholat dhuha bersama, kemudian dilanjutkan dengan senam. Setelah itu, kami menerapkan program kerja yang telah kita buat sebelumnya. Beberapa program kerja yang sudah terlaksana minggu ini adalah mengajarkan fotosintesis kepada tumbuhan dengan menggunakan media kacang hijau. Dengan pendekatan ini, anak-anak dapat langsung berpartisipasi dan memahami bagaimana kondisi tumbuhan jika berada dekat atau jauh dari matahari.

Sholat dhuha bersama anak-anak Sanggar Bimbingan Kulim
Fotosintesis menggunakan media kacang hijau

Pada hari Senin, kami mengajar anak-anak tentang cara melaksanakan upacara bendera dengan melibatkan petugas dari kalangan mereka sendiri. Selain itu, kami juga mengajarkan penulisan lagu nasional berjudul “Berkibarlah Benderaku”, yang kemudian ditulis dan dihafalkan oleh murid-murid SB Kulim. Sebagai penunjang ekstrakurikuler, kami melatih mereka menari kreasi Wonderland Indonesia untuk menambah keterampilan. Terakhir, kami memperkenalkan warisan budaya Indonesia berupa Batik. Motif batik yang kami perkenalkan terdiri dari dua jenis, yaitu batik Kawung dari Yogyakarta dan batik Mega Mendung dari Cirebon. Setelah itu, setiap murid diberi kesempatan untuk mewarnai motif batik sesuai keinginannya.

Belajar upacara bendera
Mewarnai gambar batik
Ekstrakurikuler menari

Selain memperkenalkan pengetahuan tentang nasionalisme, mengajar mengaji dan hafalan surah pendek, juga membantu murid-murid dalam mengembangkan kemampuan membaca iqra’ dan menghafal surah pendek. Murid-murid diajarkan secara individu untuk memastikan pemahaman huruf demi huruf yang mereka baca. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang intensif dan personal sehingga setiap murid dapat mengeksplorasi potensi bacaan secara lebih mendalam.

Belajar mengaji

Dengan rangkaian kegiatan ini, diharapkan anak-anak tidak hanya memperoleh pengetahuan mengenai keagamaan, upacara bendera, lagu nasional, tarian kreasi, dan batik, tetapi juga dapat merasakan kebanggaan dan cinta terhadap warisan budaya Indonesia. Melalui proses belajar yang interaktif dan kreatif, diharapkan mereka mampu mengembangkan rasa nasionalisme dan menghargai keberagaman budaya yang menjadi bagian dari tanah air kita. Kami yakin bahwa melalui pemahaman dan kecintaan terhadap budaya, generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang membangun bangsa dengan semangat kebersamaan dan keharmonisan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image