Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Irma Nur Alisa

Pengaruh Perkembangan Kurikulum PAI Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Pendidikan dan Literasi | Saturday, 18 Nov 2023, 19:19 WIB
STAI AL-Azhary Cianjur

Kurikulum merupakan sebuah kata yang sangat tidak asing untuk didengar di telinga kita. Tetapi apa sih yang sebenarnya dimaksud dengan kurikulum itu? Dalam dunia pendidikan, terdapat sebuah sistem agar pendidikan menjadi terarah sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Nah, sistem inilah yang kita kenal sebagai kurikulum. Apabila ditinjau secara etimologis, kata ‘kurikulum’ berasal dari bahasa Yunani ‘curir’ yang memiliki arti pelari, dan juga ‘curere’ yang memiliki arti tempat berpacu. Pada masa lampau, istilah ini digunakan dalam dunia olahraga. Jadi, ibaratnya kurikulum adalah lintasan atau tempat berpacunya pelari menuju ke garis finish. Di mana pelari ini merupakan kiasan dari siswa, dan garis finish merupakan kiasan dari ijazah ataupun penghargaan. Sementara dalam bahasa Arab, kurikulum ini diartikan sebagai ‘manhaj’ atau jalan yang terang, yang dilalui oleh manusia di kehidupannya.

Pengertian dari kurikulum itu sendiri dapat dilihat pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19 yang berbunyi, “kurikulum merupakan seperangkat pengaturan dan rencana mengenai tujuan, isi, dan materi pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan.” Selain itu, pengertian kurikulum juga diungkapkan dalam buku yang berjudul Kurikulum dan Pengajaran karya Prof. Dr. S. Nasution, “kurikulum adalah serangkaian penyusunan rencana untuk melancarkan proses belajar mengajar. Adapun rencana yang disusun tersebut berada di bawah tanggung jawab lembaga pendidikan dan para pengajar di sana.”

Lalu, apa yang dimaksud dengan kurikulum PAI? Kurikulum PAI dapat didefinisikan sebagai perencanaan yang berisi tentang tujuan, isi, dan materi pembelajaran serta evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran agama Islam.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, kurikulum juga melakukan penyesuaian. Seperti di Indonesia sendiri sudah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum. Masing-masing kurikulum ini memiliki titik fokus yang berbeda yang dapat terlihat pada tujuan utamanya. Kurikulum 1947 sebagai kurikulum pertama memfokuskan pendidikan pada penanaman semangat dan jiwa patriotisme, mengingat kondisi negara Indonesia yang baru merdeka tidak heran kurikulum ini masih kental dengan corak pendidikan bangsa Barat. Pada perkembangan selanjutnya, yaitu kurikulum 1952-1964 berfokus untuk menyiapkan siswa agar menjadi manusia yang susila dan cakap. Kurikulum ini disebut juga sebagai kurikulum terurai karena lebih merinci setiap mata pelajaran termasuk PAI. Pada masa inilah DEPAG berhasil merumuskan kurikulum PAI untuk pertama kali yang memperoleh porsi sebesar 25% dari keseluruhan mata pelajaran yang disampaikan dalam satu minggu.

Selanjutnya kurikulum berkembang menjadi kurikulum 1975 yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar siswa, kurikulum PAI mendapatkan porsi sebesar 30% sehingga ijazah madrasah setingkat dengan ijazah sekolah umum. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2006 bertujuan untuk memandirikan satuan pendidikan dengan cara membiarkan sekolah-sekolah untuk mengembangkan pembelajaran agar sesuai dengan keadaan siswa di sekolah tersebut. Kemudian ditetapkanlah kurikulum 2013 yang bertujuan untuk membentuk siswa yang kritis, kreatif, dan inovatif, serta mampu memajukan pengetahuan prestasi bangsa. Salah satu hal yang menjadi titik fokus kurikulum 2013 adalah pendidikan karakter, yang tentunya tidak jauh dari kurikulum PAI. Kurikulum yang berlaku saat ini, kurikulum merdeka, berfokus untuk mengembangkan minat dan bakat siswa.

Perkembangan kurikulum ini sedikit banyaknya pasti mempengaruhi terhadap motivasi belajar siswa. Seperti yang dijelaskan dalam jurnal Pengaruh Pengembangan Kurikulum Terhadap Prestasi Siswa yang ditulis oleh Primanita Sholihah Rosmana dkk. bahwa pengembangan kurikulum di sebagian sekolah dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, tetapi di sebagian yang lain hanya meningkatkan motivasi belajar saja, tanpa meningkatnya prestasi belajar peserta didik. Hal ini berarti pengembangan kurikulum yang dilakukan berhasil meningkatkan motivasi belajar peserta didik di seluruh sekolah. Namun, tentulah peningkatan motivasi belajar ini haruslah dimanfaatkan sebaik-baiknya agar bisa meningkatkan prestasi belajar dengan didukung oleh faktor-faktor seperti guru, lingkungan sekolah, dan metode pembelajaran yang memadai dan tepat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image