Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image zahrotul mujahidah

Cerpen Pengantin di Palestina

Sastra | 2023-11-17 21:44:22
Sumber gambar: sahabatalaqsha.com

Di usiaku yang menginjak delapan belas tahun, aku merasa bahwa kasih sayang ibu dan ayahku selama ini luar biasa. Juga saudara-saudaraku.

Mereka mengajari dan mendidikku dengan tuntunan agama yang baik. Atas doa-doa mereka, aku mengenyam pendidikan dengan lancar hingga akhirnya lulus SMA. Dan sebentar lagi aku akan kuliah, menikah dan memberikan cucu-cucu yang InsyaAllah shalih-shalihah bagi kedua orang tuaku.
Sungguh luar biasa capaianku selama ini. Sekali lagi, kuyakin kalau semua ini atas kedekatan orang tua, terutama ibu, dengan Illahi.

Pertengahan September tahun ini, aku berjalan menuju ke perbatasan. Kujumpai kau dan teman-teman dengan perasaan yang tak terbayangkan. Apalagi kalau bukan karena sebuah hadiah besar dari ayahku.

Kau tahu, ayahku adalah panutanku dalam beribadah. Ayah sering bersafari dakwah ke berbagai negara, termasuk ke negara yang biasa kita sebut sebagai saudara kita, Indonesia.

Hampir sebulan ayah di sana. Beliau begitu kagum dengan semangat para muslim di negara khatulistiwa itu. Bahkan dari perjalanan selama di Indonesia, beliau menuliskannya dalam sebuah buku.

Ayah sangat mengagumi para muslim di sana. Iman beliau semakin kuat. Apalagi ada doa dari saudara jauh kita yang terpanjatkan. Semoga tanah air kita segera lepas dari penjajahan.

Oh iya. Sampai usiaku yang menginjak dewasa ini, nyaris tak pernah kutemui ayah memposting foto putra-putrinya. Namun hari ini aku sangat terkejut saat membuka akun sosial mediaku. Muncullah postingan ayah berupa fotoku.

Aku sangat bangga. Rasa banggaku kucurahkan kepada ibu.

“Ibu, aku sungguh bahagia. Ayah memposting fotoku dengan segala doa terbaiknya untukku,” ucapku kepada ibu.

“Oh ya? Seperti apa itu, Bara?” tanya ibu dengan suara lembut.

Kutunjukkan postingan dari ayah. Lalu ibu bertanya,” Apakah kau bahagia dengan hal yang dilakukan ayahmu, Bara?”

Aku mengangguk. Mata ibu berbinar dan menciumiku seperti mencium bayi lucu yang menggemaskan.

*

“Ah, kau akan segera jadi pengantin, Bara,” ucapmu dan teman-teman, menirukan kalimat pada postingan ayah yang membuatku bahagia.

Saat kita berbincang, tiba-tiba dentuman keras mengguncang tanah tempat kita berada. Suara takbir terdengar. Di saat itulah kulihat sinar menyilaukan dan menjemputku pelan. Kulafalkan syahadat. Demikian juga dengan kalian.

Di depan mataku kulihat sebuah tempat indah yang tak pernah kutemui di dunia dengan penghuni yang cantik, bidadari. Mungkin ini adalah doa ayah yang dikabulkan oleh Rabbiku.

Kalian juga lihat itu ‘kan, teman-teman?


Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image