Mengatakan yang Sebenarnya di Tahun Politik, Apakah Berani?
Politik | 2023-11-17 18:30:52Mengatakan yang sebenarnya di tahun politik, apakah berani?
Tahun politik apakah menjadi momen tahun kejujuran atau kedustaan?. Mengapa? Pemimpin yang terpilih nantinya adalah cerminan dari rakyat yang dipimpinnya. Bila nantinya terbiasa berkata jujur dan berani mengatakan apa adanya meskipun pahit, meskipun akan dimusuhi seluruh anggota parlemen bahkan rakyatnya sendiri, tetap akan disampaikannya. Karena ia berangkat dari kejujuran.
Sebaliknya, bila menghalalkan segala cara untuk menang pemilu, sering berdusta, mengumbar janji yang tidak sampai diusahakan untuk membuktikannya, maka apa boleh buat, itulah kualitas sebenarnya Masyarakat Indonesia. Tercermin dari pemimpinnya. Pemimpin dari tataran paling atas yaitu presiden, gubernur, walikota, maupun anggota DPR yang dipilih nantinya.
Untuk itu , momen tahun politik 2024 memang belum bergulir, hawa panas belum terlalu panas persaingannya. Menjelang mendekati pemilu pasti akan semakin sengit, dan jauh hari tugas kita sebagai warga negara adalah saling menasehati saling berwasiat atas kebenaran. watawashoibul haqqi. Berwasiat dalam kebenaran.
Salah seorang sahabat Rasululllah pernah diberikan nasehat oleh Rasulullah Saw
أَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا
yakni diperintahkan untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit. Karena sebagaimana yang dahulu sering dipakai oleh mantan presiden RI dalam kampanyenya yakni Kebenaran tetap Kebenaran. Meskipun pahit, kita semua dianjurkan mengatakannya. Faktanya adalah banyak orang yang tidak patuh pada peraturan yang dibuat oleh KPU maupun peraturan secara norma manusia. Semisal dilarang berbohong, curang, menyuap, dll. Namun tetap saja ada fenomena tersebut. Tidak dapat dipungkiri para calon legislative ataupun presiden pun, para tim pemenangannya ingin jagoannya menang, dan terkadang mencoba berbuat curang. Dan bila diungkap maka akan berupaya mencari pembelaan dan pembenaran.
Kebenaran sangatlah penting untuk dijaga, karena melalui hal yang benar tersebut akan terpilh wakil wakil kita yang kompeten, bukan sekedar bermodal uang banyak untuk menang, namun juga mendapatkan Ridho dari Tuhan YME.
Pesan kedua adalah tidak takut celaan orang lain Ketika menyampaikan dakwah, ada anjuran berdakwah khususnya di medan politik. Terkadang kita akan sungkan dan subyektif Ketika ingin berdakwah menasehati namun takut di cela orang lain, di buly dan tidak mendapat suara. Perlu strategi khusus untuk menerapkan pesan Rasulullah berupa tidak takut celaan saat berdakwah
Ketiga, tidak meminta minta sesuatu kepada manusia. Faktanya adalah, Masyarakat memang menginginkan pintunya diketuk H-1 pemilu untuk mendapatkan uang agar memilih salah satu calon peserta pemilu. Masyarakat demokrasi cenderung bermodel ‘wani piro’ berani bayar berapa kalau saya pilih, sehingga transaksi sering terjadi tanpa melihat kualitas calon pemimpinnya.
Padahal kita dilarang meminta minta sesuatu pun kepada manusia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.