Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Jimat Pencari Kerja, Indonesia Darurat Klenik

Gaya Hidup | 2023-11-16 16:07:38

Dilansir dari IG Indozone.id, 16 November 2023, alih-alih belajar serius untuk mendapatkan hasil ujian maksimal, sejumlah peserta tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Hukum dan Hak Manusia (Kemenkumham) Jawa Timur, justru kedapatan membawa jimat. Jimat-jimat itu di antaranya berupa gulungan kertas yang ditulis huruf tertentu, garam, hingga bunga kantil yang dibungkus kain putih.

Petugas Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham Jatim pun mendapati jimat-jimat itu saat melakukan penggeledahan badan ketika peserta hendak memasuki ruang ujian. Untuk mengantisipasi dibawanya barang-barang tersebut ke area tes, petugas memperketat penggeledahan mulai dari pakaian, celana, hingga ikat pinggang.

Kadiv Administrasi Kanwil Kemenkumham Jatim Saefur Rochim mengatakan, “Setelah dinyatakan steril dan tidak membawa apapun selain kartu ujian dan kartu identitas barulah peserta dipersilakan untuk ke tahap berikutnya yaitu mendapatkan pin di meja pin sesi sebelum masuk ruang ujian,”

Terkait fenomena ini, Rochim mengimbau agar peserta untuk percaya pada diri sendiri dan memperkuat dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beberapa peserta mengaku hal ini menjadi salah satu usaha agar dimudahkan saat ujian. Kepala Kanwil Kemenkumham Jatim Heni Yuwono mengatakan pihaknya terus melakukan seleksi yang transparan dan bersih dari kecurangan untuk menghasilkan kader Kemenkumham yang berkemampuan tinggi serta memiliki loyalitas.

Jika Klenik Marak, Pertanda Kemunduran Suatu Bangsa

Fenomena penggunanaan jimat dan datang ke dukun untuk tujuan tertentu, sukses, mendapatkan jodoh, penglaris bisnis, sembuh dari sakit, tolak bala dan lain sebagainya sebenarnya bukan hal baru, bahkan sudah menjadi keseharian nenek moyang negeri ini, pun bangsa dan suku lain di dunia. Beberapa sudah punah dengan sendirinya, sebagian lagi masih dipraktikkan bahkan lebih ke masa lebih kekinian justru dikomersilkan sebagai bentuk kearifan lokal dan mata pencarian anti mainstream.

Di Indonesia sendiri bahkan disahkan Persatuan Dukun Nusantara atau Perdunu yang berisi dukun di Indonesia yang didirikan pada 3 Februari 2021 di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Ketua Umum Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) Abdul Fatah Hasan mengatakan Perdunu bukan kumpulan dukun untuk menyakiti orang lain. Namun Perdunu hadir sebagai solusi untuk membantu masyarakat dalam menghadapi permasalahan yang tak kasat mata (liputan6.com, 10/2/2022).

Artinya, klenik yang sifatnya supranatural masih mendapatkan tempat di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Ironi, sebab hal ini jelas-jelas pertanda kemunduran taraf berpikir suatu bangsa hingga ke arah yang sangat terburuk. Mereka masih meyakini adanya kekuatan lain selain Allah swt. Yang mereka imani dan sembah setiap saat.

Tak bisa dipungkiri, hari ini lapangan pekerjaan sangatlah sempit, mereka yang lulusan sarjana fresh from the oven dan memiliki gelar belum tentu mudah untuk bekerja dan mengaplikasikan ilmu yang sudah mereka dapatkan selama ini. Masih harus bersaing dengan lulusan SMK yang terampil dan murah sekaligus dengan para korban PHK yang secara pengalaman susah memiliki lebih banyak. Jelas harus memutar otak dan mencari strategi jitu agar sukses.Standar hari ini, yang hidup senang penghasilan berkecukupan adalah ASN. Meski lowongan pabrik juga tak buruk. Setahun sekali pasti “ naik upah” meski harus demo dulu sebelumnya. Tapi inilah fakta tak terbantahkan.

Inilah dampak penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Yang melihat tenaga kerja sama sengan faktor produksi sehingga para pengusaha dalam sistem ini akan berpikir ulang jika tenaga kerja yang mereka butuhkan gajinya besar, padahal mereka sebagai pengusaha juga diminta untuk membayar jaminan kesehatan bagi mereka, pegaiwanya. Alhasil, seluruh beban tadi akan ditimpakan ke biaya produksi, sehingga hasil produksinya naik harga, keuntungan tetap di dapat.

Tekanan rakyat juga di dapat dari mahalnya biaya hidup, terutama yang menyangku kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Sehingga bisa jadi siapapun yang bekerja hari ini punya beban untuk bisa meringankan beban itu. Hingga anak-anak banyak yang putus sekolah dan kemudian bekerja sebagai bentuk membantu meringankan beban tersebut.

Berbagai kemelut yang dihadapi rakyat itu, dengan terpaksa dihadapi sendirian, sebab negara tak fokus memikirkan itu. Bukankah setiap lima tahun sekali kita punya pemimpin baru? Memang, tapi faktanya mereka hanya melanjutkan kebijakan pemimpin lama, bahkan kini lebih ekstrim lagi melanjutkan kebijakan para tuan mereka para cukong dan kapitalis barat. Mengapa bisa begitu? Sistem politik demokrasi lah biangnya.

Masyarakat terjebak dalam gambaran bahwa demokrasi hanya cara memilih pemimpin, padahal yang lebih krusial demokrasi adalah sistem batil yang membolehkan manusia memakai hukum manusia. Sangat cocok jika kemudian bersanding dengan sistem kapitalisme, dimana diyakini pula oleh pengembannya, siapa yang memiliki modal maka dia yang berkuasa dan boleh mengatur apapun sesuka hati mereka.

Islam Sejahterakan Rakyat dengan Syariat

Lantas, adakah sistem lain yang lebih baik dalam mengatur urusan manusia? Jelas ada, sebab bumi, kehidupan, manusia , alam semesta dan beserta isinya ini hakikatnya ada yang menciptakan, yaitu Allah swt. Maka sangat mustahil jika Allah tak membuat aturan hidup sekaligus, bukankah salah satu sifat Allah adalah Al-Muddabir ( pengatur) sebagaimana firman Allah swt,“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (TQS Yaasin: 40).

Dari ayat di atas, sangatlah jelas, darimana asalnya kemudian manusia dengan sombongnya bisa mengatur urusannya sendiri dan bahkan mencari tandingan selain Allah dengan mendatangi dukun, meminta jimat agar sukses. Kemudian berpikir ini tak akan ada dalam sistem Islam, sebab syariat tak membiarkan pemeluk Islam mengatakan syahadat tapi mengakui yang lain. Jika itu terjadi maka bisa dihukumi perbuatannya sirik, pelakunya musyrik hingga menjadi murtad atau keluar dari iman Islam dan ini masuk dalam tindak Islam.

Syariat mewajibkan memerangi orang yang keluar dari akidah Islam. Maka, sebelum hal itu terjadi, pemimpin Islam wajib memastikan akidah rakyatnya dalam keadaan kuat. Dengan menggelar kajian, menerapkan syariat Islam sebagai hukum positif di berbagai aspek kehidupan dan menerapkan sistem hukum dan sanksi yang tegas dan adil.

Di sisi lain, munculnya fenomena klenik ini adalah ekses dari tidak ada jaminan kesejahteraan, sehingga menghalalkan segala cara. Dalam Islam, ada dua hal yang berbeda yaitu, pekerja hanya berkewajiban memberi nafkah keluarganya dengan cara bekerja, pemilik kerja hanya berkewajiban memberi upah atas dasar keahlian pekerja dan kesepakatan baik terkait jam, lama bekerja maupun nominal. Sementara jaminan sejahtera tidak ditanggung keduanya baik pekerja maupun pemberi kerja.


Kesejahteraan ada pada pundak negara. Dengan sokongan Baitul Mal, negara akan memenuhi seluruh kebutuhan pokok rakyat tanpa memandang strata, jenis kelamin, ras, warna kulit, bahasa bahkan apakah ia baik atau jahat, beriman atau kafir, sepanjang ia warga negara Daulah ( negara dengan sistem Islam) maka ia berhak menerimanya. Maka, jelas terpampang di hadapan kita ada dua jalan yang terang benderang, satu membawa kepada kehancuran, kapitalisme, dan satunya membawa kepada kesejahteraan dunia akhirat yaitu Islam, semestinya iman kita kepada Allah swt. Menuntun kita kepada kebenaran, bukan kebatilan. Wallahualam bissawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image