Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Normaa Purwantii

Tantangan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Pendidikan dan Literasi | 2023-11-07 19:21:24

Pada kenyataannya, Pendidikan Islam saat ini masih menghadapi sejumlah masalah yang rumit, baik secara internal maupun eksternal. Masalah internal mencakup aspek-aspek pendidikan seperti profesionalitas pendidik, kurikulum, dan lainnya, sementara masalah eksternal berkaitan dengan bagaimana mempersiapkan Pendidikan Islam untuk bertahan dengan tantangan yang diorientasikan pada masa kini dan masa depan.

Pendidikan Islam pada dasarnya difahami sebagai sebuah sistem, yakni sebuah relasi antara satu komponen dengan komponen lainya sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan (Mahmud, 2019, p. 99)

Salah satu masalah internal adalah bahwa meskipun pendidikan Islam secara formal dan teoritis telah memberikan manfaat kepada siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang baik, siswa tidak dapat secara otomatis menerapkan penguasaan domain kognitif mereka dalam tindakan dan amal mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan prinsip dan doktrin yang diajarkan dalam pendidikan Islam tidak selalu sejalan dengan perkembangan kecerdasan intelektual siswa.

Hal ini tercermin dari kerusakan moral yang terjadi pada siswa dan remaja dalam kehidupan nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam masih gagal mengintegrasikan pengetahuan dan praktik siswa. (Baharun et,al., 2017, p. 284)

Ini menunjukkan secara tidak langsung bahwa pendidikan Islam saat ini menghadapi tantangan yang tidak hanya berasal dari sumber internal tetapi juga dari sumber eksternal. Hal ini membuat perlu untuk melakukan pembenahan dalam pengembangan dan pembinaan kurikulum saat ini untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, yaitu menghasilkan manusia yang seimbang antara keilmuan dan amal.(Tafsir, 2017, p. 64).

Selain itu, tujuan pendidikan Islam yang digariskan oleh KH. Ahmad Dahlan lebih relevan saat ini karena tuntutan IPTEK dan sosial ekonomi masyarakat. Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk individu muslim yang memiliki karakter yang lengkap, wawasan yang mendalam tentang agama mereka, bijak, menguasai ilmu dunia, dan mampu memperjuangkan kemajuan masyarakat mereka (Ni’mah, 2017, p. 61). Sehingga pengembangan dan pembinaan kurikulum merupakan hal yang niscaya bagi pendidikan Islam khususnya.

Pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam secara khusus menghadapi tantangan tersendiri karena perubahan zaman yang terus berganti hingga era globalisasi saat ini. Dunia pendidikan melihat tuntutan bahwa pendidikan harus beradaptasi untuk memenuhi tuntutan zaman, terutama di era society 5.0 saat ini, yang menuntut pekerjaan berbasis teknologi. Pendidikan harus menghasilkan siswa yang mampu berkompetisi di dunia kerja dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat madani. Untuk mempersiapkan eksistensi dan peran pendidikan yang penting dalam dua wilayah tersebut, perkembangan yang terjadi dalam dua dimensi tersebut (dunia kerja dan masyarakat) harus dipertimbangkan. (Muslih, 2018, p. 156).

Sebagai akibat dari perkembangan zaman, pendidikan Islam akan menghadapi tantangan yang semakin besar dan kompleks di masa mendatang. (Suarni, 2019, p. 85).

Melihat keadaan pendidikan Islam saat ini, tantangan yang dihadapinya berasal dari dua sisi: internal dan eksternal. Tantangan internal terkait dengan bagian dan sistem pendidikan Islam itu sendiri. Salah satu masalah internal adalah pencapaian dan keberhasilan delapan standar nasional pendidikan. Standar isi, standar proses, kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pendanaan, dan standar penilaian adalah delapan standar nasional tersebut (Machali, 2014, p. 84).

Kedua, populasi Indonesia meningkat. Menurut profil populasi, Indonesia akan mendapat manfaat dari bonus demografi pada tahun 2035. Bonus demografi mengacu pada proporsi sumber daya manusia yang jauh lebih besar di kalangan penduduk usia produktif (15-64 tahun) dibandingkan dengan usia muda dan usia lanjut. Pada tahun 2020–2030, 70% angkatan kerja usia produktif (15-64 tahun) akan terpenuhi, dengan 30% sisanya dialokasikan untuk warga negara yang tidak produktif (anak usia 0–14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas) (Dedi Purwana, 2017, p. 13).

Dengan peningkatan jumlah sumber daya manusia, pendidikan Islam menghadapi tantangan khusus dalam menyiapkan sumber daya yang membawa nilai-nilai yang tidak berguna dan membantu pembangunan negara. Jika potensi sumber daya produktif ini diberdayakan dengan benar, akan ada nilai fositive yang akan menghasilkan modal dan manifestasi pembangunan negara yang baik.

Namun, jika sumber daya manusia ini tidak diberdayakan dengan baik, mereka justru akan menjadi penghambat kemajuan negara. Salah satu tantangan pendidikan Islam di wilayah ini adalah bagaimana pendidikan Islam dapat mempersiapkan dan memberdayakan potensi sumber daya manusia ini untuk menjadi individu yang memiliki kompetensi, kualifikasi, dan profesionalisme yang diperlukan untuk kemajuan keilmuan dan perkembangan kebutuhan masyarakat.

Ketiga, pendidikan karakter. Problem karakter masih ada sampai hari ini, terutama karena dunia sedang mengalami revolusi yang begitu cepat yang menggrogoti moralitas dan karakter anak bangsa. Degradasi moral yang melanda peserta didik sulit dibendung dengan perubahan budaya yang serba teknologi merubah world view dari peserta didik sehingga berdampak pada pola fikir dan karakter. Inilah mengapa pendidikan Islam harus ada untuk terus menggalakkan pendidikan karakter untuk memberikan moral kepada anak-anak kita.

Keempat, paradigma yang kurang tepat dalam memahami kurikulum. Dalam pendidikan Islam, perspektif kurikulum yang diterapkan masih cukup dikenal dan dipahami, tanpa memberi perhatian khusus pada area aplikasinya. Artinya, sistem pendidikan Islam masih terlalu menekankan aspek kognitif daripada aspek nilai atau pengaplikasiannya. Pandangan terhadap pendidikan Islam selama ini dipandang hanya pada lingkup transfer of knowledge bukan sebgai transfer value. Memang pada dasarnya pendidikan Islam bergumul dalam ranah demikian, namun mensimplikasi pendidikan Islam terbatas kepada ranah transfer of knowledge merupakan pandangan yang kurang tepat (Prasetia & Fahmi, 2020, p. 25). Hal ini perlu digarisbawahi oleh para praksis pendidikan. Sebab hal ini ternyata menciptakan manusia bangsa ini tidak memiliki kepribadian arif dan berkualitas. Paradigma ini perlu diubah baik itu melalui sistem-sistem yang akan diterapkan dalam pendidikan (Putra, 2019, p. 107).

Pendidikan Islam lebih fokus pada tantangan masa depan daripada tantangan eksternal. Di antara tantangan eksternal tersebut ada tiga. Yang pertama adalah tuntutan dan kebutuhan masa depan; yang kedua adalah pandangan masyarakat; dan yang ketiga adalah kemajuan dalam teknologi dan ilmu pengetahuan (Haqiqi, 2019, p. 170). Revolusi dari setiap era dan berbagai masalah lingkungan, kemajuan teknologi dan informasi, pertumbuhan industri kreatif dan budaya, dan pengembangan pendidikan internasional seperti Word College semuanya berdampak besar pada dunia pendidikan dan menuntut formulasi dan strategi baru (Masdar Hilmy, 2016, p. 23).

Seperti yang ditunjukkan oleh fakta bahwa tantangan yang dihadapi oleh era masyarakat 5.0, yang digerakkan oleh revolusi industri 4.0, lebih besar daripada yang dihadapi oleh era sebelumnya. Pendidikan harus tetap berpegang pada konsep relevansi dan dinamis suatu kurikulum untuk mengatasi masalah ini. Untuk memenuhi tuntutan revolusi saat ini, pendidikan Islam harus membangun siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah, keterampilan kreatif, dan keterampilan berpikir kritis. Akhlakul karimah membentuk masa depan dan kehidupan era 5.0 (Khoirin, 2021, p. 85).

Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk mengubah perspektif tentang pendidikan Islam ke arah kebutuhan manusia. Ini berarti bahwa persiapan bakat dan keterampilan SDM harus menjadi komponen utama dalam ruang lingkup pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam yang adaftif diperlukan karena perubahan zaman yang terjadi. Pendidikan Islam tidak boleh stagnan atau berjalan di tempat dalam mengikuti arus, tetapi harus tetap dinamis dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Lembaga pendidikan dan bagian-bagiannya, terutama pendidik, memainkan peran utama dalam membentuk kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pendidik memiliki kekuatan untuk menyiapkan generasi sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Penguasaan kompetensi pedagogik adalah yang pertama, yang berarti bahwa guru harus memberikan contoh yang baik bagi siswa mereka. Penguasaan kompetensi kepribadian adalah yang kedua, yang berarti bahwa guru harus menjadi contoh yang baik bagi siswa mereka. Penguasaan kompetensi profesional adalah yang ketiga, yang berarti bahwa guru harus memahami materi pelajaran secara mendalam. Dan keempat kompetensi sosial, yaitu bagaimana pendidik mampu menjalin stake holders, berinteraksi dengan efektif dan efisien dengan peserta didik, orang tua atau wali, masyarakat, dan perubahan sosial yang terjadi, memungkinkan mereka untuk mengembangkan kurikulum yang integratif yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan IPTEK dan perkembangan masyarakat yang semakin komfetetif (Zainiyati, 2014, hlm. 296).

Berdasarkan hal-hal yang disebutkan di atas, diperlukan upaya kolaboratif dari pihak-pihak yang berwenang untuk menghasilkan kurikulum yang integratif untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut. Tujuan dari upaya ini adalah untuk membuat siswa mampu beradaptasi dengan era reformasi yang terus-menerus dalam semua aspek kehidupan, yang tentunya berdampak pada saya.

C. Kesimpulan

Berdasarkan keterangan yang didapatkan bahwa berkualitasnya suatu pendidikan adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi sistem dan komponen pendidikan dalam yang tidak hanya secara kuantitas namun mampu menghasilkan out came yang berkualitas yang mampu survive dengan perkembangan zaman Melihat tantangan yang dihadapi Pendidikan Islam menuntut kurikulum yang diformulasikan tidak hanya dalam ranah transfsfer of knowledge, namun lebih dari itu transfer of value yang relevan dengan zaman sangat diperlukan dalam rangka mempersiapkan SDM yang mampu berkompetensi dengan perkembangan zaman. Beberapa nilai yang harus dimiliki oleh SDM dalam hal ini peserta didik yaitu memiliki kemampuan problem solving, kritical thingking, dan creative skill, namun tetap memiliki karakter pribadi yang berakhlak yang mulia

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image