Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Hari Baru di Tahun 2022, Tangga Pertama Menuju Puncak Perubahan?

Curhat | Sunday, 02 Jan 2022, 09:44 WIB
Dokumentasi Pribadi (Lokasi: Aston Villa Bogor)

Hari ini sah hitungan pertama tahun baru. Tahun 2022, Sabtu 1 Januari 2022 adalah tangga satu menuju 360 tangga berikutnya. Meski memasuki tahun baru namun sebenarnya tidak ada yang istimewa. Selain karena sudah biasa melewati pergantian tahun, juga tidak ada bedanya dengan hari ataupun tahun sebelumnya.

Ya, hari-hari tidak berubah, namanya juga masih seperti kemarin, Senin, Selasa, dan seterusnya. Tanggalnya juga masih terbilang angka 1-31. Begitu pun nama bulan, Januari hingga Desember, tidak ada yang tergantikan bukan? Benar tidak ada yang berubah secara harfiah dan kasat mata. Tetapi tahukah kita bahwa secara hakikat dan maknawiyah perubahan itu selalu terjadi?

Tahun baru Masehi 2022 tentu saja memberi perubahan. Pergantian waktu dari sebelumnya 2021 ke bilangan selanjutnya adalah catatan sebuah perjalanan. Perjalanan hidup yang dilalui oleh setiap manusia dimuka bumi, yang didalamnya penuh dengan warna dan ragam cerita.

Ada kisah sedih, menderita, dan duka, begitupun ada kisah bahagia, suka, dan gembira merupakan alur cerita kehidupan yang dijalani setiap orang. Siapapun dia. Dan semua itu adalah anasir perubahan. Suka maupun tidak, perubahan akan datang dengan sendirinya.

Perubahan secara maknawiyah itulah yang saya maksud. Yaitu berubah dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Artinya hakikat perubahan pasti ada dan terjadi kendati secara kasat (adat) masuknya tahun 2022 semuanya masih terlihat sama.

Kita harus memaknai setiap pertambahan usia dan waktu sebagai isyarat untuk melihat kedepan. Tahun 2022 berarti kacamata baru untuk menatap masa depan lebih baik lagi. Tidak saja baik dari sudut pandang duniawi justru harus lebih baik pula menurut pandangan ukhrawi.

Masih banyak yang mesti kita selesaikan disepanjang jalan agar perjalanan ini bisa sampai tujuan. Apa yang kita cari? Kebahagiaan dunia dan akhirat. Adapun bentuknya bisa aneka macam. Semuanya terserah Allah SWT yang mengaturnya.

Sesungguhnya rencana Allah itu lebih sempurna. Ketika dunia terasa semakin sempit, bukan berarti Allah tidak merancang yang indah untuk kita.

Ketika napas semakin sesak, bukan berarti Allah lupa akan keberadaan kita. Ketika jiwa semakin lemah, bukan berarti Allah tidak ingin kita bahagia. Dan ketika hati ingin meraung sekuatnya, bukan berarti Allah ingin kita menanggung beban masalah kehidupan yang terus terasa menghimpit.

Sesungguhnya, perencanaan-Nya lah yang sangat sempurna untuk setiap umat-Nya. Dan sesungguhnya juga, hanya Dia sajalah yang layak disembah. Satu-satunya Dzat yang berhak untuk dicintai sepenuhnya. Dzat yang berhak menjadi sandaran mengadu satu-satunya.

Hanya Allah azza wa jalla-lah satu-satunya Dzat yang selalu ada di sisi kita untuk merangkul, menolong, dan bahkan membebaskan setiap makhluk-Nya dari kegelapan yang tidak berujung.

Dia-lah satu-satunya Dzat yang kekal, tidak pernah alpa, tidak pernah bosan atas segala rintihan, dan Dia-lah satu-satunya Dzat yang mencintai tanpa henti.

Ibnul Qayyim berpesan dalam sebuah nasehatnya yang populer:

“Ujian itu ada dua jenis. Ujian untuk mengingatkan dan ujian untuk mengangkat derajat. Apabila seorang hamba banyak maksiat lagi lalai dalam masalah dunianya, abai kepada Rabbnya, maka itu ujian untuk mengingatkannya dari dosa dan maksiat serta untuk mengingatkannya kepada Allah. Apabila seorang hamba yang diuji itu seorang mukmin yang taat kepada Rabbnya, berarti ia diuji supaya membersihkannya dari dosa dan mengangkat kedudukannya di hadapan Allah.”

Semua itu bergantung, bagaimana caranya kita melihat segala hidayah yang telah Allah berikan tanpa henti.

Bagaimana cara kita melihat dan menyadari bukti kecintaan, rahmat dan kelembutan Allah terhadap hamba-Nya. Bukan meratapi, maupun menyesali. Dunia bukan tujuan sesungguhnya dalam sebuah kehidupan. Allah memerintahkan kita hanya tunduk pada-Nya dalam beribadah.

Bukan kepada makhluk lain yang juga ciptaan-Nya. Dan Allah juga tidak memerintahkan kita untuk menjadi makhluk yang rendah maupun merendahkan.

Jika sepanjang 2021 mungkin kita telah melalui begitu banyak ujian, maka ingatlah pesan Ibnul Qayyim. Bahwasanya setiap apa yang Allah ujikan itu bermaksud untuk menaikkan derajat hamba disisi Nya.

Maka itu jadikanlah tahun 2022 ini sebagai tonggak untuk meniti puncak perubahan secara total dan holistik. Kembalilah ke jalan yang lurus dan diridhai Allah SWT jika memang banyak melakukan kekeliruan atupun kesalahan baik yang disengaja apalagi bila tidak disengaja. Tentunya kasih sayang Allah tiada batas. Ayo bangkit dan menatap hari esok yang lebih baik. (**)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image