Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image hasbi aswar

Mewaspadai Strategi Infiltrasi Israel terhadap Publik Muslim di Indonesia

Politik | Thursday, 26 Oct 2023, 10:03 WIB

Abraham Accords tahun 2020 telah menjadi salah satu prestasi terbesar Israel dan AS di dunia Arab untuk melakukan normalisasi yang sebenarnya hanyalah formalisasi dari hubungan gelap yang telah berlangsung selama bertahun – tahun belakangan ini.

Jika ditarik ke spektrum yang lebih luas, sebenarnya “Dunia Islam” sudah semakin cenderung menuju pada normalisasi dan pengakuan dengan entitas Zionis Yahudi ini. Jika melihat pada negara – negara Mayoritas Muslim non- Arab saat ini, sisa beberapa negara saja yang belum melakukan normalisasi antara lain, Afghanistan, Pakistan, Brunei, Malaysia, Iran, dan Indonesia. Sementara di wilayah lain seperti Muslim Afrika, dan Asia Tengah mayoritas sudah melakukan normalisasi. Arab saat ini, telah juga menuju normalisasi satu persatu.

Setelah normalisasi 2020, AS sebagai pemain utama proyek ini telah menargetkan Arab Saudi dan Indonesia untuk melakukan normalisasi dengan Israel. Kedua negara ini memiliki keunggulan geopolitik yakni faktor Islam yang bagi AS sangat penting untuk masa depan AS dan Israel pada khususnya.

Arab Saudi adalah rumah bagi dua kota suci dan kota bersejarah bagi Umat Islam seluruh dunia. Negara ini secara otomatis akan selalu menjadi kiblat kultural bagi jutaan Muslim. Tidak hanya itu, Saudi juga pemain penting di Timur Tengah dan dunia Islam.

Jika seandainya Saudi melakukan formalisasi hubungan dengan Israel, maka itu akan menjadi sarana diplomasi kultural Israel kepada dunia Islam bahwa, Saudi saja sudah mau melakukan normalisasi dengan Israel jadi sewajarnya yang lain juga ikut. Belum lagi dibumbui oleh fatwa – fatwa tokoh – tokoh agama tertentu di Saudi untuk melegitimasi hal tersebut.

Indonesia di sisi lain juga menjadi penting sebab jumlah Muslimnya terbesar di dunia dengan berbagai macam potensi yang dimilikinya di berbagai bidang. Indonesia memiliki dua ormas terbesar di dunia, NU dan Muhammadiyah yang suara mereka mampu membingkai opini publik. Belum lagi, Indonesia selalu digambarkan sebagai Muslim yang moderat, inklusif dan toleran. Jika, Israel berhasil melakukan normalisasi maka, Muslim Indonesia akan menjadi “corong” atau sarana diplomasi global Israel di dunia Islam untuk semakin mengukuhkan legitimasinya.

Selangkah lagi Israel Mendunia

Sejak awal yang menjadi hambatan eksistensi Israel adalah dunia Islam. Perserikatan Bangsa – Bangsa bersama mayoritas anggotanya telah mengakui entitas Zionis ini. Israel telah aktif terlibat dalam berbagai forum Kerjasama internasional di berbagai bidang termasuk olahraga, pendidikan, budaya, dan sebagainya.

Upaya AS untuk memperjuangkan eksistensi Israel untuk diakui di Timur Tengah telah dimulai sejak Mesir tahun 1979, dan normalisasi Yordania 1994. AS telah menggelontorkan dana milyaran dollar untuk menjaga normalisasi tersebut. Iming-iming material yang sama juga AS janjikan kepada negara – negara yang telah menormalisasi serta berniat untuk itu di tahun – tahun yang akan datang. Indonesia kabarnya telah dijanjikan 2 miliar dollar AS (Pristiandaru, 2020).

Selama dunia Islam belum bisa “ditaklukkan” seluruhnya oleh AS bersama Israel maka, para pejuang perlawanan Palestina akan selalu mendapatkan dukungan finansial dan senjata, dan seruan – seruan massif kemerdekaan palestina juga akan selalu berkumandang.

Melihat histori hubungan gelap dunia Islam dan Israel sebenarnya bisa dikatakan elit- elit politik Muslim yang berkuasa telah membuka diri dengan Israel termasuk Arab Saudi dan Indonesia.

Kontroversi soal Piala Dunia U20 memperlihatkan bagaimana pemerintah bersama jajarannya telah berupaya pasang badan untuk memperjuangkan partisipasi perwakilan Israel tersebut. Beberapa agenda sebelumnya baik olahraga, maupun pertemuan politik telah memperkuat fakta bahwa pemerintah Indonesia sangat ingin menjalin Kerjasama formal dengan Israel. Belum lagi, hubungan dagang Israel – Indonesia yang telah terjalin cukup lama.

Namun, yang masih menjadi batu sandungan utama normalisasi Indonesia – Israel adalah respon publik Indonesia yang dominan masih kontra terhadap Israel. Dan gerakan – gerakan Islam politik yang selalu massif memimpin aksi – aksi penolakan terhadap Israel.

Israel dan Indonesia

Beberapa tahun terakhir Israel terlihat telah mengupayakan untuk meruntuhkan tembok tebal opini publik di Indonesia melalui beberapa program seperti diskusi publik, kunjungan akademisi, pendekatan kepada ormas Islam, dan lain sebagainya.

Contohnya, undangan Komite Yahudi Amerika (American Jewish Committee - AJC) kepada sekertaris umum PBNU, Yahya Cholis Staquf, ke Israel tahun 2018 yang memantik kecaman di publik Muslim Indonesia termasuk dari Palestina sendiri. Yahya diundang menjadi pembicara dalam forum AJC, dan memberi kuliah umum di the Truman Institute. Selain itu, ia juga bertemu langsung dengan perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (JNS, 2018).

Terlepas dari argumen Yahya untuk membela kedatangannya di Israel bahwa hal itu untuk kepentingan Palestina dan upaya Yahya untuk memperjuangkan nilai – nilai kemanusiaan dan toleransi di forum Israel tersebut, serta penolakannya untuk bicara mengenai politik Israel dan Palestina, kehadiran Yahya di Israel adalah bagian dari strategi politik Israel untuk melakukan pendekatan dan persuasi kepada Nahdlatul Ulama melalui salah satu tokoh termasuk calon potensial ketua umum NU periode pasca Said Aqil Siradj.

Pentingnya kehadiran Yahya di Israel diperlihatkan juga oleh sambutan spesial perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang itu menjadi momentum pagi pemimpin negara Zionis ini untuk melunakkan hati dan pikiran Yahya dan NU secara bersamaan terhadap Israel. Dalam pertemuan tersebut, Netanyahu menyampaikan, bahwa banyak negara Muslim semakin dekat dengan Israel karena berbagai alasan, seperti isu keamanan— ancaman Iran dan ISIS—dan kerjasama teknologi. Dia juga menegaskan kepada Yahya bahwa : “Israel is the innovation nation, and I’m very happy to see that the Arab countries and many Muslim countries getting closer to Israel,” he said. “I hope that we have some movement with Indonesia” (JNS, 2018).

Momen ini bahkan diabadikan dan dimanfaatkan oleh Netanyahu untuk mengirimkan pesan globalnya melalui akun twitternya: A special meeting today in Jerusalem with Yahya Cholil Staquf, the General Secretary of the global Islamic organization Nahdlatul Ulama. I’m very happy to see that Arab countries and many Muslim countries are getting closer to Israel! (Benjamin Netanyahu - בנימין נתניהו [@netanyahu], 2018).

Sikap terbuka Yahya Cholil terhadap Israel juga tetap konsisten saat tahun 2023, Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Sebagai ketua umum PBNU, Yahya Cholil tidak mempersoalkan kehadiran Israel dalam perhelatan bola level dunia ini. Bagi Israel, kedatangan Yahya Cholil tahun 2018, dan sikap Yahya pada tahun 2023 adalah kemenangan politik dalam level diplomasi publik Israel di Indonesia (Yanwardhana, 2023).

Target Israel yang lain terhadap publik Indonesia adalah membangun jejaring intelektual Muslim di Indonesia dari berbagai perguruan tinggi yang dapat membantu Israel mengubah wajah negara ini di dunia Islam. Giora Eliraz (2021) seorang akademisi berkebangsaan Israel, dalam dua artikel terpisah menjelaskan bagaimana dia terkesan saat diundang oleh KOMAHI Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta untuk berbagi tentang normalisasi Indonesia – Israel. Dia juga menuturkan seorang dosen yang telah berubah paradigmanya terhadap Israel menjadi lebih soft dan terbuka setelah berkunjung ke Israel melalui program kunjungan akademisi dan tokoh Indonesia ke Israel melalui program “In the Footsteps of Gus Dur” yang diadakan oleh the Australia/Israel & Jewish Affairs Council (AIJAC) (Eliraz, 2021a, 2021b).

Menurut Eliraz, di tengah persepsi masyarakat Indonesia yang cenderung benci terhadap Israel, undangan sebuah Lembaga pendidikan tinggi bukan sebuah hal yang kecil. Menurutnya, membangun hubungan people to people sebagai jembatan antara Indonesia dan Israel penting dalam rangka membangun pemahaman para kaum terdidik atau cendikiawan dari sudut pandang Israel. Melalui cara ini, menurut Eliraz, para kalangan terdidik tersebut dalam membantu mengubah citra Israel dari antipati menuju empati.

“Nurturing people-to-people relations/ties between non-governmental entities on both sides is therefore of increasing importance, with an emphasis from the Israeli perspective on educated Indonesian Muslim opinion makers. Though these ties are not a channel toward diplomatic relations, they can help improve Israel’s image and cultivate some empathy toward it” (Eliraz, 2021b) .

Australia/Israel & Jewish Affairs Council (AIJAC) yang menjadi fasilitator kegiatan kunjungan akademisi dan tokoh Indonesia ke Israel ini adalah sebuah Lembaga yahudi Australia yang fokus bekerja untuk memperjuangkan kepentingan Israel. Di Websitenya, Lembaga ini juga bermitra dengan American Jewish Committee (AJC) sebuah Lembaga advokasi Yahudi AS yang juga memiliki visi yang sama untuk Israel. AJC ini yang pernah mengundang Yahya Cholil Staquf ke Israel tahun 2018 (AIJAC, n.d.).

Ini sekedar contoh kecil saja program – program Israel terhadap publik Muslim di Indonesia. Program kecil tapi akan berbuah besar sebab menargetkan tokoh – tokoh publik dan akademisi yang bersentuhan langsung dengan ribuan masyarakat. Para tokoh dan akademisi akan berceramah, menulis, berdiskusi dengan masyarakat termasuk membangun jaringan dengan lingkaran tokoh dan komunitas global pro- Israel untuk bersama – sama memperjuangkan narasi yang sesuai kepentingan politik Israel. Eliraz dapat berbangga berbicara di depan mahasiswa di Indonesia itu awalnya karena ada kunjungan delegasi Indonesia ke Israel. Harga yang dibayar sudah mendapatkan hasil.

Yang perlu menjadi catatan di sini adalah semua upaya mengubah citra Israel terhadap publik di Indonesia bukan untuk tujuan perdamaian global, membangun toleransi antar umat beragama, tapi murni untuk kepentingan politik global Israel yaitu menjaga stabilitas negara Israel dengan meningkatkan legitimasi globalnya, dan meminimalisir ancaman terhadap eksistensi Israel. Agar setiap kesewenang – wenangan, perampasan, pembunuhan, terhadap warga Palestina akan dianggap lazim dan biasa atau mendapatkan justifikasi.

Jika Indonesia dan negara – negara Muslim lain telah bergabung dalam shaf Israel, maka narasi – narasi penjajahan Israel akan diubah menjadi narasi yang lain yang tentunya lebih aman bagi Israel. Di sisi lain, kelompok – kelompok yang selalu berada disisi Palestina dan melawan Israel akan semakin tersudut. Bagi kelompok Muslim, mereka akan disebut radikal, ekstremis dan intoleran jika anti-Israel. Moderat, progresif, dan toleran bagi yang terbuka dengan Israel. Narasi ini yang Israel dan jaringan Zionis global nya inginkan.

Refleksi untuk Muslim Indonesia

Muslim di Indonesia mesti menyadari posisi strategisnya dalam konteks politik global. Negara-negara besar yang punya kepentingan terhadap dunia Islam pasti akan otomatis menjadikan Indonesia sebagai salah satu targetnya, termasuk AS, China dan Israel.

Secara normatif, Islam mengabarkan akhir dari cerita kolonialisme Israel di Palestina dengan kemenangan Muslim dan kekalahan Zionisme. Ini sudah menjadi ketetapan Allah al-Khaliq dan tentunya kabar gembira buat umat Islam seluruh dunia. Tapi, ini levelnya keyakinan sementara Muslim diwajibkan tidak hanya meyakini saja tapi juga mengamalkan ajaran Islam. Di sinilah sisi hisab atau penilaian pahala dan dosa yang akan dibebankan ke umat Islam dalam persoalan penjajahan Zionisme Israel di Palestina ini.

Dalam konteks menyikapi penjajahan Israel, Muslim harus selalu menjaga prinsip untuk tetap menentang dan mencari jalan keluar agar penjajahan tersebut segera dihentikan. Oleh sebab itu, segala upaya untuk melegitimasi eksistensi Israel dan segala kesewenang -wenangannya harus dicegah.

Dengan demikian, Umat Islam di Indonesia harus proaktif dalam menunjukkan sikap dan menawarkan narasi positif untuk memperjuangkan kebebasan masyarakat Palestina dari penjajahan Israel. Proaktif maknanya mampu membaca langkah – langkah infiltrasi Israel ke tokoh – tokoh dan ormas – ormasi Islam di Indonesia dan menangkal upaya tersebut.

Tokoh dan ormas juga harus aktif dalam melakukan pembangunan kesadaran di Internal umat Islam terhadap kondisi Palestina dan untuk selalu memberikan dukungan.

Membangun jaringan intelektual Muslim untuk Palestina juga penting dilakukan untuk ikut terlibat dalam membangun kesadaran tersebut termasuk melakukan kontra narasi terhadap opini pro-Israel dan juga menjadi wadah saling menjaga kewarasan. Ini dapat dilakukan dengan diskusi bersama, membuat karya ilmiah, dan melakukan dialog lintas intelektual global.

Sebagaimana Israel yang menggunakan jaringan intelektualnya untuk infiltrasi ke publik Indonesia, Muslim di Indonesia juga dapat melakukan pendekatan pada jaringan pro – Israel untuk berdialog berdasarkan kepentingan Islam dan kaum Muslimin.

Jika kesadaran kritis umat Islam Indonesia telah terbangun maka, jikapun mereka diundang ke Israel untuk “dirayu” itu tidak akan mengubah sikap nya terhadap penjajahan Israel. Bahkan momentum itu akan digunakan untuk mengungkap hal – hal yang disembunyikan Israel. Jika Muslim solid dengan perlawanannya, bahkan jaringan pro Israel tidak akan berani mengundang Muslim Indonesia siapapun itu.

Akan tetapi, jika Muslim Indonesia tidak sadar posisi, peran dan tidak sadar literasi maka Muslim akan selalu menjadi objek legitimasi saja. Sudah merasa senang dengan program jalan – jalan, berforum ria dengan institusi luar. Padahal tanpa sadar menjadi objek politik, dan didesain untuk jadi “agen – agen” penjajah untuk melegitimasi, mengaburkan, atau mengalihkan persoalan yang sebenarnya.

Meskipun kita yakin bahwa, Muslim akan menang melawan Zionisme. Tapi sikap sikap kita terhadap penjajahan Israel akan menentukan hisab kita di hadapan Allah SWT. Apakah kita termasuk yang ikut ta`awun dalam kebaikan atau ta`awun dalam kemungkaran dan permusuhan. Saatnya alarm kewaspadaan harus semakin diintensifkan.

Daftar Pustaka:

AIJAC. (n.d.). About AIJAC. AIJAC. Retrieved 5 May 2023, from https://aijac.org.au/about-aijac/

Benjamin Netanyahu - בנימין נתניהו [@netanyahu]. (2018, June 14). A special meeting today in Jerusalem with Yahya Cholil Staquf, the General Secretary of the global Islamic organization Nahdlatul Ulama. I’m very happy to see that Arab countries and many Muslim countries are getting closer to Israel! Https://t.co/FvGMBpZv6u [Tweet]. Twitter. https://twitter.com/netanyahu/status/1007272500689096704

detikcom, T. (2021, Oktober). Tersindir Said Aqil? Yahya Staquf: Saya ke Israel Teruskan Ikhtiar Gus Dur. detiknews. https://news.detik.com/berita/d-5755622/tersindir-said-aqil-yahya-staquf-saya-ke-israel-teruskan-ikhtiar-gus-dur

Eliraz, G. (2021a, February 1). An Israeli scholar “goes” to Indonesia. AIJAC. https://aijac.org.au/australia-israel-review/an-israeli-scholar-goes-to-indonesia/

Eliraz, G. (2021b, November). Israel-Indonesia: Nurturing People-to-People Ties without Diplomatic Relations. https://strategicassessment.inss.org.il/en/articles/israel-indonesia-nurturing-people-to-people-ties-without-diplomatic-relations/

JNS. (2018, June 15). Netanyahu gets impromptu visit from head of Indonesia’s largest Muslim organization. JNS.Org. https://www.jns.org/netanyahu-gets-impromptu-visit-from-head-of-indonesias-largest-muslim-organization/

Pristiandaru, D. L. (2020, December 23). US Promises Indonesia $2 Billion in Aid to Establish Diplomatic Relations With Israel Halaman all. KOMPAS.Com. https://go.kompas.com/read/2020/12/24/042243174/us-promises-indonesia-2-billion-in-aid-to-establish-diplomatic-relations-with

Yanwardhana, E. (2023, March 24). Gus Yahya Komentari Penolakan Israel di Piala Dunia U-20. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230324134617-33-424256/gus-yahya-komentari-penolakan-israel-di-piala-dunia-u-20

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image