Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Sebuah Refleksi Guru Penggerak

Pendidikan dan Literasi | Thursday, 19 Oct 2023, 09:04 WIB

Sebuah Refleksi GURU PENGGERAK

apa yang ada dibenak bapak ibu sekalian bila mendengar kata GURU dan PENGGERAK,atau dijadikan satu dengan GURU PENGGERAK?

akan bermacam-macam jawaban dari para pembaca sekalian

Sebelumnya, ijinkan saya menyampaikan apa Adanya terkait program GURU PENGGERAK yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa materi yang disajikan sangat sistematis, system juga sudah disiapkan sedemikian rupa sangat rapi, para fasilitator serta pengajar praktik juga semuanya ahli dibidangnya, guru-guru yang mengikuti program ini juga orang-orang pilihan yang luar biasa, sehingga tidak ada alasan bagi guru penggerak untuk tidak ikut maju dan sukses.

Pun halnya jadwal waktu yang disiapkan sangat runtut meskipun sebagai guru penggerak harus pandai pandai manajemen waktu karena kegiatan disela-sela aktifitas kita mengajar sehari-hari, namun overall hingga modul 1 selesai saya merasakan hal yang luar biasa dan pengalaman yang menakjubkan, dengan aksi nyata, kolaborasi, serta lokakarya dan aktifitas lainnya.

Koneksi antar materi modul 1.4

Pada prinsipnya mempelajari modul 1.4 ini sangatlah menyenangkan dan menjadi tambahan nutrisi bagi saya pribadi, karen dengan misalnya disiplin positif yang dipelajari kemudian dipraktikkan tentu dalam tataran praksis hal tersebut sangat mengena dan menjadi pengalaman berharga yang sesuai dengan kondisi di sekolah saya, Ketika mempelajari hal tersebut seperti kesepakatan kelas, hingga keyakinan kelas dan praktik segitiga restitusi yang ada dalam diri saya adalah ingin segera menyapaikan hal tersebut kepada teman teman guru lain dan kita Bersama sama bilamana menangani suatu kasus maka akan satu model yakni dengan segitiga restitusi disiplin positif. Sehingga bila itu dilakukan berulang ulang dan serentak oleh seluruh guru maka motivasi intrinsic akan muncul, murid tidak akan melakukan kesalahan dan kalua melakukan kesalahanpun akan memilliki kesadaran tanggungjawab.

Dan Upaya dalam hal penanganan sebuah masalah akan saya coba dengan konsep ideal menjadi manajer, namun barangtentu menyesuaikan kondisi dan siapa yang akan di restitusi, terkadang juga akan memposisikan sebagai teman atau sahabat serta manajer. Dengan begitu peran guru pengggerak akan lebih optimal dalam skala sebagai coach maupun pembelajar sejati dan visi dalam rangka membahagiakan murid setinggi tingginya akan tercapai

Sejauh saya mempelajari materi modul 1.4 ini sekali lagi saya sampaikan bahwa WOW,, banyak hal baru yang itu saya catat baik baik dan saya upayakan untuk dipraktikkan karena saya yakin ilmu ilmu tersebut bila diaplikasikan akan bermanfaat bagi diri saya, murid, dan sekolah maupun guru lain. Hal yang menurut saya menarik saya ambil contoh lain yaitu kebutuhan dasar manusia, bila kita mengetahui 5 kebutuhan dasar tersbut dan terjadi suatu masalah pada murid, maka tidak serta merta langsung meyalahkan, dan kita lebih bijak dalma mengambil keputusan tatkala menelusuri keterpenuhan kebutuhan dasar manusia pada murid murid di sekolah terlebih dahulu. Selain itu juga yang menarik lainnya adlah dengan belajar dan dikuatkan dengan lokakarya 2 hari sabtu lalu, semisal alur dalam menetukan keyakinan kelas hingga menjadi nilai-nilai kebajikan yang kita terapkan disekolah dan dikawal dengan restitusi yang berkelanjutan disekolah , menurut saya adalah hal yang baru dan penting

Perubahan yang terjadi dalam pola pikir saya adalah Ketika terjadi sesuatu hal atau masalah maka langsung me recall pengetahuan tentang materi di modul 1.4 ini sebelum bertindak, dan hasilnya lebih smooth dalam menangani sebuah masalah

Pengalamannya adalah Ketika praktik pertama restitusi kepada siswa sepertinya agak kaku dan canggung, karena Bahasa yang saya gunakan saat merestitusi ternyata anak belum begitu paham, dengan adanya praktik di lokakarya 2 kemarin semakin faham bagaiaman mencari Bahasa positif dan momen yang pas untuk menanangi sebuah masalah, sehingga lingkungan menjadi lebih positif, serta murid menyadari dari dalam diri bahwa dibalik alasan alasan ia melakukan sesuatuyang tidak sesuai dengan keyakinan kelas ia juga belajar bagaimana menerima masukan dari dirinya sendiri. Dan perasaan saya Ketika mengalami hal tersebut adalha Bahagia sekali. Dalam pengalaman dan penerapan konsep yang telah saya pelajari yang menurut saya sudah baik adalah murid murid telah terbiasa berbudaya positif meskipun belum semuanya , perlu keistiqomahan dalam mengawalnya

pengalaman lain yang menyenangkan adalah ketika kolaborasi yang 'ciamik' antara guru penggerak dan kepala sekolah saat lokakarya sangatlah indah, kita bisa satu meja dan saling suport saling menginfomasikan kelebihan serta kekurangna yang perlu ditingkatkan, momen dari lokakarya itu berlanjut terus sampai disekolah sehari-hari, saling suport juga dengan para guru, ketika menyampaikan program dan meminta mengawal bersama sama semua nampak tidak keberatan dan suport, seperti program berupa SIDAMAS atau latihan kepemimpinan yagn semua dipimpin oleh siswa, semua menjadi tertib dan baik terlaksana ketika disuport juga oleh guru lain. indahnya program bila terlaksana bersama sama dapat saya rasakan sangat nikmat di batin. terlebih perkembangannya terus nampak dari hari ke hari

Sebelum mempelajari modul ini, Ketika berinteraksi dengan murid posisi kontrol terkadang saya ambil yang pertama dan menghukum, tentu hal tersebut kurang ideal, setelah mempelajari ternyata ada alternati fposisi yang menguntungkan keduanya yaitu manajer dan saya meimilih itu sekrang. Dan persaan saya dengan perbedaan dua posisi tersebut tentu pertama merasa bersalah, kenapa dulu yang melakukan itu di posisi menghukum siswa,

Sebelum mempelajari modul ini saya menerapkan segitia restitusi sepertinya pernah namun tidak sebaik setelah mempelajari modul ini. Pernah saya praktikkan dengan memanggil siswa yang telah mendzolimi temannya, dan nasehat nasehat yang saya lakukan sebenarnya kurang lengkap bila belum memberikan keyakinan kelas.

Hal lain yang menurut saya perlu untuk dipelajari lagi dalam menciptakan budaya positif dliingkungan sekolah atau kelas adalah bagaimana guru bisa saling mendkung satu sama lain dalm menangani murid dnegna kasus yang berbeda beda, karena terkadang guru dengan kesibukannya yang luar bisa, terkadang kurang bahu membahu menyelesaikan masalah murid yang bukan berasal dari kelasnya

Hasan Albana

CGP9 Kota Malang

SDIT Ahmad Yani Malang

#sditahmadyani#malang#jawatimur

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image