Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Kunci Diterimanya Amalan Baik dalam Islam: Islam, Ikhlas, dan Mutbaah

Agama | Monday, 09 Oct 2023, 09:14 WIB
Dokumen Republika online

Al-hasanah, atau amalan baik dalam Islam, adalah salah satu hal yang sangat dihargai dalam agama ini. Namun, syariat Islam telah menjelaskan dengan jelas bahwa al-hasanah tidak akan diterima dan tidak akan membuahkan hasil kecuali dengan memenuhi tiga syarat penting. Dalam tulisan ini, kita akan membahas tiga syarat ini secara mendalam, yaitu Islam, ikhlas, dan mutâba’ah (mengikuti syariat Nabi Muhammad). Kita akan mengeksplorasi bagaimana ketiga syarat ini saling terkait dan penting dalam memahami konsep diterimanya amalan baik dalam Islam.

Syarat Pertama: Islam

Syarat pertama dalam diterimanya al-hasanah adalah Islam. Artinya, orang yang melakukan amalan baik haruslah seorang Mukmin, yaitu orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendasarkan segala perbuatan baik pada iman yang kuat. Terdapat dua jenis dalil yang menunjukkan pentingnya iman sebagai syarat pertama ini:

a. Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa iman menjadi syarat untuk mendapatkan balasan ukhrawi dari sebuah amal shaleh. Ini berarti bahwa amalan baik yang dilakukan oleh seseorang akan mendatangkan pahala di akhirat jika ia melakukannya dengan iman yang kuat. Contoh dalilnya adalah hadis yang menyebutkan bahwa "Amalan itu tergantung niatnya."

b. Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa orang kafir tidak akan diterima amalannya. Ini juga menegaskan bahwa iman adalah syarat diterimanya amalan. Dalam Islam, orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dianggap sebagai kafir, dan amalan baik yang dilakukan oleh kafir tidak akan diterima oleh Allah.

Syarat Kedua: Ikhlas

Syarat kedua dalam diterimanya al-hasanah adalah ikhlas, yang berarti tulus dan ikhlas dalam melakukan amalan tanpa mengharapkan pujian atau ganjaran dari manusia. Ikhlas merupakan kunci penting dalam Islam karena menjaga niat yang tulus murni adalah bagian integral dari iman. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur'an bahwa "Maka, persembahkanlah shalat untuk Tuhanmu dan berkurbanlah." (Q.S. Al-Kawthar: 2). Ayat ini menunjukkan bahwa amalan harus ditujukan hanya untuk Allah semata, bukan untuk mencari pengakuan dari orang lain.

Syarat Ketiga: Mutâba’ah (Mengikuti syariat Nabi Muhammad)

Syarat ketiga dalam diterimanya al-hasanah adalah mutâba’ah, yaitu mengikuti syariat Nabi Muhammad. Dalam Islam, Nabi Muhammad dianggap sebagai teladan sempurna dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam berbuat baik. Oleh karena itu, untuk amalan baik kita diterima oleh Allah, kita harus mengikuti petunjuk dan tuntunan yang diberikan oleh Nabi Muhammad.

Bukti yang Menunjukkan Pentingnya Ketakwaan

Selain tiga syarat di atas, banyak dalil dan bukti yang menunjukkan bahwa setelah syarat keimanan, yang menjadi syarat diterimanya suatu amalan adalah realisasi keimanan dalam wujud ketakwaan. Sebab takwa adalah pondasi diterimanya suatu amalan. Takwa adalah kesadaran dan kepatuhan kepada Allah dalam segala hal. Ketakwaan menggabungkan iman, ikhlas, dan mutâba’ah dalam sebuah kesatuan yang kokoh dalam beramal.

Contoh konkret dari bukti pentingnya ketakwaan adalah kisah-kisah dalam Al-Qur'an yang menggambarkan bagaimana ketakwaan mengubah nasib seseorang. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim AS yang dengan tulus patuh kepada perintah Allah untuk mengorbankan putranya, Isma'il AS, adalah contoh ketakwaan yang luar biasa. Akibat ketakwaannya, Allah menggantikan Isma'il dengan seekor domba sebagai korban, dan Nabi Ibrahim menjadi teladan bagi seluruh umat.

Kesimpulan

Dalam Islam, al-hasanah atau amalan baik sangat dihargai, tetapi syariat telah menegaskan bahwa amalan baik tidak akan diterima dan tidak akan membuahkan hasil kecuali dengan memenuhi tiga syarat penting: Islam, ikhlas, dan mutâba’ah (mengikuti syariat Nabi Muhammad). Ketakwaan juga menjadi pondasi yang menghubungkan ketiga syarat ini. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus berupaya untuk memahami, menerapkan, dan memenuhi ketiga syarat ini dalam setiap amalan baik yang kita lakukan. Dengan melakukan demikian, kita dapat memastikan bahwa amalan baik kita diterima oleh Allah SWT dan mendatangkan keberkahan dalam kehidupan kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image