Apa itu Seni Teater?
Eduaksi | 2023-09-23 16:28:41Seni merupakan bagian integral dari sejarah peradaban manusia yang tidak terlepas dari perkembangan peradaban manusia yang terkait erat dengan aspek-aspek utama dalam sejarah, agama, ekonomi, maupun politik. Seni selalu menarik untuk dibicarakan bukan hanya karena keindahannya, terlebih-lebih karena pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, manusia tidak dapat lepas dari seni.
Timbulnya hasrat dan keinginan manusia untuk menyaksikan Pertunjukan yang di pergelarkan oleh orang lain, serta keinginan dari para seniman untuk disaksikan dan dipergelarkan hasil karya mereka, telah dirasakan sebagai kebutuhan naluri dan spiritual bagi masyarakat yang beradab dan berbudaya. Seiring dengan perkembangan kebudayaan, seni sebagai salah satu produk budaya juga mengalami perkembangan, sebagai refleksi dari keadaan masa itu. Begitu juga dengan seni Teater/ seni peran yang merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari dan fenomena-fenomena sosial, tidak terlepas pula dari perkembangan itu. Seni teater terus berkembang dengan berbagai konsep dan aliran didalamnya, baik yang mengambil konsep pencitraan masa lalu ataupun dengan pencitraan masa kini sebagai penggambaran fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Seni teater adalah salah satu bentuk seni yang melibatkan pertunjukan panggung yang melibatkan aktor, penulis naskah, sutradara, dan sejumlah elemen visual, audio, dan pergerakan. Seni teater telah menjadi bagian penting dari budaya manusia selama ribuan tahun dan terus mengalami perkembangan yang signifikan. Seni teater memiliki akar sejarah yang panjang, dimulai dari zaman kuno di berbagai peradaban seperti Yunani Kuno, Romawi, dan India. Pementasan drama di Yunani Kuno, misalnya, dipentaskan dalam amfiteater terbuka dengan penonton yang berjumlah ribuan orang. Teater pada masa itu juga memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan moral, politik, dan agama.
Selain itu, seni teater juga berkembang di berbagai budaya di seluruh dunia seperti Teater Noh di Jepang, Wayang Kulit di Indonesia, dan Commedia dell'arte di Italia. Seni teater merupakan seni yang sangat dekat dengan kehidupan manusia, karena teater mempelajari anatomi manusia. Antonin Artaud pernah menjelaskan the theatre is the state, the place, the point where one can apprehend the human anatomy; with the human anatomy, one can heal and direct life (dalam Barba & Savarese, 2006: 21). Artinya dengan teater kita dapat memahami anatomi manusia untuk memperbaiki dan mengarahkan kehidupan salah satunya yaitu mengarahkan karakter manusia. Hal tersebut menjadi bukti bahwa teater dengan segala aspeknya baik dari proses kreatif sampai pada pementasan memberikan pengalaman pembelajaran yang penuh dengan nilai karakter. Seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks, sehingga sering disebut dengan collective art atau syntethic art artinya teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan berbagai macam keahlian dan keterampilan.
Seni teater merupakan seni audio visual yaitu seni yang dapat didengarkan serta dapat dilihat. Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam arti yang lebih luas yaitu meliputi proses pemilihan naskah, penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan, dan proses pemahaman atau bagaimana apresiasi dari khalayak (Satoto, 2012, p. 6). Seni teater adalah jenis seni yang sangat luas sekali, seni teater seperti sebuah cermin tanpa bingkai, mewakili gerak kehidupan manusia yang terdiri dari sekumpulan komponen peristiwa yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh. Seni teater adalah suatu seni untuk mengenal manusia, kemanusiaan, dan kehidupan manusia. Latihan dasar seni peran merupakan tahap pertama dari proses pembentukan seorang aktor yang terdiri dari aktor dan dirinya, aktor dan lakon, dan proses membawakan lakon.
Kendala utama dalam pembentukan seorang aktor adalah diri si aktor sendiri. Maka dari itu kita harus menelaah ada apa didalam diri seorang aktor atau setiap orang. Dalam diri seorang aktor terdapat dua bagian yaitu raga yang terdiri dari tubuh, gerak dan pernafasan. Sedangkan dalam sukma terdapat unsur-unsur emosi, kemauan, semangat, pikiran, dan fantasi. Maka dalam menjalani latihan-latihan, terdiri dari tiga macam yaitu olah tubuh, olah vokal dan olah rasa, pada pelaksanaannya menjadi satu atau saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya (Kumalasari, 2020, p.4).
OLAH TUBUH
Saptaria (2006: 54) dalam (Kumalasari, 2020, p.3) mengemukanan bahwa olah tubuh sebagai proses pembebasan adalah kesadaran elastisitas tubuh sebagai alat visual aktor yang mengarah pada kesadaran gestikulasi yang proposional. Sebelum memainkan karakter aktor harus menguasai tubuhnya karena tubuh merupakan bagian penting sebagai media penafsiran dari 4 sebua lakon. Oleh karena itu, aktor harus belajar demi pencapaian kualitas tubuh agar enak di tonton. Santosa (2008:156-183) dalam (Kumalasari, 2020, p.3) mengemukakan bahwa latihan olah tubuh melatih kesadaran tubuh dan cara mendayagunakan tubuh. Olah tubuh dilakukan dalam 3 tahap, yaitu;
1) Pemanasan adalah gerakan tubuh untuk meningkatkan sirkulasi dan meregangkan
otot dengan cara bertahap dari ujung kaki hingga ujung kepala.
2) Latihan inti merupakan pokok gerakan yang akan dilatih sesuai dengan tujuan yaitu
membentuk ketahanan tubuh, kelenturan tubuh, dan ketangkasan fisik.
3) Pendinginan atau peredaan yaitu gerakan latihan yang bertujuan untuk menyegarkan
kembali kondisi tubuh.
OLAH VOKAL
Suara adalah unsur penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi auditif atau sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran. Endraswara (2011:65) dalam (Kumalasari, 2020, p.4) menyatakan bahwa olah suara dapat diartikan latihan mengucapkan suara secara jelas dan nyaring (vokal), dapat juga berarti latihan penjiwaan suara. Warna suara bagaimana yang tepat, harus disesuaikan dengan watak peran, umur peran, dan keadaan sosial peran itu. Aktor pun tidak dibenarkan mengubah warna suaranya tanpa alasan. Kemampuan vokal yang baik bagi seorang aktor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran secara proposional.
Dengan vokal, aktor dituntut untuk dapat menyampaikan informasi perannya. Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi aktor merupakan media penyampai informasi melalui dialog. Suara (vokal) mempunyai peranan penting dalam kegiatan teater, karena digunakan sebagai bahan komunikasi yang berwujud dialog. Dialog merupakan salah satu daya tarik dalam membina konflik-konflik dramatik. Kegiatan mengucapkan dialog ini menjadi sifat teater yang khas. Suara adalah lambang komunikasi yang dijadikan media untuk mengungkapkan rasa dan buah pikiran. Unsur dasar bahasa lisan adalah suara. Suara tidak hanya dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya, dan cepat lambatnya sesuai dengan situasi dan kondisi emosi. Itulah yang disebut intonasi. Suara merupakan unsur yang harus diperhatikan oleh seseorang yang akan mempelajari teater. Seorang pemeran dalam pementasan teater menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa tubuh dan bahasa verbal yang berupa dialog. Bahasa tubuh bisa berdiri sendiri, dalam arti tidak dibarengi dengan bahasa verbal.
Akan tetapi, bisa juga bahasa tubuh sebagai penguat bahasa verbal. Dialog yang diucapkan oleh seorang pemeran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pementasan naskah drama atau teks lakon. Hal ini disebabkan karena dalam dialog banyak terdapat nilai-nilai yang bermakna. Jika lontaran dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya, maka nilai yang terkandung tidak dapat dikomunikasikan kepada penonton. Hal ini merupakan kesalahan fatal bagi seorang pemeran. Santosa (2008:197) dalam (Kumalasari, 2020, p.4) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang pemeran tentang fungsi ucapan, yaitu sebagai berikut;
1) Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari teks lakon kepada penonton.
2) Memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara.
3) Memuat informasi tentang sifat dan perasaan peran, misalnya: umur, kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah, dan sebagainya.
4) Mengendalikan perasaan penonton seperti yang dilakukan oleh musik.
5) Melengkapi variasi. Melalui vokal, seorang aktor harus mampu menggalih kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatik sehingga mampu menggugah majinasi dan empati penonton
OLAH RASA
Pemeran teater membutuhkan kepekaan rasa. Dalam menghayatai karakter peran, semua emosi tokoh yang diperankan harus mampu diwujudkan. Oleh karena itu, latihan-latihan yang mendukung kepekaan rasa perlu dilakukan. Terlebih dalam konteks aksi dan reaksi. Seorang pemeran tidak hanya memikirkan ekspresi karakter tokoh yang diperankan saja, tetapi juga harus memberikan respon terhadap ekspresi tokoh lain. Banyak pemeran yang hanya mementingkan ekspresi yang diperankan sehingga dalam benaknya hanya melakukan aksi. Padahal akting adalah kerja aksi dan reaksi. Latihan olah rasa tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan kepekaan rasa dalam diri sendiri, tetapi juga perasaan terhadap karakter lawan main.
Latihan olah rasa dimulai dari konsentrasi, mempelajari gesture, dan imajinasi. Secara keseluruhan latihan dasar dalam teater sangatlah penting untuk menunjang penampilan aktor agar mudah untuk diarahkan oleh sutradara karena kator telah menjalani tahap latihan baik tubuh, suara dan rasa (Kumalasari, 2020, p.5). Dalam penelitian mengenai pembelajaran seni teater pada ekstrakurikuler ini siswa diharuskan untuk dapat memperagakan latihan olah rasa, olah vokal, olah tubuh sesuai yang telah diajarkan oleh guru/pelatih ekstrakurikuler.
Siswa memperagakan latihan secara berpasangan atau berkelompok, kemudian guru atau pelatih memberikan penilaian secara individu kepada setiap siswa, siswa membutuhkan konsentrasi yang penuh karena siswa harus melakukan latihan olah vokal, olah rasa, dan olah tubuh seperti yang telah diajarkan oleh guru atau pelatih ekstrakurikuler.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.