Mensyukuri Patah Hati Ala Rumi
Sastra | 2023-09-20 08:18:46Menurut Jalaluddin Rumi, definisi Sufi adalah seorang yang telah patah hati terhadap dunia. Konteks “patah hati” yang diberikan rumi merupakan sebuah ungkapan kekecewaan terhadap sekulerisme dan dunia yang tanpa melibatkan Tuhan, sehingga Rumi kemudian hanya mencari tempat dan kenyamanan yang menurutnya berada pada rangkulan Tuhan. Namun sangat disayangkan jika semua syair Rumi di era ini justru dikontekskan sebagai syair antara manusia dengan lawan jenisnya, padahal Rumi memaksudkan syair-syair dan karya tersebut adalah tentang relasi antara Manusia dan Sang Pencipta yang membuat rasa kecintaan dari hamba terhadap Tuhannya menjadi jauh lebih dalam.
Namun, menurut saya tidak ada salahnya jika menjadikan syair-syair Rumi sebagai referensi ketika berhubungan dengan sesama manusia, Rumi melihat dan merasakan sesuatu yang kita semua tidak bisa lihat dan rasakan. Rumi melihat dan merasakan Tuhan begitu nyata dan dekatnya sehingga seakan bisa menyentuh dimensi-Nya, sedangkan kita belum sampai pada batas tersebut. Rumi menginspirasi manusia di era sekarang untuk menempatkan cinta pada dimensi yang berbeda, manusia harus semakin menjunjung tinggi arti cinta.
Merayakan Patah Hati
Rumi sendiri adalah seorang filsuf dan penyair beraliran Sufi yang terkenal pada abad ke-13 yang karyanya dikenal oleh dunia barat sekalipun, karya-karya Rumi bisa dibilang memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam dunia kesusastraan pada masa itu sehingga sampai dengan hari ini masih bisa kita rasakan kehadiran dari karya Rumi yang masih menghiasi kehidupan kita, terutama bagi pembacanya yang sedang kasmaran atau bahkan patah hati sekalipun.
Cinta yang dipahami manusia saat ini mungkin terlalu sempit jika dibandingkan dengan pemahaman Rumi tentang cinta yang memandang hal tersebut dengan cara yang open minded lagi, Rumi mengartikan cintanya kepada Tuhan seakan seperti mengungkapkan luasnya perasaan tersebut sudah melampaui hubungan antara Tuhan dengan Hamba-Nya sehingga membuat para pembaca karya-karya Rumi seakan menganggap bahwasanya ungkapan-ungkapan Rumi adalah tentang cinta antara dua manusia. Meskipun begitu, kalimat-kalimat kecintaan Rumi sangat lah indah untuk dikonsumsi oleh indera visual kita sebagai pembaca dibuatnya hanyut dan terbuai seakan-akan kita sedang menjadi subjek yang dimaksudkan sehingga pembaca menjadi terinspirasi untuk melakukan hal yang sama kepada seseorang yang dicintai oleh mereka, kutipan-kutipan indah Rumi banyak sekali digunakan oleh remaja-remaja kasmaran yang sedang berbunga-bunga hatinya karena dimabuk asmara.
Namun perlu diingat, bahwasanya berbeda dengan kecintaan Rumi terhadap Sang Khalik yang akan kekal abadi dan tidak akan menemui sebuah rasa kecewa apa lagi patah hati, namun kecintaan kita dengan sesama makhluk ciptaan-Nya pasti akan menjumpai yang namanya fenomena patah hati. Sehingga kita harus sanggup untuk melakukan upaya-upaya preventif dan represif untuk bisa memulihkan kembali hati manusia. Dalam salah satu karya Rumi yang paling umum dibaca yaitu Semesta Matsnawi, Rumi mengisyaratkan kita untuk membiarkan hati kita patah untuk kemudian hati tersebut bisa lebih terbuka lebih luas lagi, makna dari bait tersebut sangat dalam yaitu sebuah seruan untuk bermuhasabah terhadap segala khilaf dan kesalahan yang kita perbuat sehingga di suatu nanti tidak terulang kejadian yang demikian sama.
Patah Hati Secara Transendental
Sufi sendiri memiliki artian yaitu seorang lelaki atau seorang perempuan yang telah patah hati terhadap dunia, gubahan Rumi ini sendiri mengajak kita untuk mendekonstruksi arti cinta yang masih kita pahami dengan cara yang tekstual dan muamalah duniawiah sehingga kita perlu maju sedikit lagi untuk bergeser pada pemahaman cinta dengan cara transendental. Jika boleh mengutip dari film Black Panther, karakter T’Challa mengatakan bahwasanya kematian bukan lah akhir jika menurut budaya di Wakanda, akan tetapi kematian adalah sebuah lompatan untuk menuju ladang hijau di mana kita bisa berlari sekencang-kencangnya selamanya. Ungkapan T’Challa tersebut juga mengisyaratkan pemahaman tentang kematian dengan cara yang transendental, paradigma dari Rumi juga mengajak kita untuk berpandangan lebih luas lagi dengan sudut pandang yang tidak hanya terbatas pada dunaiwi saja.
Patah hati harus menjadi kesempatan bagi kita untuk kemudian menjadikan diri kita sebagai manusia yang memiliki cakrawala luas yang dibarengi dengan pendekatan irfani yang merupakan sebuah metode pendekatan al-jabari, jangan kemudian patah hati dijadikan sebagai duri dalam hati yang akan merusak segala ekosistem dalam tubuh baik secara fisik maupun secara pikir. Seperti halnya Engku Zainudin dalam Buku Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk karya Buya Hamka yang fenomenal, Engku Zainudin bangkit dari keterpurukan patah hatinya yang kemudian menjadikannya sastrawan tersohor karena mampu menghasilkan karya-karya yang terinspirasi dari peristiwa patah hati yang dialaminya sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.