Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image isdie

Mitos dan Epos Jayabaya Tentang Masa Depan Indonesia

Eduaksi | 2023-09-19 22:45:00
Jayabaya selain seorang raja juga sastrawan pada masanya

Indonesia tercinta ataupun nusantara kita ini sejak didirikan oleh faundingfather mempunyai sebuah tujuan untuk menjadi negara macu bahkan soekarno pernah menyebut Indonesia akan menjadi mercusuar dunia, tidak ketinggalan Soeharto sebagai penerus trah kekuasaan Soekarno juga menggemakaan tentang Indonesia untuk menjadi kiblat bagi dunia. Statemen yang pernah diungkapkan presiden pertama dan kedua merupakan sebuah motivasi bagi semua elemen untuk berpartisipasi meraih tujuan bangsa yang akan menjadi kebanggaan.

Tentang tujuan dan arah bangsa menuju kemajuan tidak sedikit yang mengaitkan dengan sejarah nusantara ketika zaman kerajaan. Salah satu yang sangat erat dikait kaitkan adalah seorang raja jawa kerajaan mataram kuno yang bernama Jayabaya. Jayabaya adalah seorang raja yang juga menyukai seni terutama seni sastra,kecintaannya terhadap sastra menjadikan jayabaya juga mampu menelurkan berbagai macam karyanya dari kidung maupun epos.

Karya jayabaya yang cukup terkenal yaitu jangka jayabaya, jangka jayabaya merupakan karya dari sang raja berisi tentang hal yang menceritakan keadaan jaman di masa mendatang. Kemampuan pemikiran Jayabaya dalam mengeksploitasi mengenai masa depan yang akan terwujud menjadikan sebuah pegangan kaum yang masih terafiliasi paham kejawaan atau kejawen. Akan tetapi bukan hanya kaum kejawen saja yang kini meyakini bahwa ramalan jayabaya berkaitan erat serta menggambarkan keadaan bangsa Indonesia di masa depan sehingga banyak yang selalu menghubungkan kejadian bangsa kita dengan ramalan Jayabaya tersebut.

Dikaitkan bahwa pemimpin negara/presiden Indonesia akan berakhiran dari Noto Negoro istilah Noto Negoro dikaitkan jika presiden pertama bernama Soekarno akhiran “NO” dan presiden kedua yaitu Soeharto akhiran ‘TO” sehingga membentuk kata NOTO akan tetapi setelah soeharto lengser sebagai pengganti bukan berakhiran Ne malah menyimpang jauh karena nama presiden ketiga adalah BJ Habibi yang tidak ada secuilpun menyerempet kata Ne. Meskipun tidak menyerempet masih saja dikaitkan dan terus dihubungkan sehingga keberadaan pemimpin atau presiden Indonesia selalu disandingkan dengan ramalan jayabaya.

Bagi manusia yang sudah hidup diera tekhnologi serta serba mudah mencari dan mendapatkan informasi dan juga selalu dianalisis secara akal juga rasional sepertinya tidak patut menghubungkan ramalan manusia yang sudah ribuan tahun silam dijadikan sebuah pijakan apalagi pedoman mengenai nasib bangsa kedepan, karena sebenarnya epos jayabaya yang salah satunya terkenal dengan sebutan Jangka jayabaya adalah sebuah karangan saja sebagai hasil karya seni yang patut dibanggakan tetapi bukan sebagai tuntunan menentukan arah bangsa atau menerka nasib bangsa ke depan.

Nasib bangsa ke depan adalah ditangan para pengelola yang mengelola sekarang serta yang akan datang, dan nasib bangsa di masa depan juga tidak lepas dari persiapan generasi mendatang yang akan menjadi penerus pengelolaan bangsa Negara. Nasib bangsa jangans elalu diakitkan dengan epos yang belum tentu kebenarannya bahkan kemungkinan hanya mitos sang pujangga dalam mengeksplorasi kata untuk membuat para penikmat karya terbawa ke alam pikirannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image