Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Retno Tri Rahayu

Kasih Sayang Allah di Sebuah Halte

Agama | Tuesday, 19 Sep 2023, 20:59 WIB

Sabtu, 16 September 2023, pagi hari aku mengikuti sebuah seminar. Setelah itu, aku menjalani rutinitas biasaku tiap weekend, yaitu main ke perpustakaan. Kali ini aku main ke Perpustakaan Cikini (buat yang belum pernah coba aku saranin banget buat coba main ke sini). Bisa dibilang, pergi ke perpus adalah salah satu hobiku buat melepas penat kerja. Di perpus aku bisa mengistirahatkan otakku dan melihat banyak orang baca buku disana, entah kenapa aku sangat suka akan pemandangan itu.

Setelah setengah hari di perpus, pada pukul 19.00 WIB aku memutuskan untuk pulang ke kos. Kos aku di Kebon Jeruk. Sebenarnya kalau mau nurutin keinginan hati, kalau bisa aku di perpus sampai tutup. Tapi apa daya, jarak tempuh dari perpus ke kosku dengan menggunakan transjakarta (TJ) terhitung lebih dari satu jam.

Waktu itu kakiku cukup sakit, karena sudah banyak berjalan seharian. Dan berhubung saldo kartu TJku juga habis, akhirnya aku putuskan untuk naik ojek online sampai ke Halte Balai Kota. Untuk sampai ke kos, aku harus transit terlebih dahulu dari Halte Balai Kota ke Halte Jelambar, setelah itu baru bisa sampai ke Halte Kebon Jeruk.

Ketika di Halte Jelambar, penumpang TJ bisa dibilang cukup ramai, mungkin karena malam Minggu juga, pikirku. Di halte ini aku menjumpai pemandangan yang tidak biasa. Ya, aku melihat seorang Bapak Penjual Kerupuk yang mempunyai keterbatasan dalam penglihatannya.

Bisa dibilang, Bapak tersebut rapih. Tubuhnya cukup tinggi, di tangannya terdapat tongkat yang membantunya berjalan, juga kacamata hitam yang dikenakannya. Di pundaknya terlihat bunkusan kerupuk warna putih yang masih banyak.

Sejenak aku berfikir. Beliau dengan keterbatasannya saja sampai jam segini masih di perjalanan mencari rezeki. Dan naik transjakarta!! Beberapa pertanyaan muncul di kepalaku.

Bagaimana caranya Bapak ini tahu jalan sedang beliau tidak melihat dengan kedua matanya?

Bagaimana caranya Bapak ini tahu rute transjakarta disaat aku saja masih suka nyasar bergantung dengan aplikasi rute TJ?

Bagaimana caranya Bapak ini tahu letak halte ini?

Bagaimana caranya Bapak ini naik turun tangga melewati JPO?

Dan bukankah kadang pemberitahuan di dalam TJ sudah sampai halte mana itu mati? Bagaimana cara Bapak ini tahu sudah sampai halte yang beliau tuju?

Dengan dibantu oleh petugas halte, Bapak tersebut masuk ke dalam TJ dan duduk di kursi prioritas. Masih terekam jelas olehku saat itu penumpang TJ cukup banyak, bahkan aku pun berdiri.

Jelambar - Kebon Jeruk memakan waktu kurang lebih 20 menit dan ada 5 titik pemberhentian yang dilewati. Sesampainya di Kebon Jeruk, ternyata Bapak tersebut juga turun.

"Tahan pintu, tahan pintu", katanya kepada penumpang yang lain.

Aku yang ada didepannya akhirnya keluar lebih dulu, dan sebenarnya isi kepala kepo,

"Bagaimana Bapak ini akan turun?"

Setelah aku keluar dari TJ dan hendak tap out dari halte, secara tidak sengaja aku mendengar dua orang petugas halte sedang bercakap-cakap.

"Eh bapak-bapak yang jualan kerupuk yang biasanya pulang jam segini udah pulang belum ya, kamu sudah lihat belum?", tanya seorang petugas ke petugas yang lain.

"Belum sempat petugas yang lain menjawab, petugas tersebut menjelaskan lagi,

"Iya yang naik dari Jelambar itu".

Karena petugas yang lain tidak kunjung menjawab, aku yang didepannya ikut membantu menjawab,

"Itu Bu, ada di belakang."

Kedua petugas tersebut langsung bergerak dan terlihat Bapak penjual kerupuk sudah keluar dari Busway. Keduanya langsung menghampiri Bapak Penjual Kerupuk.

Dari sini, sambil berjalan aku berpikir.

"Bahkan jadwal kepulangan Bapak Penjual Kerupuk ini diinget oleh sang petugas halte."

Satu per satu pertanyaanku pun mulai terjawab.

Siapa yang membantu Bapak ini naik TJ?

Sudah pasti jawabannya adalah Allah. Apa yang aku pikir rumit dan sulit ternyata sangat mudah bagi-Nya. Dia benar-benar sudah membuat rencana yang sangat rapi dan menata semuanya dengan sangat baik. Kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya hadir lewat banyak sekali cara dan jalan, dan kali ini aku dapat melihatnya lewat petugas halte yang menanti kepulangan Sang Bapak Penjual Kerupuk.

Wallohu a'lam bish showab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image