Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image isdie

Gemuruh Buruh hanya Berbuah Peluh

Info Terkini | Monday, 18 Sep 2023, 22:55 WIB
kaum buruh hanya dijadikan alat untuk hasrat kaum tertentu atas nama buruh

Buruh merupakan bagian unsur dari ratai kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, kaum buruh menjadi sebuah kesatuan yang patut diperhitungkan karena mempunyai jumlah cukup besar di negara indonesia. Buruh secara bahasa adalah orang yang bekerja untk orang lain sedangkan secara terminologi buruh tidak hanya sebatar untuk buruh pabrik atau buruh tsni melainkan untuk seluruh umat manusia yang bukan pengusaha atau penguasa. Berdasarkan pengertian secara istilah itulah kalau buruh bukan hanya sebatas pekerja pabrik dan pekerja pertanian menjadikan inisiatif mengorganisir kaum buruh menjadi serikat ataupun organisasi bahkan menjadikan sebagai alat untuk kendaraan politik.

Dijadikannya pengorganisiran kaum buruh menjadi sebuah kendaraan politik dalam hal ini adalah partai yang juga sudah ada di negara lain seperti Selandia Baru, Norwegia, Korea Utara dan Spanyol yang memang mempunyai perwakilan diparlemennya serta juga ada dibeberapa negara lainnya termasuk di Indonesia.

Partai Buruh di Indonesia pada tahun 1998 munculya era reformasi didirikan oleh Muktar Pakpahan dan kawan – kawan untuk ikut mengadu nasib dalam persaingan perpolitikan di masa itu akan tetapi tidak mampu merebut perwakilan masuk ke dalam parlemen. Partai Buruh di Indonesia sejak pasca reformasi seakan hilang entah terbawa arus, di tahun 2021 Partai Buruh kembali didirikan yang diinisiasi oleh Said Iqbal dan kawan – kawan yang dari beberapa organisasi serikat buruh.

Menggeloranya partai buruh untuk mengikuti konstalasi pemili di tahun 2024 telah tercapai dengan lolosnya verifikasi Partai Buruh sampai mendapatkan nomor urut partai sebagai peserta pemilu tahun 2024. Said Iqbal sebagai presiden lantang menyuarakan nasib buruh serta menentang undang – undang ciptakerja yang dinilai merugikan kaum buruh.

Sebenarnya Partai buruh atau kaum buruh hanya akan menjadi gemuruh saja dan sebenarnya tidak akan benar – benar mengemban amanat buruh itu sendiri yang memang benar – benar buruh, lihat saja partai buruh di negara lain yang memang punya perwakilan di parlemen apakah mereka mampu menyejahterakan dan benar – benar membela buruh yang mengusungnya. Kaum buruh sampai kapanpun hanya akan dimanfaatkan suaranya yang gemuruh ibarat mesin pabrik yang dijalankannya sedangkan hasil terbesar akan dinikmati pemilik. Hal itu juga sama dengan Partai Buruh sekarang yang kemungkinan hanya akan memanfaatkan kaum buruh untuk memuluskan keinginan para petingginya.

Sampai kapanpun nasib buruh hanya akan menunggu kebijakan pemimpin yang empati saja, meskipun nanti partai buruh lolos para anggota perwakilan partai buruh di parlemenpun hanya akan bergemuruh mengikuti suara yang ada di dalam parlemen tanpa mendengar gemuruh asli kaum buruh yang mendorong dari bawah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image