Habib Umar Alhamid Tuding Isu Politik Identitas Digunakan untuk Meneror Kelompok Mayoritas
Politik | 2023-09-13 20:01:10Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari) Habib Umar Alhamid geram jelang pemilu 2024 muncul kembali isu intoleransi, paling pancasilais dan politik identitas. Padahal isu tersebut diduga hanya dibuat dan dilakukan oleh kelompok atau rezim yang ketakutan akan kekuasaannya selesai. Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan tidak pernah membuat kerusakan diatas bumi ini, pemeluknya mencintai serta memperlakukan baik bagi semua makhluk. Mengapa selalu dipojokkan dan diberi stigma macam macam?
"Sepertinya politik identitas itu diarahkan pada kelompok Islam. Jadi kalau tujuannya untuk memojokkan umat Islam yang selama ini pembela Pancasila dan toleran terhadap anak bangsa, itu merupakan bentuk intimidasi dan teror yang dilakukan oleh kelompok yang pro pada oligarki," ujar Habib Umar Alhamid kepada wartawan, Rabu (13/9/2023).
Menurutnya, umat Islam tidak perlu merasa takut atas freming terhadap politik identitas tersebut, hal itu harus segera di akhiri. Sangat wajar jika rakyat menginginkan pemimpin kedepan adalah seorang Islam yang baik dan taat pada agamanya. Itu adalah bentuk dari kearifan berbangsa dan bernegara.
"Maka saatnya umat Islam bersatu untuk memenangkan kontestasi politik pada pemilu 2024 untuk menuju Indonesia yang lebih baik dan berkeadilan," tutur Habib Umar.
Dikatakan Habib Umar, cara cara yang dilakukan terhadap mayoritas umat Islam selama ini, adalah satu perbuatan yang masuk dalam katagori kejahatan hak asasi manusia (melanggar HAM-red) dan telah menganiaya Pancasila serta UUD 45. Padahal semua itu merupakan kewajiban pemerintah untuk menjaga dan mengayomi segenap masyarakat dari segala bentuk ancaman yang datang baik dari luar maupun dari dalam negeri.
"Serta menjaga hak hak mereka (semua warga negara-red) untuk mendapat perlindungan dalam segala bentuk merupakan kewajiban dan tanggung jawab negara," katanya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.