Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rivira Yuana

Hari Bhakti RRI : Transformasi untuk Mengembangkan Kreator Konten dan Kanal Komunitas

Teknologi | Monday, 11 Sep 2023, 11:29 WIB
Tim RRI Digital sedang koordinasi teknis di Kantor Pusat RRI ( dok pribadi )

Hari Bhakti RRI : Transformasi untuk Mengembangkan Kreator Konten dan Kanal Komunitas

Hari Bhakti Radio Republik Indonesia (RRI) diperingati setiap tanggal 11 September. Peringatan ke-78 tahun 2023 diharapkan menjadi daya dorong transformasi total sesuai dengan tren global. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP), RRI merupakan radio yang mempunyai jaringan siaran terbesar di negeri ini.

Transformasi RRI semakin efektif dengan adanya platform digital yang tidak hanya mendukung program penyiaran namun juga berfungsi sebagai platform yang bisa mengembangkan kreator konten di negeri ini. Baik yang masih pemula maupun yang sudah punya nama.

Eksistensi RRI Digital juga mengembangkan dan melayani komunitas yang ada di tengah masyarakat lewat kanal-kanal yang sudah dirancang. Beberapa kanal komunitas telah eksis, antara lain kanal Komunitas Perempuan dan Anak yang terhubung dengan SAPA 129 yang merupakan layanan pengaduan masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Selain itu juga kanal Komunitas Pasar dan UMKM, Kanal Komunitas Wisata dan Kuliner, dan yang akan diluncurkan dalam waktu dekat adalah Kanal Komunitas yang peduli dengan perubahan iklim.

Dengan adanya kanal-kanal di atas maka potensi alami RRI bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk memperkuat konektivitas bangsa, mengembangkan industri budaya lokal dan sebagai bentuk mitigasi bencana. Hal itu sesuai dengan agenda Badan PBB UNESCO terkait dengan peran radio yang masih signifikan bagi warga dunia di tengah pesatnya disrupsi disegala bidang kehidupan.

Radio masih berperan penting sebagai wahana transformasi sosial. Oleh sebab itu UNESCO melihat pentingnya usaha untuk mengembalikan kodrat radio sebagai media sosial yang merakyat dan platform pembelajaran yang efektif.

RRI perlu belajar dari British Broadcasting Corporation (BBC) yang kini telah berhasil mentransformasikan diri menjadi entitas Broadcasting 5.0 karena mampu mewujudkan BBC Academy yang merupakan wahana berkarya dan berbagi yang prestisius bagi warga global. BBC telah bertransformasi dari level Broadcasting 1.0 dimana proses interaksi terjadi di dalamnya. Kemudian level Broadcasting 2.0 dilakukan dengan parameter integrasi antara siaran radio, situs web dan media sosial. Ketiga faktor tersebut bisa dilakukan secara serentak dan update. BBC telah bertransformasi menjadi 3.0. karena telah menjadi wahana transformasi yang dialami oleh para anggota akademi yang belajar di sana. Kemudian juga telah sukses menempuh Broadcasting 4.0 yang ditandai dengan sukses menerapkan teknologi pendukung revolusi Industri 4.0, antara lain penggunaan generative Artificial Intelligence (AI).

Kini BBC melangkah menjadi Broadcasting 5.0 yang memiliki platform untuk menuju ekosistem Society 5.0. Ekosistem dimana tidak ada lagi dikotomi antara jenis media. Society 5.0 memungkinkan penerapan Iptek yang berbasis modern (AI, Robot, Iot) untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup lebih nyaman. Society 5.0 dibuat sebagai resolusi atas revolusi Industri 4.0.

Indonesia butuh inovator yang mampu berimajinasi, berinovasi dan melihat dengan mata baru terkait pengembangan platform sebagai wahana strategis Society 5.0. Platform yang bisa membuahkan human spirit dan ekonomi berbasis co-creation (collaboration-creation). Sehingga potensi lokal Indonesia yang analog dengan zamrud khatulistiwa itu dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah terkelola. Sehingga mendatangkan nilai tambah signifikan dan melahirkan sederet nilai-nilai human spirit yang mendunia.

Keniscayaan, RRI perlu dikembangkan dengan tahapan yang relevan dengan perkembangan zaman. Kini sudah ada RRI Digital yang mesti dilengkapi dengan teknologi yang menjadi tren dunia seperti penggunaan AI sebagai machine learning yang tidak pernah lelah untuk disuruh belajar terus menerus selama diberi input. Tentu saja algoritmanya harus terus di update untuk mengatasi kompleksitas.

Nantinya berita dan konten di RRI dalam bentuk text akan otomatis diubah ke audio oleh AI bisa menggunakan suara imitasi penyiar legend sepanjang diijinkan oleh yang bersangkutan. Dan sebaliknya berita-berita dalam bentuk audio bisa diubah menjadi text oleh AI dan formatnya sesuai dengan kode etik, ketentuan dan standar konten yang telah digariskan oleh Dewan Pers.

Dimasa mendatang RRI Digital berpotensi menjadi agregator konten dan platform komunitas yang terkemuka di negeri ini bahkan di level regional. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, dengan platform digitalnya RRI menjadi wahana yang tepat untuk mewujudkan metode co-creation karena portofolio profesi broadcasting di masa mendatang semakin bersenyawa dengan industri kreatif, gaya hidup,dan pariwisata.

Kata kunci dan narasi RRI Digital adalah Interaksi (Interactivity), Partisipasi (Engagement), dan Kolaborasi (Collaboration). Interaksi mengajak audiens untuk memberikan masukan saat siaran live maupun on-demand. Serta mendorong audien untuk memberikan komentar-komentar langsung pada saat acara sedang berjalan atau setelah menikmati konten-konten on demand dalam rangka perbaikan program/acara yang dibuat oleh RRI.

Partisipasi dalam arti bahwa konten kreator diberikan kesempatan untuk show off karya-karya kreatifnya baik berupa berita (news), podcast, vlog & film, musik dan playlist dan sebagainya. Kolaborasi berarti bekerjasama dengan berbagai komunitas via community leader dengan mewadahi kegiatan mereka via menyediakan kanal berbagai komunitas. Selain itu juga terdapat fitur baru yang tidak terlihat oleh masyarakat namun terobosan baru dan bermanfaat besar untuk bekerja dan kerjasama internal yaitu workspace platform dan online learning platform. Dalam Workspace platform terdapat berbagai fasilitas untuk monitor impact dan outcome (statistik), meeting online (vicon), menyimpan hasil kerja dan library (news, podcast, vlog, playlist, dll) pra tayang dan lain-lain.

Tidak lama lagi RRI Digital akan dilengkapi dengan kanal komunitas yang terkait dengan perubahan iklim. Kanal Komunitas RRI pada prinsipnya adalah platform digital RRI sebagai media informasi dan komunikasi untuk komunitas dengan minat dan perhatian yang sama.

Isu perubahan iklim sudah menjadi topik yang diperbincangkan oleh dunia internasional termasuk oleh persatuan lembaga penyiaran publik di berbagai negara maju maupun berkembang.

Asian-Pacific Broadcasting Union (ABU) memiliki 287 anggota dari 57 negara baru-baru ini menyelenggarakan konferensi yang dihadiri oleh RRI sebagai anggota dan calon ketua, menetapkan perubahan iklim sebagai isu utama. Kanal diatas sangat relevan dengan misi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang bertujuan agar seluruh masyarakat Indonesia perlu teredukasi dan memahami tentang resiko dan upaya pengendalian perubahan iklim. Edukasi tersebut sangat klop dengan kanal RRI Digital.

KLHK, RRI dan lembaga lain yang relevan perlu segera bersinergi membuat langkah-langkah antisipatif untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim. Keniscayaan hal itu perlu dipersiapkan dengan baik dan perlu diperkuat untuk dapat berkelanjutan.

Kanal RRI Digital juga bisa mendukung program strategis KLHK yakni Program Kampung Iklim (ProKlim) yang merupakan program unggulan KLHK menghadapi perubahan iklim dan pengurangan emisi GRK di tingkat tapak. Proklim merupakan kebijakan KLHK tertuang dalam Peraturan Menteri LHK No. 84/2016, dengan Proklim, KLHK mendorong agar terbentuk Gerakan Nasional Pengendalian Perubahan Iklim berbasis komunitas, sehingga diharapkan terbentuk pemahaman yang lebih baik terhadap perubahan iklim dan dampaknya, serta mendorong partisipasi aktif dan berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan.

Memperingati Hari Bhakti ke-78, penulis memberi apresiasi terhadap moto RRI “Sekali di Udara Tetap di Udara”, ternyata dalam era disrupsi teknologi dan Industri 4.0 saat ini moto itu masih relevan karena teknologi digital kini berbasis “cloud” ( komputasi awan ) secara harfiah juga lewat udara. (*)

Oleh : Rivira Yuana, Doktor Business Management Universitas IPB, CEO & Co Founder SVARA Innovation.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image