Karnaval Antara Pesta dan Arah Kebudayaan
Eduaksi | 2023-09-06 02:42:31Menjelang hari kemerdekaan Indonesia, setiap daerah pasti akan berlomba-lomba merayakannya. Bahkan kemeriahannya terdengar dari pelosok-pelosok kampung sampai ke istana Negara. Dari doa bersama, upacara mengenang jasa pahlawan, dan perayaan-perayaan lainnya. Hari kemerdekaan adalah perayaan bagi siapa saja.
Peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-78 adalah momentum ekspresi dari semua warga Negara. Warga bangsa yang memiliki prinsip “bhinneka tunggal ika”. Bagaimanapun perbedaannya, apapun perbedaannya, tetaplah tujuannya sama. Merayakan kemerdekaan Indonesia. Merayakan kebebasan berekspresi dalam bentuk pesta rakyat. Pesta yang ramai, riuh dan penuh cahaya.
Di setiap desa, gang dan lapangan, penuh dengan rangkaian persembahan atas nama peringatan kemerdekaan. Karnaval salah satunya. Kegiatan tahunan ini sudah menjadi adat kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan. Memang, rakyat jangan sampai berhenti berpesta, di tengah kemelut sosial yang pancaroba moral. Kibul sana, kibul sini, demi eksistensi dan perut kenyang.
Rakyat sepatutnya selalu bahagia. Apalagi musim karnaval seperti ini, waktunya senang-senang. Tapi ingat, jangan sampai mengurangi nilai-nilai kemanusiaan dalam balutan keluhuran budaya. Saya begitu gembira ketika teman-teman pemuda di Desa Tirtoyudo, RT. 1b, dalam pesta rakyat ini mengusung gagasan historical morality dengan visualisasi dan gaya teater kemanusiaan.
Mereka menggambarkan bagaimana masyarakat Indonesia di masa penjajahan bermandikan keringat, menenggak ludah di kala haus, menjemur punggung di tengah terik teriakan para penjajah, bahkan perbudakan yang meregangkan nyawa. Ide semacam ini perlu digetuk tularkan, agar generasi rebahan saat ini mengenal bagaimana kerasnya perlawanan bangsa kita terhadap berbagai macam penjajahan.
Kerjasama mewujudkan ide cemerlang inilah yang harus kita dukung sebagai bentuk dari pendidikan. Bahwa sifatnya adalah penampilan iya, tetapi tontonan juga harus bermuatan tuntunan.
Kerjasama mewujudkan ide cemerlang inilah yang harus kita dukung sebagai bentuk dari pendidikan. Bahwa sifatnya adalah penampilan iya, tetapi tontonan juga harus bermuatan tuntunan. Karena prinsipnya adalah kemanusiaan dan kebudayaan. Di tengah budaya horeg dengan berbagai kritiknya, pemuda-pemuda Desa Tirtoyudo RT. 1b memberikan sebuah keseimbangan sosial, yang memicu kebijakan walaupun tidak tertulis akhirnya mempengaruhi wilayah lain dalam berpartisipasi di hari kemerdekaan ini, di pesta rakyat ini.
Setelah memenangkan lomba karnaval di Desa Tirtoyudo bulan Agustus lalu, Pemuda-pemuda Desa Tirtoyudo RT.1b Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang menghadiri undangan karnaval di kecamatan Ampelgading. Konsep yang dibawa tetap sama, teatrikal. Mengusung nilai-nilai sejarah, nilai-nilai perjuangan tentu memerlukan effort yang tinggi. Usaha memang tidak akan menyelingkuhi hasil, begitulah semangat yang dibawa oleh teman-teman pemuda RT. 1b Desa Tirtoyudo Kab. Malang.
Dukungan dari Kepala Desa juga tampak, setelah Pak Adek selaku kepala desa juga turut serta membersamai pemuda RT.1b Desa Tirtoyudo dalam acara karnaval di Kecamatan Ampelgading. Ia juga turut serta menjadi bagian dalam teater kesejarahan itu. Dalam falsafah jawa kita kenal manunggaling kawula lan gusti, ini adalah contoh prinsip persatuan antara rakyat dan pemimpinnya. Bahwa tidak ada posisi paling tinggi dalam prinsip sosial, karena yang ada adalah kebersamaan dalam menjunjung kemanusiaan. Dalam konteks ini, saya kira apa yang diperlihatkan teman-teman pemuda RT.1b Desa Tirtoyudo Kabupaten malang adalah bagian dari menjunjung tinggi falsafah tersebut.
Di samping itu, pengilmuan kembali terhadap kebudayaan yang berupa nilai-nilai kesejarahan adalah bagian dari falsafah mikul duwur, mendem jero. Bahwa kita tidak boleh melupakan jas merah, sejarah dan perjuangan generasi sebelumnya. Karena itu adalah bagian dari perjalanan kehidupan kita saat ini.
Ide dan kreatifitas adalah bagian dari arah kebudayaan, setelah nilai, upaya, sinergitas dan keterbukaan.
Ide dan kreatifitas adalah bagian dari arah kebudayaan, setelah nilai, upaya, sinergitas dan keterbukaan. Oleh karena itu, perlu kiranya dukungan dan wadah untuk pengembangan masyarakat dalam berbagai bidang. Baik pendidikan, kesenian, ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan.
Arah kebudayaan harus selalu diwariskan kepada generasi penerus, agar mereka dapat menempatkan diri pada posisinya, tumbuh kepekaan sosial dan kemanusiaannya. Jauh dari pada itu, membangun sumber daya manusia menjadi sangat penting agar arah kebudayaan dapat menjadi ruang pembangunan dari desa menuju yang lebih luas yaitu bangsa dan Negara.
Bravo untuk pemuda-pemudi RT.1b Desa Tirtoyudo Kec. Tirtoyudo Kab. Malang, energi positif akan membawa nilai dan dampak positif juga. Problem kebudayaan hari ini terletak pada bagaimana mindset inklusivitas, atau pemikiran terbuka yang belum mendapatkan tempat di era yang penuh dengan hingar bingar kemajuan teknologi dan sosial media.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.