
Vesmatik Unik untuk Ovita
Sastra | Tuesday, 05 Sep 2023, 10:48 WIB
Seharian ini Ovita merasa sepi dan tak ada yangmemperdulikannya, padalah mood booster telah ia rasakan sedari pagi, bahkan mungkin lebih jauh lagi ketika ia melihat jarum jam berdempeten di angka dua belas, yes sudah berganti hari dan ia kini resmi memasuki usia 17 tahun alias sweet seventeen.
Ovita mematut di cermin yang tertempel di dinding,masih belum berubah menjadi princess sih. Masih seperti Ovita sehari yang lalu,namun kini ia telah berubah dan usia bertambah menjadi 17, sudah bisa memilikiKTP dan juga bisa ikutan pemilihan umum dong.
Namun pagi pagi menjelang berangkat sekolah, kokkeluarga dirumah malah seperti biasa saja memberlakukan Ovita, tidak ada ciumandari Bunda atau juga Abah yang mengucapkan selamat milad.
Malah Abah sudahberangkat lebih dahulu, tumben tumbenan Abah berangkat lebih awal, tak ada juga candaan Dimas yang biasanya selalu saja ada cara melakukan hal hal konyol yangmembuat rumah semarak.
“Ovita jangan lupa sarapan ya, itu sudah Bundo siapk uang untuk ongkos angkot dan ada di lemari,” Bundo mengingatkan dari arah loteng.
“Seharusnya Ovita sudah bisa bawa motor ke sekolah lho Bun, kan sudah tujuh belas tahun,” jawab Ovita.
“Kamu itu masih belum boleh bawa motor sendiri, tahu sendiri kalau pagi pagi, jalanan tuh rame sekali dengan pengguna kendaraan roda dua,” balas Bundo seraya menaruh keranjang pakaian.
Ovita manyun mendengar jawaban Bundo, padahal sebenarnya ia sudah lancar mengendarai motor, mulai dari jenis motor bebek,matic hingga kopling. Namun entah mengapa Abah dan terutama Bundo selalu melarangnya membawa motor ke sekolah, kerap Ovita iri melihat teman temannya membawa motor ke sekolah.
Akhirnya Ovita mencium tangan Bundo dan berpamitan,kemudian ia pun berjalan menuju gerbang perumahan untuk mencegat angkot berwarna merah bata. Sebenarnya Ovita acap kali merasa bosan harus berjalan kaki, sedangkan beberapa temannya di izinkan untuk mengendarai motor untuk bersekolah.
“Hayu lah Neng Ovita, langsung berangkat ini mah nggak ngetem dulu,” ajak sopir angkot seraya melambaikan tangan.
Ovita pun langsung menaiki angkot langganannya, Mang Idup yang setia menjadi sopir dan sejak masih SMP pun Ovita kerap naik angkotnya Mang Idup, angkot merupakan keseharian Ovita. Duh kapan ya diizinin Abah dan Bundo untuk bisa bawa motor sendiri.
*****
Benar benar hari yang aneh bagi Ovita, entah mengapa teman teman dekatnya seakan mengacuhkannya hari ini, Tyas berpamitan dengan buru buru ketika Ovita menyapanya. Santi juga terlihat cuek hari ini, si sportygirl ini sibuk dengan rekannya di tim voli, bagaimana dengan Dede yang juga teman sekelas Ovita.
Dih dia sih urusannya makin bertambah dengan membawa barang dagangan, aneka kue, gorengan makin membuat Dede menjadi pusat perhatian teman sekelas, menjelang waktu masuk jam pelajaran, terlihat Dede sudah mengipas ngipas uang hasil penjualan kuenya, tampaknya ia menikmati laba dengan hati berbunga bunga.
Waktu terus berlalu namun tak ada sepotong ucapan selamat yang ia dengar dari sobat karibnya, sampai waktu istirahat hingga bubaran sekolah, Ovita serasa sendiri dalam keramaian, lalu dengan gerak orang tak bersemangat ia mengemas tasnya dan menuju gerbang dan menunggu angkot.
Bila remaja lain menikmati usia 17 dengan ceria, namun berbeda dengan apa yang dirasakan Ovita saat ini, hari yang dirasakan saat ini datar banget, kaku dan nyebelin, mengapa sih orang orang terdekatnya tidak mau peduli, paling tidak ngucapin apa kek, met milad atau gimana kek gitu, ini mah boro boro inget, nyakitin nyakitin!
Mentari sore masih terasa panas, maklumlah tinggal di Bekasi yang memang dikenal sebagai “planet lain” dan akrab sebagai bahan bulian, tetapi entah mengapa Ovita selalu senang dengan suasana Bekasi meski panas dan tentu juga macetnya. Baru saja ia menyiram beberapa tanaman hias terdengar suara motor dan juga mobil di depan halaman, ketika ia menengok,terlihat ada Tyas, Dede dan Santi.
Ada juga Abah dengan kendaraan yang ditumpanginya,warna merah metalik. Pandangan Ovita tertumbuk kepada rombongan kecil di depan rumah, belum lagi keterkejutan Ovita reda, terdengar suara dari dalam rumah,suara khas Dimas yang mengucapkan. “ Met milad yang ke tujuh belas untuk Teh Ovita tersayang, jangan sering marah marah ya.”
Ada juga Bundo yang mengikuti langkah Dimas, suasana rumah semakin rame dan Ovita mendapat ucapan selamat dari Tyas, Dede dan juga Santi, tak ketinggalan Abah yang tampak sumringah membawa kendaraan nyentriknya.
“Untuk anak Abah yang sedang milad ke tujuh belas,karena sudah boleh pegang SIM, ada kendaraan ciamik versi Abah, namanya vesmatic, perpaduan vespa dengan model seperti motor matic kekinian,” ungkapAbah sambil menunjuk motor berwarna hijau merah metalik
Ovita menuju ke arah jalan dimana kendaraan terparkir, Abah memang jago ngemodif kendaraan, vespa jadul yang identik dengan bodi gendut dan diperuntukan untuk bapak bapak, ternyata bisa disulap oleh Abah menyerupai motor matic zaman now, warnanya juga Ovita suka banget.
“Ini buat Ovita nih Bah?”
“Pastinya atuh, itu namanya Vesmatic alias Vespa gaya matic, spesial untuk yang lagi milad, tentunya buat Ovita,”jelas Abah cepat sambil terkekeh.
“Cie cie yang punya motor baru jadi dianggurin gini dah,” ledek Dede.
Ovita terbahak dan ia pun menuju teman temannya dan mereka berpelukan gembira. Ternyata teman temannya tak benar benar melupakan milad Ovita. Semua ini Bundo yang mengatur dan Ovita merasa milad yang ketujuh belas ini adalah milad yang paling berkesan, dikira teman temannya di gank Muslimah Girls Power lupa dengan hari jadinya. Ternyata mereka telah menyiapkan kejutan.
Duh di usia tujuh belas ini, akhirnya Ovita boleh bawa kendaraan sendiri ke sekolah, terima kasih untuk Abah dengan Vescooternya,meski bukan motor baru namun Ovita senang karena mimpinya mengendarai motor kesekolah menjadi kenyataan. Mungkin ia akan segera mengurus KTP dan juga SIM,sudah tidak sabar ngejajal si Vesmatic.
“Hayo hayo merapat semuanya, Bundo sudah siapkan rendang Padang terenak nih,” ujar Bundo sambil mengajak teman teman Ovita.
“Eit jangan lupa dong, kue bikinan Dede, yang enaknya bikin ketagihan, rasanya nampol,” ucap Dede tak mau kalah.
Ovita, Tyas dan Santi tergelak mendengar promosi Dede tentang kuenya, namun apa yang dikatakan Dede memang ada benarnya. Meski tulalit namun Dede memang punya bakat untuk membuat kue kue kering maupun basah, rasanya juga boleh diadu.
Kehadiran teman teman, kejutan dari Abah danjuga spesial rendang Padang made in Bundo menyemarakan milad Ovita. Ada airmata di sudut mata Ovita, ia bersyukur dikelilingi oleh orang orang yangmencintainya dengan tulus.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.