Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Satrio Yudho

Indonesia dan Invasi Kecerdasan Buatan

Teknologi | 2023-08-31 19:12:11

Geliat pengembangan kecerdasan buatan tampak terus meningkat, hal ini terlihat dari berbagai macam peran kecerdasan buatan yang disisipkan dalam teknologi di kehidupan manusia zaman ini. Kecerdasan buatan merupakan gagasan mendasar dari keinginan manusia membangun teknologi yang bisa membantu pekerjaan atau aktivitas mereka dengan mengadopsi perilaku objek yang ada di lingkungan sekitar. Dan nampaknya, ketekunan para penggiat atau peneliti dalam bidang ini telah mencapai evolusi yang semakin meningkat.

Perkembangan teknologi memang selalu menghasilkan dua sisi keadaan, pertama adalah meningkatkan produktifitas dan satu lagi adalah ancaman bagi yang tidak menguasai teknologi tersebut. Untuk perihal yang nomor dua tersebut kerap tersebutkan melalui beragam salah satunya adalah seperti gambar yang mengawali opini ini. “Kecerdasan Buatan tidak menggantikan manusia, tetapi manusia yang menggunakan kecerdasan buatan bisa jadi melakukannya”. Kalimat merupakan sebuah indikasi kekhawatiran bahwasanya hari ini mesin telah banyak belajar dan mampu bertindak hampir seperti manusia dalam menyelesaikan pekerjaan tertentu, sebagai contoh, bot customer service, analisis pengguna marketplace, perdagangan saham dan sebagainya.

Beberapa hari ini, Elon Musk sebagai pemilik ChatGPT mulai merasa resah akan produk Ai (Artificial Intelligence) yang ia miliki, ia membuat petisi agar pengembangan mesin hebat tersebut ditunda dahulu selama enam bulan2. Namun CEO ChatGPT yakni Sam Altman mengatakan bahwa petisi ini bukan cara yang efektif. Dalam pemberitaan lainnya disinyalir bahwa Elon Musk memborong sejumlah besar GPU untuk pengembangan Ai miliknya. Dan petisi sang pemilik ChatGPT ini mengundang reaksi tidak sepaham dari Reid Hoffman selaku pendiri LinkedIn yang merasa bahwa Elon Musk dan petisinya yang didukung oleh para pakar seperti hendak menekan perkembangan teknologi Ai oleh pihak lain untuk memenangkan Teknologi miliknya.

Kemudian bagaimana mengenai Indonesia terkait invansi teknologi Ai, negara yang memiliki penduduk lebih kurang 200 juta jiwa ini merupakan negara yang memiliki potensi sumberdaya manusia produktif untuk bekerja dalam berbagai bidang pekerjaan. Saya mengutip pernyataan dari kementrian komunikasi dan informasi bahwasanya mereka sedang menyiapkan strategi untuk kecerdasan buatan dengan konsep bijaksana, cermat, dan terpercaya, dan pengembangan talenta digital pun menjadi salah satu stragei nasional Ai untuk rentang 2020 hingga 2045.

Pertanyaan yang masih mendasar adalah, bagaimana mempersiapkan generasi yang mampu berkerja jika kecerdasan buatan tersebut benar benar secara penuh menguasai segala sektor atau bidang pekerjaan? Perihal ini jangan hanya dipandang dari segi eksakta saja, mengapa? karena tidak semua orang memiliki fashion untuk belajar mengenai digital secara fundamental. Bila melihat dari kondisi saat ini dengan begitu pesatnya pengembangan dan teknologi Ai yang diterima di masyarakat Indonesia dalam bentuk produk, rasanya pembangunan talenta ini akan menghadapi tantangan yang sangat besar.

Karakteristik masyarakat Indonesia sangat beragam, tidak dapat dipungkiri, di dalam lingkungan Pendidikan strata satu dalam bidang informatika sendiri hanya memiliki segelintir peserta didik yang mau berjibaku dengan kecerdasan buatan ini. Lalu bagaimana dengan jumlah yang diluar tersebut? Artinya bahwa generasi yang dianggap termasuk Z ini masih dalam kondisi yang belum siap menjadi sumberdaya manusia yang mengendalikan kecerdasan buatan. Dan dampak yang paling tidak terlihat nanti adalah kondisi dimana kebergantungan terhadap kecerdasan buatan ini menjadi kunci mati yang mendikte manusia untuk melakukan apa, keputusan bukan lagi pada manusia, melainkan semua percaya pada keputusan mesin.

Robot(kecerdasan buatan) akan mengambil alih pekerjaan manusia, namun Robot juga akan menciptakan pekerjaan untuk manusia?, pernyataan ini sangat perlu diperhatikan, setidaknya yang paling mendasar adalah bahwa robot tidak akan pernah jadi manusia, dan manusia bukanlah robot yang tidak membutuhkan segala aspek dari sifat umum manusia.

Pemandangan yang sudah terjadi adalah dengan, tidak lagi banyak orang bekerja sebagai operator customer service, help center di ecommerce semakin berkurang, Gudang berisi robot untuk memindahkan barang, pengamanan Gedung tidak lagi menggunakan banyak petugas dan masih banyak lainnya. Lalu? Dimanakah bidang pekerjaan yang masih bisa tersisa untuk manusia?, Mckinsey merilis berita bahwa pengembangan Ai di Indonesia semenjak 2007 dapat mengambil alih pekerjaan sebanyak 52%. Tentunya ini bukan angka yang sedikit, dan bukan hanya sekedar pencapaian ukuran sukses bila hanya diukur dari kacamata peneliti atau pengembang kecerdasan buatan. Perlu dilakukan kajian sosial, ekonomi, ketahanan nasional dan lainnya untuk menghadapi invansi kecerdasan buatan ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image