AI Makin Hebat: Demensia Digital Melesat
Lomba | 2023-08-30 22:47:59Pernah berkeliling mencari ponsel yang baru saja dimasukkan ke tas? Sulit mengingat peristiwa yang terjadi baru-baru ini? Atau berjuang sekuat tenaga hanya untuk menemukan kata yang tepat dalam percakapan? Jika poin-poin tersebut terjadi secara konstan dan bertambah parah seiring waktu, bukan tidak mungkin itu merupakan gejala awal demensia.
Jangan kira penyakit demensia hanya bisa diderita oleh lansia. Nyatanya, saat ini telah ditemukan kondisi kognitif baru di kalangan generasi muda yang disebut dengan 'demensia digital'.
Apa itu Demensia Digital?
Demensia digital diperkenalkan oleh Dr. Manfred Spitzer, seorang psikiater dan ilmuwan saraf Jerman yang berfokus pada studi otak. Menurutnya, demensia ini adalah gangguan yang disebabkan oleh kecanduan penggunaan media digital sehingga kinerja kognitif dan memori menurun.
Demensia digital ini dapat menyebabkan demensia secara tidak langsung untuk jangka panjang. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencegah gejalanya agar tidak semakin buruk.
Maraknya AI sebagai Salah Satu Penyebab Demensia Digital
Kehadiran teknologi saat ini membuat hidup kita menjadi sangat nyaman. Apalagi setelah munculnya Artificial Intelligence (AI) yang semakin eksis di berbagai bidang, dimulai dari bidang kesehatan, pendidikan, bahkan hukum sekali pun.
Pengertian Artificial Intelligence (AI) sendiri adalah sebuah teknologi komputer mempresentasikan kecerdasan manusia melalui sistem dan program yang sudah diatur berbasis internet. Singkatnya, kita hanya perlu duduk manis dan memberinya perintah untuk menyelesaikan tugas hanya dengan satu kali klik.
Wajar saja banyak orang menyukai inovasi yang menawarkan kenyamanan dan kemudahan ini. Tak perlu lagi bersusah payah mengingat jadwal penting, mencari ide, ataupun meneteskan keringat. Dalam sepersekian detik, pekerjaan bisa diselesaikan dengan AI.
Namun, di sisi lain, kecerdasan buatan ini bisa membawa ancaman bagi peradaban. Salah satunya dari sisi kesehatan, yaitu demensia digital.
Bagaimana tidak? Penggunaan teknologi secanggih ini dapat menyebabkan otak manusia semakin pasif. Daya pikir akan melemah, sebab otak yang tidak digunakan secara maksimal akan menjadi manja dan berhenti memproduksi sel-sel otak. Mengerikan, bukan?
Solusi Menghadapi Inovasi AI agar Terhindar dari Demensia Digital
Jika memang kecerdasan buatan membawa ancaman, apakah manusia sedang menggali kubur sendiri dengan terus mengeluarkan inovasi AI? Haruskah kita meninggalkan AI?
Jawabannya, tentu tidak.
Pada hakikatnya, AI diciptakan untuk mempermudah urusan manusia. Ada pun potensi ancaman terkait demensi digital, datang dari diri sendiri yang kurang bijak dalam mengatur porsi penggunaannya. Selain itu, menutup diri dan menentang perkembangan zaman bukanlah solusi yang tepat.
Di antara banyak cara untuk menghadapi derasnya inovasi AI agar terhindar dari demensi digital adalah mengoptimalkan Hybrid Intelligence (HI) yang berarti kolaborasi antara kecerdasan manusia dan kecerdasan buatan.
Seperti yang telah kita ketahui, AI sangat dipengaruhi oleh data dan algoritma. Sehingga ketika dihadapkan dengan tugas yang lebih kompleks dan abstrak, kecerdasan buatan tetap tidak bisa mengungguli kecerdasan manusia. Sebaliknya, kecerdasan manusia juga masih terbatas untuk memproses dan menganalisis data dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan mesin atau program komputer.
Jadi, tak bisa dipungkiri bahwa kolaborasi antara kecerdasan buatan dan kecerdasan manusia akan mencapai hasil yang lebih baik daripada cuma menggunakan satu sumber kecerdasan saja. Khususnya di zaman yang serba instan ini, banyak sekali orang yang membutuhkan kecerdasan buatan agar bisa menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien.
Hanya saja, letak kesalahan kebanyakan orang adalah sikap bablas yang berakhir ketergantungan dengan AI. Seperti para pelajar yang tidak bisa menemukan jawaban tanpa internet. Pengendara yang tak bisa sampai ke tempat yang sering dituju tanpa GPS. Ataupun pengrajin yang harus menonton video tutorial di youtube sebelum berkreasi. Pemakaian berlebihan hingga ketergantungan inilah yang dikhawatirkan memicu demensia digital.
Maka cobalah untuk mengingat atau mengumpulkan informasi yang ada di memori sebelum menggunakan bantuan teknologi. Pertajam kemampuan berpikir dan eksplor kreativitas yang tertanam dalam diri. Sebagai manusia yang dikaruniai organ kompleks yang diliputi imajinasi, intuisi, emosi, maupun persepsi, kita harus memaksimalkan potensi agar kecerdasan buatan tak mendominasi.
Referensi :
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2333345/-ini-caranya-agar-selamat-dari-serangan-demensia-digital
https://ratu.ai/kecerdasan-buatan-vs-manusia/
https://www.harianhaluan.com/teknologi/pr-103357384/mengapa-kecerdasan-hibrida-adalah-masa-depan-ai
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.