Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kurnia Rizqi Aningrum

AI (Artificial Intelligence) Berkembang Semakin Pesat, Bagaimana Menghadapinya?

Lomba | 2023-08-30 09:24:35

Era kecerdasan buatan telah dimulai. Artificial intelligence telah berkembang semakin pesat. Artificial Intelligence atau yang lebih dikenal dengan AI merupakan suatu pemanfaatan dari kemajuan teknologi baik berupa aplikasi maupun instruksi mengenai pemrograman komputer yang bertujuan untuk melakukan hal-hal yang dalam sudut pandang manusia dikatakan cerdas (Tjahyanti, 2022). AI berasal dari kombinasi antara sistem algoritma dan teknik seperti machine learning, natural language, dan deep learning processing yang digunakan dalam pembuatan program sehingga dapat mengambil keputusan, menerjemahkan bahasa, dan melakukan pekerjaan tanpa bantuan manusia. Masifnya perkembangan AI dalam berbagai bidang, semakin memudahkan kehidupan manusia. Namun, disamping memberikan kemudahan, AI juga menyebabkan kekhawatiran yang tidak bisa diabaikan. Salah satunya di dunia pendidikan.

Implementasi Artificial intelligence dalam dunia pendidikan bertujuan untuk mendukung pendidikan dan pembelajaran (Holmes, Bialik, & Fadel, 2019). AI sering digunakan dalam membantu mencari jurnal, menerjemahkan dokumen, pembuatan naskah, dan mengatur administrasi pendidikan. AI juga digunakan dalam mempersonalisasi kegiatan belajar setiap siswa. Sistem AI membantu dapat membuat profil pembelajaran untuk setiap siswa, hal ini memungkinkan materi pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan, gaya belajar, dan pengalaman setiap siswa.

Namun, AI menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Kemudahan yang diberikan AI dapat disalahgunakan, sehingga menyebabkan kemampuan berpikir kritis berkurang. Hal tersebut karena kemudahan yang ada membuat siswa malas untuk berpikir, mereka akan cenderung mengandalkan AI dalam pengerjaan tugas, karya tulis, dsb. Pengimplementasian AI dalam bidang administrasi pendidikan juga menyebabkan berkurangnya tenaga administrasi pendidikan. Bahkan, tak hanya tenaga administrasi pendidikan, kemajuan AI juga mampu menggantikan peran guru sebagai pendidik. Selain itu, pendidikan di Indonesia yang dapat dikatakan belum merata akan semakin mengalami ketimpangan. Kota - kota besar dengan pendidikan yang lebih maju, akses internet lebih mudah, dan teknologi lebih berkembang berbanding terbalik dengan daerah yang masih memiliki kendala pada teknologi dan internet. Sehingga ketimpangan pemerataan dunia pendidikan semakin terlihat.

Menghadapi masifnya perkembangan AI, masyarakat harus selalu mengedepankan etika dan mampu menggunakan AI pada kegiatan yang bijak agar tidak merugikan orang lain. Dalam prakteknya, guru dan siswa harus mampu untuk beradaptasi dengan keadaan yang baru, mereka harus saling bekerjasama secara aktif untuk menggunakan AI dengan efektif. Guru juga harus bisa membuat kolaborasi dan memanfaatkan AI dengan positif misalnya untuk memberikan edukasi kepada anak-anak mengenai pentingnya memiliki etika yang baik. Sehingga diharapkan mampu membentuk karakter bangsa yang baik. Selain itu, seorang guru diharapakan mampu meningkatkan kreativitas-kreativitasnya dalam pengembangan AI sebagai alat bantu pembelajaran. Sehingga peran guru tetap tidak tergantikan. Adanya pendidikan yang tidak merata, maka perlu dilakukan pemerataan pendidikan terlebih dahulu. Agar tidak terjadi ketimpangan yang nyata dalam dunia pendidikan. Kita sebagai mahasiswa yang memegang peran sebagai agent of change juga harus mengambil andil dalam memberikan edukasi pada masyarakat luas mengenai dampak positif dan dampak negatif AI. Hal ini supaya masyarakat mampu mengetahui dampak AI, khusunya bagi tenaga pendidik. Sehingga mereka mampu mengasah sisi kemanusiaannya supaya mampu bersaing pada era kecerdasan buatan yang semakin berkembang. Banyak sekali kegiatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan sisi kemanusiaan. Pada warga sekolah misalnya kegiatan pembelajaran di kelas, kepanitiaan, organisasi, dan ekstrakurikuler, dsb. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, kita dapat melatih sisi kreativitas kita dalam memunculkan dan menghasilkan ide-ide baru yang inovatif. Melatih mengendalikan emosi saat bertemu dengan banyak orang dengan watak yang berbeda. Kita juga dapat menumbuhkan rasa empati melalui kegiatan-kegiatan sosial dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk semua orang. Walaupun teknologi berkembang melampaui pemikiran manusia, manusia harus terus aktif meningkatkan kreativitasnya agar tidak tergantikan begitu saja. Kecerdasan buatan mungkin lebih konsisten, namun tetap saja kecerdasan alami adalah yang utama. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang hidup di era kecerdasan buatan, kita harus terus mengasah kecerdasan pribadi kita agar tetap berkembang sesuai perubahan zaman.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image