Inilah orang yang membuat parit untuk membakar kaum mukminin dalam tafsir Surah Al Buruj
Agama | 2023-08-29 16:43:39Allah S.w.t berfirman dalam Q.S. 85 (Al Buruj) : 1-10 :
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
1. Demi langit yang mempunyai gugusan Bintang 2. Dan hari yang dijanjikan ,3. Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan 4. Binasa dan celaka orang-orang yang membuat parit 5. Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, 6. Ketika mereka duduk di sekitarnya, 7. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman .8. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, 9. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu 10. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan[1568] kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.
Dalam tafsir Ibnu Katsir tentang sebab-sebab turunnya ayat, ada banyak kisah yang mengiringi turunnya Surat Al Buruj diantaranya kisah Raja Dzu Nuwas.
Disebutkan oleh Muhammad Ibnu Ishaq dalam kitab Sirahnya, bahwa yang di maksud “Ashabul Uhdud” adalah Dzu Nuwas yang nama aslinya adalah Zur’ah dalam masa pemerintahannya dia sering dipanggil sebagai yusuf, dia adalah Ibn Bayan atau As’ad ibn Kuraib. Dialah yang membawa agama yahudi ke negeri yaman.
Kisah ini terjadi sebelum kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. antara tahun 570 M yakni sebelum peristiwa Pasukan Gajah Abrahah menyerang Ka’bah, pada masa sebelum Islam datang sedangkan bangsa arab masih berada dalam masa Shabi'in (kekosongan Rasul) maka kepada orang orang Yahudi dan Nasrani yang beriman kepada Allah, pada waktu itu mereka disebut sebagai Mukminin dan Mukminat.
Adalah Dzu Nuwas seorang Raja yang memerintah Negeri Yaman yang beragama Nashrani. Dimasa pemerintahannya ada dua kota besar yang menjadi pusat keagamaan tertinggi pada zaman itu yakni Yastrib (Madinah) adalah sebagai pusat agama Yahudi dan Najran adalah sebagai Pusat Agama Nashrani.
Setelah memperkuat ibu kota pemerintahannya, Dzu Nuwas dalam suatu perjalanan melewati kota Yastrib, sekelompok orang Yahudi telah berkumpul ditempat itu dan telah membangun Haikal (Sinagog) di kota itu.
Kaum oportunis yahudi di kota ini menyambut raja dengan hangat dan mengajak raja untuk memeluk agama yahudi agar mereka bisa masuk dalam pemerintahannya dan sekaligus melindungi mereka dari serangan bangsa Romawi yang beragama Nashrani dan dan bangsa Arab penyembah berhala.
Raja Dzu Nuwas sangat terkesan dengan penyambutan itu dan setuju untuk mengatur pemerintahan bersama kaum Yahudi, sehingga Raja memutuskan untuk memeluk agama yahudi, dan bertekad akan memajukan agama itu dengan sekuat-kuatnya.
Mulailah Dzu Nuwas melebarkan usahanya mendakwahkan agama Yahudi ditengah-tengah penduduk negerinya. Banyak orang cenderung kepadanya semata-mata karena takut kepada ancamannya.
Raja Dzu Nuwas mendakwahkan agama Yahudi dengan keras, bahkan Raja memberikan hukuman berat kepada siapa saja yang berani menentang, dan mereka akan disiksa hanya karena berbeda paham dengannya.
Hingga sampailah dakwah raja kepada penduduk Najran yang beragama Nashrani, Namun penduduk Najran yang gagah berani menolak keras dan tidak bersedia meninggalkan agama Nashrani yang mereka sudah sejak lama menjadi pengikut Isa Putra Maryam A.S.
Raja Yaman amat murka dengan pembangkangan itu, lalu raja mengirim pasukan besar untuk menindas para pembangkang itu. Komandan tentara raja berkemah disisi kota itu dan diperintahkan membuat parit yang besar dan menyalakan api dari tumpukan kayu bakar kemudian mengancam akan membakar para penduduk yang menentangnya.
Namun kaum mukminin yang memiliki iman yang kuat tidak menjadi gentar, mereka lebih memilih menyambut kematian dalam kobaran api daripada mendurhaka kepada Allah. Maka mereka menyambut pembakaran itu dengan tangan terbuka dan tubuh mereka hangus ditelan api.
Sejarawan besar Muslim Ibnu al atsir al jazaari menulis sbb : Seorang penduduk Najran yang bernama Daus luput dari pembantaian itu dan segera melarikan diri kepada Kaisar Romawi pendukung besar Nashrani pada zaman itu.
Daus memohon kepada kaisar untuk menghukum orang-orang yang telah memberikan cobaan kepada penduduk Najran dan meminta untuk mengukuhkan kembali tiang-tiang agama Nashrani yang telah roboh di kota itu.
Penguasa Romawi itu menunjukkan kesedihan yang mendalam dan menyampaikan rasa simpatinya seraya berkata : “ Karena Pusat pemerintahan kami jauh dari negri anda, maka kami akan menulis surat kepada Negus (Raja Ethiophia) untuk membalaskan dendam kepada orang-orang kejam yang telah membunuh dan menyiksa penduduk Najran”
Orang Najran itu kemudian menerima surat dari kaisar Romawi dan secepatnya pergi menuju Ethiophia tempat Raja Negus yang beragama Nashrani untik menyampaikan surat itu..Setibanya disana dia melaporkan kepada Negus semua peristiwa dan menyerahkan surat dari kaisar romawi.
Raja Ethiophia yang bijak menanggapi hal itu dengan baik namun seketika bangkit rasa marahnya mendapat laporan kekejaman Raja Yaman terhadap penduduk Najran. Maka Raja Negus mengirim lebih dari 70.000 tentaranya ke Yaman dibawah pimpinan seorang komandan pasukan bernama “Abrahah Asyram”.
Tentara Raja Ethiophia yang teratur dan bersenjata lengkap menaiki kapal dan menyeberangi lautan sampai akhirnya berlabuh di pantai Yaman.
Bala tentara pimpinan Abrahah itu bergerak mendekati pusat kerajaan dan menyergap pasukan Raja Dzu Nuwas secara mendadak hingga tiada kesempatan bagi Dzu Nuwas menghimpun kekuatan apalagi mengirimkan surat untuk meminta bantuan kepada para kepala suku dan para sekutu-sekutunya.
Sebuah serangan singkat sudah cukup menjatuhkan pemerintahan Raja Yaman pada waktu itu, hingga akhirnya Negri Yaman yang berpenduduk banyak itu jatuh ke tangan Pemerintah Ethiophia. Raja Negus kemudian mengangkat komandan tentara “Abrahah” sebagai perwakilan raja di kawasan itu.
Abrahah sangat gembira dengan kemenangan itu, dia telah berhasil membalaskan dendam penduduk Najran atas Raja Yaman. Abrahah kemudian memerintah dikawasan itu dan hidup dengan bebas hingga menjadikan Yaman menjadi Pusat keagamaan Nashrani dan membangun Gereja yang amat megah dan mewah hingga tiada satu peradaban zaman itu yang bisa menandinginya.
Sampai akhirnya kelak kisah Abrahah Allah nukilkan dalam Surat Al-Fiil (105) karena kecongkakan dan usahanya ingin menghancurkan Ka’bah ia mendapat azab Allah. Demikian ringkasan cerita semoga kita dapat mengambil ibrah dari kisah tauladan ini. Wallahu'alam bissawaab
Sumber Ar-risalah, Djafar Subhani, Footnote 38 ‘Tarikh Al Kamil’ hal 258 dst)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.