Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nia Ramadhani

BABAK BARU: Kemajuan AI dan Tantangan Manusia

Teknologi | 2023-08-28 19:30:34

Akhir-akhir ini banyak perbincangan mengenai AI atau sebuah kecerdasan buatan yang diduga nantinya akan menggeser potensi manusia. Dari laporan World Economic Forum yang berjudul “The Future of Jobs Report 2020” mengatakan bahwa AI dipredikasi akan menggantikan 85 juta pekerjaan di seluruh dunia pada tahun 2025. Salah satu pengembangnya yang biasa dikenal dengan Open AI didirikan pada tahun 2015 oleh beberapa tokoh industri teknologi seperti Elon Musk, Sam Altman, Greg Brockman dan lain-lain. Tujuan utamanya yaitu mengembangkan teknologi kecerdasan buatan yang aman dan bermanfaat bagi masyarakat. Open AI telah menciptakan beberapa teknologi seperti GPT dan Dall-E. Dalam sebuah penelitian kabar baiknya akan ada 97 juta pekerjaan baru akan muncul yang tidak bisa digantikan oleh robot.

Teknologi AI sekarang sudah semakin maju dan makin diluar nalar. Artificial Intelligenci (AI) merupakan program bersifat cerdas seperti manusia. Saat ini AI telah berkembang pesat di semua lingkup media informasi dan telah digunakan oleh beberapa Negara dalam bidang industri maupun kehidupan sehari-hari. Fenomena Chat GPT merupakan teknologi AI berbasis dialog yang mampu melakukan percakapan dan memberikan jawaban terhadap kebutuhan serta pertanyaan penggunanya. Aplikasi inipun telah digunakan oleh 1.000.000 pengguna dalam kurung waktu yang singkat. Tidak hanya itu salah satu stasiun televisi TvOne dan Live Streaming iNews TV telah menggunakan AI sebagai presenter.

Hal inipun memunculkan pertanyaan penting dibenak masyarakat yaitu apakah kita harus takut bahwa pekerjaan manusia akan digantikan oleh AI? Dapat diperediksi teknologi AI memegang peranan penting dimasa depan. Meski AI telah memberikan banyak solusi dan manfaat nyata, namun dibalik itu terdapat ancaman nyata bagi kehidupan manusia. Bahkan tokoh seperti Tucker Carlson mengatakan bahwa AI lebih berbahaya dibandingkan dengan nuklir. Melalui AI manusia dapat kehilangan pekerjaannya karena dapat diambil alih oleh teknologi. Selain itu, AI menjadi salah satu manipulasi sosial kecerdasan buatan yang paling utama. Benar atau salahnya informasi kini semakin sulit dibedakan semenjak Deepfake mulai merambat kedunia sosial dan politik. Deepfake sendiri merupakan biorekayasa yang mampu merubah wajah dan suara seseorang dengan mudah.

Tanpa pengawasan yang tepat akan lebih banyak konsekuensi yang bisa terjadi akibat perkembangan teknologi AI. Meskipun begitu banyak ahli yang telah memberikan prediksi tentang masa depan AI atau kecerdasan buatan ini. Seperti semakin meluasnya penggunaan AI dalam segala bidang. Dall-E adalah model AI yang menggunakan Machine learning untuk menghasilkan gambar digital dari deskripsi yang ditulis oleh penggunanya. Menurut Stephen Hawking yang menyatakan bahwa manusia, yang dibatasi oleh evolusi biologis yang lambat, tidak dapat bersaing, dan akan tergantikan. Tanggapan para ahlipun menunjukkan bahwa AI memiliki potensi besar untuk mengubah dunia namun juga memiliki resiko dan ancaman yang perlu diatasi dengan hati-hati.

Oleh karena itu, diperlukan regulasi dan langkah kerja etis yang tepat untuk penggunaan dan pengembangan teknologi AI. Lantas sistem apakah yang tepat untuk dipakai dalam perkembangan penggunaan teknologi AI dimasa depan? Menurut saya ada 3 hal yang bisa lakukan yaitu adaptasi, kolaborasi, dan inovasi. Adaptasi disini adalah kita bisa belajar ilmu dan keterampilan yang berkaitan dengan AI. Kolaborasi maksudnya kita bisa bekerjasama dengan perusahaan yang sudah menerapkan AI. Inovasi artinya kita menciptakan terobosan baru dalam memanfaatkan AI di bidang bisnis, pendidikan ataupun keperluan kita. Jadi pilihannya ada ditangan kamu, apakah AI menjadi ancaman atau pendorong transformasi. Keberadaan AI bisa dibilang pisau bermata dua. Di satu sisi bermanfaat dan mempercepat suatu proses kerja, di satu sisi mematikan profesi. Oleh karenanya, seiring berkembangnya teknologi, keberadaan SDM juga harus ikut berkembang mengikuti perkembangan zaman.

AI memang bisa menjadi pesaing manusia tapi bukan berarti kita akan langsung kehilangan pekerjaan begitu saja karena ibarat Laptop atau computer, AI juga alat yang diciptakan untuk membantu manusia. Agar pekerjaan kita lebih cepat selesai, tidak memerlukan banyak tenaga, dan menghasilkan lebih banyak barang. Walaupun AI telah berkembang pesat, mereka juga tentunya belum bisa menyaingi kreatifitas manusia, apalagi rasa simpati dan empati. Bakat-bakat inilah yang harus dilatih oleh generasi muda agar bisa jalan beriringan dengan perkembangan teknologi. Sebagai generasi muda, harus memiliki rasa penasaran dengan perkembangan teknologi. Agar bisa beradaptasi dan ikut mengambil bagian karena jika kita terlalu terlena dengan kecanggihan AI, maka dimasa depan nanti kita semua akan menjadi pengangguran.

"Ingatlah bahwa perubahan selalu ada. Bangsa yang tidak bisa beradaptasi terhadap perubahan akan menjadi bangsa yang mundur" ungkap Nia Ramadhani

#kecerdasanbuatan #ancamandantantangan #privasidankeamanan #peluangmanusia

#hutrol28 #lombanulisretizen #republikawritingcompetition

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image