Kehadiran AI Tidak Terelakkan
Lomba | 2023-08-27 20:19:49“Robot tidak boleh melukai manusia, atau dengan berdiam diri, membiarkan manusia menjadi celaka”
“Robot harus mematuhi perintah yang diberikan oleh manusia kecuali bila perintah tersebut bertentangan dengan Hukum Pertama
“Robot harus melindungi keberadaan dirinya sendiri selama perlindungan tersebut tidak bertentangan dengan Hukum Pertama atau Hukum Kedua”
Tiga kalimat diatas adalah tiga hukum robotika yang muncul pada scene awal film ‘I, Robot’ yang tayang ke layar lebar pada 2004 silam. Kalau kita masih ingat, film yang dibintangi oleh Will Smith itu, menceritakan bagaimana kondisi dunia saat manusia sudah dilayani dan hidup berdampingan dengan robot atau Artificial intelligence (AI).
Dengan mengambil latar belakang tahun 2035, Alex proyas sang sutradara menyuguhkan cerita yang saat ini mungkin mulai menjadi keresahan beberapa orang. Robot yang diciptakan oleh manusia, mulai membangkang dan melakukan penyerangan. Namun, disatu sisi, robot-robot tersebut juga memiliki perasaan dan emosi layaknya manusia. Sehingga mereka tidak lagi dipandang sebagai komputer berjalan.
Tak ayal, obrolan soal AI yang menjadi ‘ancaman atau tantangan’ mulai banyak diperbincangkan.
Dengan gambaran film ‘I, Robot’ yang menunjukkan sisi gelap kehadiran AI. Sudah seharusnya kesadaran akan keamanan dalam menciptakan Ai harus ditingkatkan. Saat ini AI juga sudah mulai berdampingan dengan manusia, contohnya dari sektor otomotif. Beberapa waktu lalu, ancaman dari kehadiran AI nampak pada kasus kecelakaan kendaraan mobil listrik Tesla Model 3 di Ruian, Provinsi Zhejiang, China pada 17 Februari 2023.
Dari rekaman cctv yang menangkap momen kecelakaan mobil tersebut, terlihat kendaraan ciptaan elon musk yang sudah dilengkapi dengan fitur auto drive berbasis AI melaju dengan kecepatan tinggi, hingga akhirnya menabrak satu unit bus dan kendaraan lainnya yang terparkir di pinggir jalan dan membuat kendaraan tersebut terhenti.
Ancaman lainnya dari kehadiran AI juga muncul dari sektor pemerintahan. Dimana, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo secara terbuka menyampaikan wacana penggunaan AI di pemerintahan untuk menggantikan peran dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). pada Musrenbagnas RPJMN 2020-2024 bulan Desember 2019 lalu, Jokowi mengklaim, robot tersebut bisa menggantikan pegawai tingkat eselon III dan eselon IV.
“Nanti dengan big data yang kita miliki, jaringan yang kita miliki, memutuskan akan cepat sekali kalau kita pakai AI. Tidak bertele-tele, tidak muter-muter," ucap Jokowi, dikutip dari CNBCIndonesia.
Namun, hingga saat ini nyatanya pemerintah Indonesia masih bertumpu kepada PNS dalam urusan pelayanan pemerintahan. Sehingga, seharusnya kehadiran AI ini menjadi tantangan bagi para abdi negara untuk bisa meningkatkan kapasitas diri agar tidak digantikan oleh AI. Atau bahkan para PNS bisa bekerjsama dengan AI dalam urusan mengolah data dan analisa data. Sehingga didapatkan hasil analisis yang komprehensif untuk memaksimalkan penggunaan anggaran dan pemerataan pembangunan di Indonesia.
Wacana AI dalam sektor industri juga tidak dapat terelakkan. Namun, hal ini mengingatkan kita pada kejadian revolusi industi yang terjadi pada 1760 sampai 1850 yang dimulai dari Britania Raya. Pro dan kontra tentunya akan terus berdatangan, namun niscaya umat manusia pada akhirnya juga akan beradaptasi dengan sendirinya.
Kita tahu, sejarah mencatat revolusi industri merupakan titik balik peradaban dunia. Pekerjaan kasar yang biasa dilakukan oleh manusia dan hewan, pada saat itu digantikan oleh mesin uap dan penemuan lainnya. Namun disatu sisi, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara-negara di dunia mengalami peningkatan signifikan.
Di era digital ini, mungkin saja, kehadiran AI menjadi penanda terjadinya revolusi industri. Hanya saja, kesuksesan revolusi industri pada saat itu didukung dengan adanya masa perdamaian dan stabilitas antara Inggris dan Skotlandia. Kehadiran AI yang sangat masif belakangan ini, dibayangi oleh perang antara Ukraina dengan Rusia dan perang dagang antara Amerika dan China. Sehingga patut kita waspadai juga penggunaan AI nantinya malah berdampak pada meningkatnya status perang yang saat ini ada, karena diinvestasikan ke pengembangan alutsista, seperti pesawat tanpa awak yang kini sudah banyak digunakan untuk perang.
Pada akhirnya, umat manusia akan selalu dihadapkan pada satu tantangan perubahan. Tinggal bagaimana negara hadir dan membatasi perkembangan tersebut agar bisa menjadi manfaat dan membawa maslahat bagi masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.