Tsirah Surah Al-Fil Pasukan Bergajah menyerang Kabah
Agama | 2023-08-25 20:37:04Peristiwa Pasukan Gajah Abrahah disebutkan secara singkat dalam Al-qur’an, Para Sejarawan telah menetapkan asal usul peristiwa itu. Kejadian ini terjadi dekat sebelum kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. sekitar 570 M Kisah Abrahah Menyerang Ka'bah Peristiwa Pasukan Gajah Abrahah disebutkan secara singkat dalam Al-qur’an,
Para Sejarawan telah menetapkan asal usul peristiwa itu. Ditahrij dari Ar-risalah, karya Djafar Subhani Kejadian ini terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. sekitar 570 M. Begitu besar peristiwa ini hingga pada tahun masa itu disebut sebagai : “Tahun Gajah”, Tahun yang sama dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad.
Setelah menaklukkan Raja Yaman yang telah membantai orang nasrani di Najran Abrahah sangat gembira karena telah berhasil memenangkan pertempuran melawan Raja Yaman itu sekaligus berhasil membalaskan dendam penduduk Najran.
Raja Negus (Ethiophia) kemudian mengangkat Abrahah sebagai perwakilan kerajaan di wilayah Yaman. Abrahah hidup bebas dan untuk menyenangkan Raja Ethiophia itu, ia membangun Gereja yang megah dan hebat di Sana’ah yang keindahannya tak tertandingi ditanah arab pada masa itu.
Kemudian dia menulis surat pada Negus “Sesuai dengan keinginan Paduka, pembangunan gereja itu telah selesai. Saya berharap ini akan membuat rakyat Yaman ikut berbahagia hingga dengan suka hati meninggalkan ziarah mereka ke Ka’bah dan beralih ke gereja ini.”
Ketika isi surat itu diketahui oleh penduduk, yang diharapkan bisa menarik simpati justru menimbulkan reaksi yang tidak menyenangkan dari suku-suku arab, hingga pada suatu malam seorang perempuan dari suku Bani Arqam mengotori gereja itu.
Tindakan ini menunjukkan sikap menghina dan permusuhan dari pihak Arab terhadap Gereja Abrahah yang membuat Abrahah sangat marah. Semakin Abrahah menambah hiasan dan dekorasi untuk keindahan gereja semakin gencar orang menunjukkan kesetiaannya kepada Ka’bah.
Kenyataan ini mendorong Abrahah untuk berniat menghentikan itu dan bersumpah akan menghancurkan Ka’bah. Untuk itu dia membuat sebuah pasukan besar dengan tentara dan gajah perang demi mewujudkan niatnya menggilas rumah yang pondasinya telah dibangun oleh Nabi Ibrahim.A.S itu.
Para pemimpin Arab menyadari bahwa ini situasi gawat dan berbahaya. Mereka merasa yakin bahwa kemerdekaan dan kebebasan individu bangsa Arab akan runtuh. Kejayaan dan reputasi Abrahah dimasa lalu menciutkan nyali mereka untuk melakukan konfrontasi.
Namun demikian desakan kebebasan melahirkan perlawanan-perlawanan dari beberapa pemimpin suku. Dzu Nafar misalnya, seorang bangsawan Yaman telah membakar semangat kaumnya dalam sebuah pidato untuk bertempur habis-habisan melawan tentara Abrahah.
Mereka bergerak berusaha menggempur tentara Abrahah. Namun tentara Abrahah yang besar dan kuat segera menghancurkan pasukannya. Setelah Dzu Nafar, tampil Nafil bin Habib bertempur sengit, namun seperti pendahulunya, dia juga mengalami kekalahan.
Nafil pun tertawan dan memohon ampun kepada Abrahah. Abrahah menerima permohonan maafnya dengan syarat dia harus memandu perjalanan pasukan Abrahah menuju Mekah. Demikian Nafil kemudian menjadi pemandu pasukan Abrahah menuju Mekah, sampai di Thaif dia menyerahkan pekerjaannya itu kepada seorang temannya yang bernama Ayurghal.
Kemudian Ayurghal memandu pasukan Abrahah hingga tiba di Mughmas suatu tempat dekat Mekah.Sampai disana pasukan Abrahah mendirikan barak tentaranya, kemudian dia memerintahkan seorang perwira tentaranya yang bernama Hanatah untuk membuat teror dengan merampok unta dan hewan ternak lainnya di Tahamah.
Di antara unta-unta yang dirampok ada 200 ekor unta milik Abd Al Muthalib. Kemudian Abrahah memerintahkan Hanatah untuk menyampaikan pesannya kepada pemimpin suku Quraish. Abrahah berkata kepada Hanatah :Huuu “ Kini aku dapat menyaksikan pemandangan Ka’bah yang sesungguhnya, telah pasti pula bahwa orang-orang Quraish ini akan melawan, tetapi untuk meyakinkan agar darah mereka tidak tertumpah, Anda harus segera ke Mekah.
Disana anda harus menghubungi pemimpin suku Quraish dan mengatakan kepadanya tujuan saya adalah untuk meruntuhkan Ka’bah. Apabila orang Quraish melawan mereka akan terbunuh, namun jika mereka tidak melawan, mereka akan selamat.
Hanatah tiba di Mekah dan melihat banyak sekelompok orang berkumpul diberbagai tempat membicarakan isu yang sedang melanda mereka tentang penyerangan pasukan Abrahah. Hanatah bertanya dan meminta kepada sekelompok orang untuk diantarkan kepada pimpinan suku mereka.
Maka sampailah Hanata ke rumah Abd Al Muthalib. Setelah mendengar pesan Abrahah, berkata Abd Al Muthalib : “Kami sama sekali tidak ingin berperang , Ka’bah adalah Rumah Allah, Itu adalah rumah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Allah akan berbuat apa saja yang dianggap Nya pantas.”
Mendengar jawaban Abd Al Muthalib yang lemah lembut dan damai namun tegas menyiratkan rohaninya yang kuat Hanata merasa gembira, Oleh karena itu dia merasa yakin dan meminta pemimpin bangsa Quraish itu ikut bersamanya ke barak untuk menemui Abrahah.
Berangkatlah Abd Al Muthalib bersama beberapa putranya menemui Abrahah, Sikapnya yang ramah, tenang, dan penuh keyakinan telah membuat Abrahah kagum dan menghormatinya hingga Abrahah Segera turun dari tahtanya menjabat tangan Abd Al Muthalib dan mengajaknya duduk disisinya. Dengan penuh rasa hormat Abrahah menanyakan lewat juru bahasanya maksud dan tujuan kedatangannya.
Abd Al Muthalib berkata : “Unta-unta Tahamah termasuk diantaranya 200 ekor unta milik saya telah dirampas oleh tentara anda, saya hendak meminta kepada anda agar memerintahkan tentara anda mengembalikan unta-unta kami.”
Mendengar perkataan itu merahlah telinga Abrahah dengan nada tinggi dia berkata :”wajah dan sikap anda yang anggun mengandung aspek suci menyebabkan saya memandang anda sebagai orang besar. Namun permohonan anda untuk hal-hal sepele tadi telah mengurangi nilai anda dimata saya, mengingat tujuan saya kesini untuk menghancurkan tempat suci para leluhur anda.
Seharusnya anda berbicara tentang Ka’bah dan memohon kepada saya agar tidak melaksanakan tujuan saya, karena jika terlaksana maka itu adalah pukulan maut bagi kemerdekaan dan kehidupan politik keagamaan anda.
Saya tidak mengira kalau anda datang hanya untuk hal sepele meminta unta yang tak berharga itu." Sebagai jawaban terhadap ucapan Abrahah, Abd Al Muthalib mengucapkan sebuah kalimat yang nilainya masih terpelihara hingga kini. Dia Mengatakan “Saya adalah pemilik unta-unta itu. Rumah itu pun ada pemiliknya yang akan mencegah setiap gangguan atasnya.
Abrahah berkata lagi dengan sombong sambil menggeleng-gelengkan kepala dan menegaskan tujuannya “Tidak ada yang cukup kuat untuk menahan saya mencapai tujuan saya” lalu dia memerintahkan agar harta kekayaan dan hewan ternak yang dirampas dikembalikan kepada pemiliknya.
Penduduk Mekah menanti kembalinya pemimpin mereka untuk mengetahui hasil pembicaraannya dengan Abrahah. Ketika bertemu dengan para pemimpin suku Quraish Abd Al Muthalib berkata : “segeralah berlindung ke bukit dan lembah bersama hewan ternak kalian agar aman dari setiap mudharat.” Penduduk segera meninggalkan rumah mereka dan berlindung dibalik perbukitan.
Dimalam hari seluruh bukit dan lembah dipenuhi isak tangis anak-anak, ratapan kaum wanita, dan kegaduhan hewan-hewan ternak. Pada tengah malam Abd Al Muthalib dan beberapa orang Quraish turun dari perbukitan menuju pintu Ka’bah.
Abd Al Muthalib dengan air mata berlinang dan hati yang getir memegang rantai pintu Ka’bah dan mengucapkan doa : “ Ya Allah! Kami tidak melekatkan iman kepada siapapun kecuali Engkau, untuk selamat dari bencana dan kejahatan. Ya Allah! Tolaklah mereka dari Rumah Suci Mu. Musuh Ka’bah adalah musuh Mu. Wahai Pemberi Rezeki! Putuskan tangan mereka agar mereka tidak mencemari Rumah Mu. Bagaimanapun keselamatan Rumah Mu adalah tanggung jawab Mu.
Jangan biarkan datangnya Salib menjadi jaya atasnya dan penduduk negeri-negeri mereka merebut negeri Mu dan menguasainya.” Kemudian Dia melepaskan rantai pintu Ka’bah lalu berlindung di puncak bukit sambil melihat perkembangan.
Di pagi hari nampak sekelompok besar pasukan bergajah Abrahah beriring-iring akan memasuki kota Mekah, suasana mencekam mengiringi derap langkah berat pasukan itu yang menggentarkan nyali siapa saja yang mendengarnya.Kengerian meliputi hati setiap penduduk yang menanti peristiwa besar dari balik bukit.
Namun mendadak sekawanan burung muncul dari arah laut, membawa batu-batu diparuh dan cakarnya. Sekawanan burung hitam yang amat banyak hingga bayangannya menutupi barak tentara Abrahah. Atas izin Allah S.W.T. sekawanan burung-burung hitam itu menghujani tentara Abrahah dengan batu-batu yang dibawanya, dan atas izin Allah pula batu-batu kecil yang tak berarti itu menjadi serangan yang mematikan bagi tentara Abrahah.
Kepala mereka pecah dan daging mereka terkoyak hingga berceceran ke tanah. Satu batu mengenai Abrahah yang membuatnya gemetar dan ketakutan, dia telah yakin akan kesalahannya telah membuat kemurkaan Yang Maha Kuasa. Dia melihat tentaranya yang begitu dibanggakan telah berjatuhan ke bumi laksana daun-daun yang dimakan ulat.
Dia pun segera memerintahkan sisa-sisa orang yang selamat mundur ke Sana’ah melewati jalan yang mereka tempuh ketika datang. Tentara yang tersisa itu menyelamatkan diri dengan perasaan takut kembali ke Sana’ah.
Namun kebanyakan mereka tewas ditengah perjalanan. Abrahah sendiri berhasil kembali ke Sana’ah namun dengan kondisi tubuh yang tersobek-sobek, ketakutan dan kehabisan darah, tak lama bertahan lalu ia tewas mengenaskan.
Peristiwa yang mengerikan dan aneh ini menjadi sangat terkenal diseluruh dunia pada zaman itu, dan Allah mengabarkan peristiwa itu kepada Nabi Muhammad melalui wahyu yang dicatat dalam QS.Al Fiil (105):1-5:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabbmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Demikian kisah Abrahah semoga kita dapat menambah khazanah ilmu dan keimanan serta dapat mengambil pelajaran dari kisah ini. Wallahu A'lam Bishawaaab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.