Tantangan Implementasi Kecerdasan Buatan pada Jurnalisme
Lomba | 2023-08-24 21:19:42Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Hampir semua bidang pekerjaan modern terpapar oleh AI, termasuk di dalamnya kerja jurnalis di media massa. Sebagai bagian dari industri kreatif, jurnalisme memang terpapar cukup kuat oleh pemanfaatan AI. Menurut Stefan Brambilla Hall, yang merupakan Project Lead, Media, Entertainment and Sport, World Economic Forum Geneva,
dalam tulisannya di weforum.org, terdapat tiga manfaat dari penerapan AI di dunia jurnalistik.
Pertama, penggunaan AI telah membantu untuk memperluas dan meningkatkan jumlah liputan. Associated Press melaporkan bahwa sejak menggunakan AI, jumlah perusahaan yang dilaporkan naik menjadi 4 ribu dibandingkan sebelumnya yang berjumlah 300. Kedua, AI membantu memberikan analisis yang lebih cepat. Laporan triwulan yang biasanya harus dikerjakan dalam satu minggu oleh sebuah tim khusus, bisa dikerjakan hanya dalam hitungan menit dengan AI. Ketiga, menurunkan hambatan untuk masuk ke suatu peristiwa. Saat ini, penggunaan AI memungkinkan jurnalis membuat video pendek dari teks dalam hitungan detik atau mengumpulkan informasi dari sumber di lapangan. Bahkan kepiawaian menggunakan AI bisa membuat ruang redaksi memproduksi informasi dengan menarik dan kreatif sehingga media lokal bisa saja mengalahkan media besar karena kemampuannya dalam memanfaatkan AI secara optimal.
Jadi, secara umum, implementasi AI secara garis besar meliputi tiga aspek yaitu otomasi, personalisasi, dan penggalian informasi (insights) dari data. Namun di balik keunggulan pemanfaatan AI, terdapat beberapa hal yang menjadi kekurangan seperti kesulitan memahami data yang tidak terstruktur, keterbatasan data sehingga kemampuan untuk menganalisis menjadi rendah, AI tidak mampu menjelaskan mengapa sesuatu ditulis, atau bagaimana menjelaskan mengenai terjadinya sesuatu. Kelemahan yang lain adalah ketidakmampuan AI dalam memverifikasi keaslian informasi atau lainnya. Dengan kata lain, AI tidak bisa membedakan antara informasi yang benar dan informasi yang salah atau disinformasi.
Melihat “kekurangan” dari pemanfaatan AI maka kita bisa menyimpulkan bahwa peran jurnalis belum tergantikan oleh kehadiran AI. Mengapa? Karena salah satu hal yang paling mendasar dalam dunia jurnalisme adalah disiplin verifikasi, seperti diungkapkan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam bukunya “Sembilan Elemen Jurnalisme”. Maksudnya, jika salah satu kekurangan AI adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara informasi yang benar dan informasi yang keliru maka di situlah peluang bagi dunia jurnalisme untuk memperkuatnya.
Dengan begitu, kehadiran AI bukanlah sebuah ancaman seperti yang diungkapkan oleh banyak pihak. Mereka menyatakan bahwa AI akan membuat banyak pekerjaan hilang yang otomatis akan membuat orang-orang di bidang tersebut kehilangan pekerjaannya. Justru sebaliknya, kehadiran AI bisa memperkuat posisi dan peran jurnalisme dalam menginformasikan sesuatu kepada masyarakat. Kreativitas yang menjadi bagian dari industri kreatif mendapat dukungan yang kuat dari pemanfaatan AI. Ketimbang sibuk mencemaskan ancaman AI, akan lebih baik jika insan-insan yang berkecimpung di dunia jurnalisme ngulik teknologi canggih ini agar dapat dioptimalkan guna mendukung pekerjaan dalam menciptakan produk-produk jurnalisme yang berkualitas. (Arba'iyah Satriani, Dosen Fikom Unisba)
#hutrol28
#lombanulisretizen
#republikawritingcompetition
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
