Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mega Ocktaviyah

Menavigasi Transformasi Pendidikan di Era AI: Menguji Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa

Lomba | Sunday, 20 Aug 2023, 12:06 WIB
sumber: https://www.pexels.com/photo/close-up-shot-of-chess-pieces-8438877/

Perkembangan teknologi saat ini bergerak dengan kecepatan yang mengagumkan, membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu kemajuan paling mencolok adalah munculnya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI), yang menghadirkan potensi besar dan tantangan yang perlu diatasi. Pada tahap awal kemunculannya, AI memunculkan kecemasan akan otomatisasi yang dapat menggantikan peran manusia. Namun, seperti halnya dengan setiap perubahan peradaban, manusia dihadapkan pada perlunya beradaptasi dengan dinamika zaman.

Semakin canggihnya teknologi, semakin kompleks pula potensi dampak yang dapat dihasilkannya. AI, sebagai produk dari pikiran kritis manusia, diciptakan dengan tujuan untuk memudahkan berbagai aspek pekerjaan manusia. Kreativitas manusia telah melahirkan AI yang mampu memproses informasi dengan efisien dan menghasilkan hasil yang akurat. Namun, sejauh mana AI dapat menjadi ancaman atau tantangan bagi manusia sebenarnya tergantung pada perilaku dan pemanfaatan penggunaannya.

Di kalangan akademisi, khususnya para mahasiswa, AI telah dikenal sebagai alat bantu dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah. Mahasiswa sering kali dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks dan memerlukan analisis mendalam. Pemanfaatan AI dalam konteks ini memang memiliki potensi besar untuk membantu. Namun, muncul kekhawatiran jika AI justru membuat manusia enggan berusaha secara mandiri untuk mendapatkan informasi. Terdapat risiko bahwa kemudahan yang ditawarkan AI akan meredam dorongan untuk menggali informasi lebih dalam. Beberapa mahasiswa mungkin tergoda untuk sekadar menyalin jawaban dari AI tanpa melakukan analisis lebih lanjut.

Perilaku semacam ini, jika menyebar luas, dapat memiliki implikasi serius. Jika semua mahasiswa menyalin jawaban yang sama dari AI, maka jawaban itu kemungkinan besar juga akan ditemukan pada tugas-tugas yang sama di seluruh perguruan tinggi. Akibatnya, proses berpikir kritis yang diharapkan dari mahasiswa dapat terkikis. Proses ini seharusnya melibatkan analisis mendalam, pertimbangan argumen, dan pembuatan keputusan berdasarkan pemahaman konteks yang matang. Jika pemanfaatan AI hanya menghasilkan reproduksi tanpa pemahaman, maka inti dari pendidikan—yakni pengembangan keterampilan berpikir kritis—akan terancam.

Namun, dari perspektif yang berbeda, pemanfaatan AI juga dapat menjadi tantangan yang mendorong mahasiswa untuk semakin meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Asalkan digunakan dengan bijaksana, AI dapat menjadi alat awal untuk mendapatkan gambaran besar mengenai suatu topik atau masalah. Mahasiswa dapat memanfaatkan AI sebagai langkah awal untuk mengumpulkan data besar yang nantinya dapat dijadikan pijakan untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut. Teknologi AI juga sering kali tidak memberikan informasi dengan sumber yang jelas, memicu kebutuhan manusia untuk menggali lebih dalam dan memeriksa kebenaran dari informasi yang diberikan.

Selain itu, penggunaan AI dalam pendidikan juga memberikan kesempatan bagi pendidik untuk lebih fokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Dengan bantuan AI dalam menyelesaikan tugas-tugas rutin, pendidik dapat lebih memusatkan perhatian pada mengajarkan mahasiswa bagaimana menganalisis, menilai, dan menggali informasi lebih dalam. Pemanfaatan AI yang bijaksana dalam pendidikan dapat menjadi dorongan untuk memajukan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Namun, pada akhirnya, penting bagi pendidik dan mahasiswa untuk memiliki kesadaran yang kuat tentang potensi dan batasan AI. Kemampuan AI dalam mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi tidak dapat menggantikan proses berpikir kritis yang mendalam yang hanya dapat dilakukan oleh manusia. Pemanfaatan AI harus diiringi dengan kemampuan manusia untuk menganalisis dan memahami informasi yang disajikan, serta kemampuan untuk melihat lebih jauh dari apa yang telah dihasilkan oleh teknologi.

Dalam era di mana teknologi terus berkembang pesat, tantangan utama adalah bagaimana manusia dapat menggabungkan kekuatan teknologi dengan kemampuan berpikir kritis yang tak ternilai harganya. Dengan menjaga keseimbangan antara keduanya, kita dapat memanfaatkan potensi AI sebagai alat bantu yang berguna, sambil tetap menghormati pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi kompleksitas dunia nyata.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image