Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zaenab

Eksistensi Budaya Lokal sebagai Media Dakwah di Kota Pekalongan

Eduaksi | Wednesday, 29 Dec 2021, 16:53 WIB

Oleh Siti Zaenab Mahasiawi IAIN Pekalongan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

https://www.republika.co.id/berita/qni19n320/mengapa-wali-songo-gunakan-kesenian-sebagai-media-dakwah

Budaya lokal merupakan produk dalam masyarakat. Masyarakat sebagai makhluk sosial dan memiliki akal, tentu dalam bermasyarakat selalu mengadakan interaksi dan bertindak berdasarkan aturan akal. Di situ biasanya budaya lokal mulai terbentuk dari kebiasaan masyarakat yang sesuai dengan nilai, norma, dan kepercayaan mereka. Budaya lokal merupakan identitas setiap daerah, namun seiring dengan perkembangan zaman, budaya lokal semakin memudar. Demikian terjadi karena budaya lokal telah terlindas oleh arus globalisasi. Begitu pula dengan identitas daerah, jadi keunikan dan daya tarik yang khas dari daerah pun mulai hilang.

Banyak daerah yang kehilangan identitas yaitu kebudayaan lokal mereka akibat generasi yang tidak melestarikannya. Namun di Indonesia yang masih kaya akan adat dan budaya, beberapa daerah juga masih melestarikan budaya lokal mereka. Bali dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia, selain karena panoramanya juga karena budaya lokalnya yang masih kental menjadi daya tarik yang dituju para turis. Jawa juga terkenal dengan adat dan budayanya yang kental, seperti mitoni, sholatan, arak-arakan tahun baru Islam, kuda lumping, sintren, kuntulan, dan masih banyak lagi.

Tidak dapat dipungkiri, generasi sekarang kebanyakan sungkan untuk mengikuti kegiatan dakwah, menurut mereka itu agak kuno untuk diikuti, tidak heran kebanyakan pengunjung pengajian adalah orang tua. Sebenarnya bila telah mengikuti alurnya, mereka para generasi sekarang mungkin bisa tertarik, karena pesan dakwah juga berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, hanya perlu mengubah cara penyampaianya. Budaya yang mana mengandung nilai estetik, unik, dan khas sangat tepat jika digunakan sebagai media dakwah. Demikian agar dakwah bisa dikemas lebih menarik, sehingga generasi sekarang tidak sungkan untuk mengikuti kegiatan dakwah.

Budaya lokal sebagai media dakwah tentu memiliki strategi tersendiri juga untuk menarik minat khalayak. Strategi tersebut diantaranya, pertama buat pertunjukan budaya lokal semenarik mungkin, agar setidaknya masyarakat minat untuk menghadiri kegiatan tersebut. Kedua, dakwah diselingkan dipertunjukkan budaya lokal, agar khalayak tidak bosan. Ketiga, dakwah disampaikan dengan santai, tidak terlalu formal agar masyarakat tetap mau mengikuti. Keempat, baik saat pertunjukan budaya lokal maupun kegiatan dakwah disampaikan dengan melibatkan khalayak yang hadir, baik melalui komunikasi maupun sentuhan hati sehingga khalayak merasa dirinya ikut terlibat di dalam pertunjukan atau kegiatan tersebut.

Dakwah melalui media budaya lokal telah dilakukan diberbagai daerah, di Kota Pekalongan salah satunya. Kota Pekalongan dijuluki sebagai kota santri, karena terdapat banyak pesantren dan agamanya juga baik. Kota Pekalongan sebagai kota santri ini memiliki budaya sholawat rebana, dari budaya tersebut pendakwah menjadikan budaya tersebut sebagai media penyampaian dakwah. Kegiatan dakwah diselipkan di dalam budaya tersebut. Dengan media tersebut, menurut masyarakat pesan dakwah akan lebih membekas, mudah diingat, tidak membosankan, serta lebih menarik.

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/11/20/ozp0uh335-kesenian-jadi-media-dakwah-islam

Selain melalui ceramah, dari budaya sholawat rebana, dakwah juga disampaikan melalui lantunan sholawat tersebut. Lirik atau isi lagunya biasanya mengenai ajakan untuk berburu kebaikan, baik dalam bahasa Arab, Indonesia, maupun Jawa. Berdasarkan fenomena yang telah terjadi, pada acara sholawat rebana juga terkadang ditemukan masyarakat yang menangis karena pesan dakwah dari ceramah maupun lirik lagunya menyentuh hati khalayak yang mendengarkan.

Banyaknya minat masyarakat terhadap dakwah melalui media budaya lokal menjadikan para da'i memilih media tersebut. Keuntungan lain yang didapat yaitu mengangkat serta melestarikan budaya lokal. Dengan demikian budaya lokal di Kota Pekalongan masih eksis sebagai media dakwah, salah satunya budaya sholawat rebana. Namun tidak semua budaya lokal eksis sebagai media dakwah karena kurang cocok atau minat masyarakat yang berkurang terhadap budaya tersebut, sehingga ada beberapa budaya lokal juga yang tidak bisa bersaing dengan arus globalisasi.

Referensi:

Nur Effendi, Agik. 2019. Gendhing Pepeling: Media Dakwah Melalui Budaya Lokal Masyarakat Jawa. Jurnal Studi Agama-agama dan Lintas Budaya. Madura. IAIN Madura.

Sumber data:

Erna Hidayah (masyarakat Kota Pekalongan) wawancara pada 1 Januari 2021

Observasi di Kota Pekalongan bulan Desember 2020

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image