Fenomena Perjokian Kuliah dalam Pandangan Islam
Agama | 2023-08-03 10:55:09Perjokian kuliah merupakan sebuah praktik yang dilakukan oleh seorang mahasiswa yang berusaha membayar "jasa" orang lain untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas kuliah, ujian, atau bahkan skripsinya dengan beberapa alasan, yaitu diantaranya sibuk dan tidak memiliki waktu yang cukup atau karena memang tidak memiliki kemampuan untuk mengerjakannya.
Sedangkan plagiasi atau plagiarisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memiliki definisi, yaitu aktivitas pengambilan karangan atau karya milik orang lain baik berupa pendapat dan lain sebagainya dan menjadikan karya atau karangan tersebut seolah-olah miliknya sendiri atau dengan kata lain melakukan klaim secara sepihak.
Faktanya, fenomena perjokian kuliah dan plagiasi karya di dunia akademik ini banyak dilakukan oleh seorang muslim.
Hal tersebut merupakan pelanggaran yang serius terhadap budaya akademik yang didasarkan pada kejujuran. Perilaku tersebut juga menunjukkan adanya ketidakpatuhan terhadap nilai-nilai etika dan prinsip kejujuran yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan akademik.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seorang mahasiswa mampu melakukan praktik perjokian kuliah dan plagiasi karya akademik meskipun dirinya adalah seorang muslim.
Salah satu faktor tersebut ialah adanya pemahaman dan kesadaran yang sangat kurang dan terbatas mengenai pentingnya kejujuran dalam budaya akademik.
Padahal, dalam konteks budaya akademik Islam, sangat penting bagi individu untuk menekankan perilaku jujur dan terbuka, berintegritas, dan menghargai ilmu pengetahuan serta menghargai karya milik orang lain.
Islam sendiri melalui hadits dan ayat-ayat suci al-Qur'an telah menyatakan larangan keras untuk berbuat curang seperti salah satunya melakukan plagiasi dan berbohong yang salah satu bentuknya adalah melakukan joki kuliah, yaitu di antaranya sebagai berikut :
1) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR. Muslim no. 101, dari Abu Hurairah).
Hadist tersebut menjelaskan bahwa setiap orang yang menipu, berbohong, berbuat curang, atau berusaha untuk mengelabui disebut oleh Nabi bukanlah termasuk golongan beliau. Artinya, orang yang suka menipu dan berbohong akan menerima dosa yang besar dan salah satu dari menipu dan berbuat curang adalah joki kuliah serta plagiasi.
2) Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607).
Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa seseorang yang suka berdusta dan berupaya untuk berdusta, contohnya seperti melakukan joki kuliah dan melakukan plagiasi karya akan dicatat sebagai seorang yang pendusta dan dusta itu sendiri akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Dengan kata lain, seseorang yang melakukan joki kuliah atau plagiasi diberi peringatan bahwa yang dilakukannya bisa saja mengantarnya pada neraka.
3) QS. Al-Ahzab Ayat 70
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
70. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,
Sumber referensi : https://www.merdeka.com/quran/al-ahzab/ayat-70
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang mengucapkan perkataan yang benar serta melakukan hal-hal yang benar dan tidak berbohong serta berlaku curang merupakan ciri dari orang-orang yang bertakwa dan beriman kepada Allah SWT.
Dengan kata lain, orang-orang yang kokoh imannya akan selalu berkata benar dan tidak berbohong juga curang seperti melakukan joki kuliah dan plagiasi karya akademik. Sikap jujur yang diterapkan dalam budaya akademik akan menjadikan hidup seseorang lebih nyaman karena tidak ada yang perlu ia tutup-tutupi.
Hal ini masuk akal jika mengingat bahwa mahasiswa yang melakukan joki kuliah dan plagiasi karya akademik bisa saja merasa tidak tenang karena takut jika ketahuan sehingga akan selalu menutup-nutupi hal tersebut dengan perasaan cemas yang kemudian akan mencuri tenaga, stamina, dan energinya sehingga tugas-tugas yang ia miliki lainnya juga bisa tidak diselesaikan secara optimal.
4) QS. At-Taubah Ayat 119
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ
119. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.
Sumber referensi : https://www.merdeka.com/quran/at-taubah/ayat-119
Ayat tersebut memberikan petunjuk bagi mahasiswa yang melakukan joki kuliah dan plagiasi karya jika ingin menjadi seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, maka ia harus menjauhi perbuatan buruk tersebut dengan cara bergabung dengan lingkungan yang kondusif dan mampu memberi dampak positif bagi kepribadiannya.
Hal itu dikarenakan, seseorang yang bergaul dengan orang-orang yang tidak jujur dan sering melakukan joki kuliah dan plagiasi karya akademik akan cenderung terpengaruh dan ikut-ikut melakukan hal serupa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.