Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Pergerakan Sosial

Politik | Monday, 24 Jul 2023, 14:18 WIB
Ilustrasi gerakan sosial, sumber : https://international.sindonews.com

Setelah sebelumnya penulis mengulas gerakan sosial dalam tiga aspek, yaitu kemunculan gerakan sosial, aktor gerakan sosial, dan ideologi gerakan sosial. Pada artikel ini akan menjelaskan tentang perspektif gerakan sosial, jenis gerakan sosial, serta tahapan gerakan sosial dari berbagai literatur.

Keberadaan gerakan sosial dalam panggung politik nasional dan global, menjadi salah satu kajian menarik, terlebih kemunculannya sering dikaitkan ketidakpuasan masyarakat sipil (civil society) terhadap kebijakan dari penguasa, serta macetnya sistem pemerintahan terhadap artikulasi politik dari arus bawah, sehingga gerakan sosial dipilih sebagai ekspresi masyarakat dalam menyampaikan keinginan, tuntutan, dan harapannya.

Perspektif Gerakan

Gerakan sosial memiliki nuansa penentangan dengan kalangan elit, terlebih para partisipan gerakan sosial berasal dari kelompok terpinggirkan, tidak memiliki akses ke institusi pembuat kebijakan. Pertentangan biasa terjadi ketika partisipan gerakan mengajukan klaim baru terkait sesuatu hal, serta klaim itu tidak diterima atau diakomodir oleh pemegang otoritas kekuasaan. Dari perbedaan klaim tersebut akhirnya menyebabkan konflik terjadi.

Mansour Fakih (2008) dalam studinya, menjelaskan beberapa karakteristik dari gerakan sosial. Pertama, senantiasa melibatkan perilaku kolektif diluar struktur kekuasaan formal, aksi kolektif ini memiliki potensi sangat kuat mengancam dan mengguncang kemapanan kekuasaan. Kedua, melawan dominasi wacana yang berasal dari “kelompok tua”, para partisipan gerakan mengklaim sebagai “generasi baru” mendesak sistem politik untuk mengakomodir tuntutan mereka. Ketiga, para partisipan gerakan umumnya dari kelas menengah akan memperjuangkan nilai-nilai pasca materi (ekonomi), yang berhubungan dengan kualitas kehidupan mempengaruhi mereka kini dan mendatang.

Selain itu partisipan gerakan sosial memiliki akses pada sumberdaya manusia, terutama dari kalangan merasakan ketidakpuasan dan ketidakadilan, mereka mudah melakukan pengorganisasian massa dengan mendirikan institusi non-formal, karena ketidakpuasan senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat. Pengorganisasian ini memiliki kesempatan berkembang disebabkan sistem politik relatif terbuka, terutama di negara demokrasi sehingga memudahkan masyarakat untuk menginisiasi gerakan, rezim ketika itu belum melakukan tindakan represif diawal konsolidasi gerakan sosial (Suharko, 2006).

Jenis Gerakan Sosial

Dalam studi David F Aberle (dalam Damsar, 2010) menjelaskan terdapat empat jenis gerakan sosial. Pertama, gerakan sosial alternatif (alterative social movement), gerakan memiliki tujuan mengubah perilaku individu ditengah-tengah masyarakat, biasanya mendorong perubahan perilaku ke arah lebih baik, seperti gerakan anti narkoba atau anti sek bebas.

Kedua, gerakan sosial redemptif (redemptive social movement), gerakan bertujuan melakukan perubahan perilaku individu secara keseluruhan, gerakan ini sejatinya memiliki sasaran sama dengan gerakan sosial alternatif, tetapi berbeda dalam cakupan perubahan dikehendaki. Gerakan sosial redemptif memiliki keinginan merubah perilaku lama menjadi perilaku baru, dengan karakteristik sangat berbeda dengan perilaku sebelumnya, misalnya gerakan keagamaan bercorak fundamentalis. Para partisipan dari gerakan ini memiliki ideologi sangat kuat dan militan, terkadang pemahaman mereka sangat tertutup, dengan menciptakan diksi ketat antara kelompok “kita” dengan kelompok “mereka”.

Ketiga, gerakan sosial reformatif (reformative social movement), gerakan perubahan menginginkan perubahan pada bagian “tertentu” dari masyarakat. Gerakan sosial ini jelas berbeda dengan dua gerakan sebelumnya. Gerakan sosial reformatif memiliki tujuan merubah sistem kemasyarakatan lebih besar (politik), tetapi tidak secara revolusioner melakukan bersifat gradual (bertahap) terkesan lebih hati-hati.

Keempat, gerakan sosial tranformatif (transformative social movement), gerakan melakukan perubahan pada tatanan sosial, para partisipan didalamnya memiliki kehendak mengubah tatanan sosial masyarakat menjadi tatanan yang lebih baik menurut versi mereka.

Tahapan Gerakan Sosial

Di dalam studi Martono (2011) terdapat lima tahapan gerakan sosial, kelima tahap tersebut adalah : pertama, agitasi awal, tahap ini terjadi ketika orang-orang merasa terganggu dengan kondisi tertentu, serta ingin merubahnya sesuai keyakinan ideologi dimiliki. Pada tahap agitasi biasanya muncul sosok pemimpin yang mampu menerjemahkan perasaan orang-orang ke dalam bentuk wacana. Meskipun gerakan sosial itu lebih menekankan aksi kolektif, sosok pemimpin gerakan menjadi sesuatu dibutuhkan, salah satu perannya sebagai pemikir dan penafsir ideologis.

Kedua, mobilisasi sumber daya, tahap ini merupakan faktor penentu yang memungkinkan gerakan sosial melewati tahap pertama, sumber daya yang dimaksud disini adalah sumber daya waktu, uang, keterampilan dan kemampuan manarik perhatian media. Keberhasilan tahap mobilisasi sumber daya sangat tergantung dari keberhasilan para partisipan gerakan dalam membangun hegemoni wacana alternatif, sebagai antitesis dominasi wacana dominan dari elit penguasa, sehingga ruang publik terisi oleh narasi lain.

Ketiga, organisasi, pada tahap ini gerakan sosial sudah melakukan pembagian kerja, pimpinan gerakan sudah memutuskan kebijakan dan jajarannya melaksanakan tugas sehari-hari yang diperlukan agar gerakan sosial tetap berjalan, pada tahap ini masih banyak dijumpai adanya kegairahan kolektif terhadap isu yang menjadi pusat keprihatinan gerakan sosial. Artinya sudah membentuk wadah institusi gerakan bersifat organisatoris, bisa berupa komite aksi dan NGO.

Keempat, institusionalisasi, gerakan sosial sudah mengembangkan suatu birokrasi, tipe hirarki formal. Kelima, kemunduran organisasi dan kemungkinan kebangkitan kembali, gerakan sosial pada tahap ini berpeluang untuk menghilang atau bangkit kembali. Menjadi penyebab menghilangnya gerakan sosial tergantung dari dua faktor, tuntutan dari gerakan sudah terpenuhi atau gerakan mengalami represifitas dari penguasa.

Tentu saja memperbincangkan komponen dari gerakan sosial masih sangat luas, penulis dalam artikel ini membatasinya pada tiga komponen, diharapkan para pembaca melakukan studi secara mandiri, sehingga bisa jauh lebih komprehensif memahami gerakan sosial.

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA).

Referensi Artikel

1. Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta, Kencana, 2010).

2. Fakih, Mansour. 2008. Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial : Pergolakan Ideologi LSM Indonesia. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar).

3. Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik, Modern, Posmodern dan Poskolonial. (Jakarta, Rajawali Pres)

Suharko. Gerakan Sosial Baru di Indonesia (Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 10, Nomor 1, Juli 2006.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image