Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gesyagen

Hal Terpenting adalah Tidak Memutuskan Berhenti

Agama | Friday, 21 Jul 2023, 10:40 WIB

Beberapa bulan lalu, nemu buku unik berjudul, ‘Menjadi.’ Seketika merasa penulisnya punya orientasi pikiran yang sama dengan diri ini. Dilihat-lihat ngga terlalu mahal juga harganya, tapi sayang waktu itu prioritasnya beli buku lain. Jadi, "wahai buku aman-aman disitu ya, besok aku balik lagi."

Beberapa hari kemudian, bersama teman ke toko buku. Aku lihat buku karya Afutami itu masih ditempatnya, wah senang banget! Tapi, lagi-lagi sayang, lagi ngga ada budget untuk beli buku. Kabar baiknya, temanku ini lagi cari buku yang ‘menyadarkan’ aku sarankan untuk beli buku itu dan dia beli, yes! Tak perlu keluar uang, aku bisa pinjam, maklum masih kantong pelajar hehe.

Saat ini, setelah aku buka beberapa lembar, aku langsung click, bener aja bahasan di dalamnya memang yang lagi diperlukan. Tinggal beberapa hari lagi aku masuk dunia baru (ngga berstatus mahasiswa lagi) maka setting up cara berpikirku perlu terus diasah, salah satunya tentang sistem 1 dan sistem 2.

Aku baru menyadari akhir-akhir ini memang sering serba 'otomatis' menjalani kehidupan. Gak kaya dulu yang serba dipikirin dengan hati-hati. Ternyata, sistem 1-ku dominan. Nah, salah satu buat melatih sistem 2 adalah dengan cara mereview kembali film atau buku yang sudah dibaca dan pas banget, malam tadi baru selesai baca novel, aku berniat untuk praktikan.

Re-Read Novel Janji Karya Tere Liye

Bersyukur punya keputusan buat membaca ulang novel ini karena memang tidak biasanya mau membaca ulang suatu buku. Dari buku ini aku sadar bahwa:

  1. Aku sedang tidak baik-baik saja
  2. Pikiranku tidak seharusnya memikirkan hal tidak penting
  3. Secepat mungkin sebaiknya aku melakukan kebaikan

Tentang tiga orang murid yang menyelesaikan misi dari gurunya untuk menemukan seseorang. Misi yang didapat karena kenakalan mereka dalam menyambut tamu, tetapi bagiku mereka sedang mencari perhatian, meski dituliskan watak mereka nakal bagiku mereka sedang mengekspresikan perasaannya dengan bertingkah laku apa saja yang membuat orang memperhatikannya. Kenakalan semasa sekolah, biasa saja bukan, meski memang dalam kasus tertentu bisa unik hingga keluar batas. Tapi, yang lebih menarik adalah cara sang guru mendidik mereka. It is amazing experience! Kalau aku bertemu guru seperti itu, aku mau sekali ikut kata beliau, menjalankan misi kemana pun dan dimana pun, kurang dari seminggu sudah dapat banyak pelajaran dan berpindah-pindah tempat nun jauh dari kampung halaman.

Hal paling spesial dari cerita ini adalah memang sosok Bahar (orang yang sedang dicari oleh tiga orang murid) yang punya hati nurani yang baik. Meskipun, kebiasaanya buruk, perangainya kasar, tapi dia berhasil mempertahankan hati yang tidak menolak kebaikan dan kebenaran. Bahar, meski tidak terkendali tapi tahu diri, kemana pun kakinya melangkah, baginya yang terpenting tidak merepotkan orang lain dan terus berusaha sendiri. Dimulai bertemu bos preman di sebuah bar minuman, hidup dipenuhi minuman memabukan tetapi terus bekerja apapun pekerjaannya-dia memilih tidak menganggur-padahal mudah saja dia meminta kenyamanan kepada bos preman itu. Bahar mau masuk lingkungan yang paling tidak nyaman sekalipun untuk menebus dosanya di masa lalu, terus hijrah ke luar wilayah kampungnya untuk memulai hal baru, semua yang dilakukan meski disertai amarah, penyesalan, kemiskinan, dan kesakitan, kunci baiknya dia selalu mengarahkan dirinya untuk terus bergerak, ia mengikuti kata hatinya dan hatinya untuk mengarahkannya kepada hal yang baik sesuai janjinya kepada guru.

Bahar sudah 7 tahun meninggal, cerita-cerita itu sampai kepada tiga murid yang berjarak 40 tahun dengannya lewat sumber cerita orang yang hidup bersinggungan dengan Bahar. Perbedaan tahun yang lama itu bahkan mampu memberikan pelajaran untuk orang yang mungkin tidak pernah dia pikirkan. Bagi Bahar, hidup sebaik mungkin saat ini, sebab hanya itu yang bisa dia lakukan untuk berdamai dengan masa lalunya. Dia yang ketika hidup memberikan manfaat, hingga saat mati pun meninggalkan warisan yang tidak mudah hilang. Dari cerita Bahar dan tiga murid itu, aku sadar bahwa buat apa kita terus mendahulukan gengsi sedangkan hidup kita bukan untuk itu.

Kita ada sebab kita perlu memberi bukan untuk diberi. Kita disini bertugas untuk melayani bukan dilayani. Kita meski terlihat oleh kacamata manusia miskin tapi sejatinya Tuhan Maha Baik Sekali memberikan modal agar kita mengelolanya. Sungguh, kita memang tidak punya apa-apa, tapi kita berasal dari Tuhan Yang Maha Punya Segala.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image