Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tyan Gunawan

Mengenal lebih dekat dalang wayang golek

Info Terkini | 2023-07-14 01:30:04
Dokumen pribadi di kediaman Ki Dalang Adhi Konthea Kosasih Sunarya (Lingkung Seni Putu Giri Harja 2)

Jelekong – Salah satu yang menjadi khas kesenian jawa barat yaitu kesenian wayang golek. Wayang golek merupakan jenis boneka kayu yang digerakkan menggunakan tangan. Wayang golek berasal dari kata “Bayang” / “Bayangan”. Karena dulu itu sebelum wayang golek, yang tertua adalah wayang kulit / wayang kulit purwa. Yang di tonton wayang kulit itu adalah bayangan atau juga “wayang” (Wayahe Sembahyang / waktunya sembahyang) Jadi Ulama di zaman dulu mengaplikasikan syiar agama islam melalui wayang. Kemudian orang dibalik / memerankan wayang disebut “Dalang”. “Dalang itu adalah orang yang dibalik layar untuk memerankan suatu pertunjukan atau suatu peristiwa. Kalau orang sunda bilang “dalang” itu yang suka “Ngedalkeun piwulang” / mengeluarkan ajaran melalui wayang atau “Ngedal norowelang” berbicara tanpa berhenti-berhenti”. Ujarnya.

Ki Dalang Adhi Konthea Kosasih Sunarya merupakan praktisi seni wayang golek (Dalang) dari lingkung seni putu giri harja 2 yang lahir di Bandung tepatnya Di Ciparay, 06 Juli Tahun 1986. Ki Dalang Adhi juga sudah sejak kecil bahkan sejak di dalam kandungan sudah dikenalkan dengan kesenian wayang golek dan juga pada usia 9 tahun sudah mulai mendalang. Karena Ki dalang Adhi merupakan putu atau cucu dari salah satu maestro dalang terkenal yaitu K.H Ade Kosasih Sunarya dari lingkung seni giri harja 2.

Selain wayang dan dalang ada beberapa bagian yang tidak dapat dipisahkan demi terlaksananya pagelaran wayang, yaitu nayaga atau sekumpulan orang yang memainkan alat seperti gamelan, kendang, goong, rebab serta sinden / juru kawih. Dalam satu kali acara pagelaran Biasanya Ki Dalang Adhi membutuhkan sekitar 40 orang dalam satu kali pagelaran. “Untuk yang Reguler / Normal semalam suntuk itu 40 orang”. Ujarnya

Kesenian wayang golek juga lebih dominan sebagai seni pertunjukkan rakyat atau hiburan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari baik itu spiritual dan lainnya. Biasanya acara yang sering menanggap kesenian wayang itu dalam rangka hajatan seperti pernikahan, sunatan, dan lain sebagainya. Dalam satu kali pagelaran biasanya Ki Dalang Adhi bisa mendapatkan penghasilan dimulai dari 5 juta sampai dengan 40 Juta. “Kalau untuk finansial dalam pewayangan tergantung durasi, tergantung lokasi. Kalau misalnya kota bandung untuk semalan full nyampe 35 Juta – 40 Juta, kalau untuk luar kota bandung 50 Juta, tergantung jarak dan durasi, karena ada paket minimalis yang untuk 2-3 jam ada yang semalam suntuk itu beda lagi” Ujarnya

Lewat keterampilan tangannya dalam memainkan wayang golek, Ki Dalang Adhi sering manggung di berbagai daerah mulai dari dalam kota bandung, luar kota bandung, bahkan sampai ke luar pulau jawa. Di samping itu juga Ki Dalang Adhi juga sering pagelaran di berbagai agama / tempat ibadah. Tetapi dengan versi agama islam.

Cerita yang sering di gelarkan oleh Ki Dalang Adhi adalah cerita-cerita yang banyak mengandung unsur dramatiknya “Kumbakarna Luhur” ada lagi “Lakon Somantri Ngenger”. Jenis-jenis wayang di Nusantara itu ada banyak. Diantaranya, “wayang golek purwa, selain wayang purwa, wayang golek purwa itu ada wayang golek purwa, wayang kulit purwa ada juga wayang orang purwa, Banyak juga wayang-wayang bukan jenis purwa seperti wayang beber, wayang klitih, wayang gedog, wayang tenggul, wayang pantun, wayang menak, wayang ruwat, wayang cepak”. Ujarnya

Tetapi tidak semua jenis wayang itu masih bertahan di era zaman modern ini ada beberapa jenis wayang yang sudah mulai redup. Seperti, wayang pantun, dan wayang beber. Beda dengan wayang berjenis purwa yang masih eksis di era perkembangan zaman karena wayang purwa merupakan cerita pewayangan yang mengambil cerita dari tokoh-tokoh agama hindu tetapi di modivikasi menjadi ajaran agama islam. Seperti cerita Mahabarata dan Ramayana.

Menjadi seorang dalang juga bukan merupakan profesi yang sangat mudah. Karena menjadi dalang itu harus multitalen dan memenuhi beberapa kriteria. Seperti, “harus pandai berbicara lama (Antawacana), harus menguasai musikalitas tinggi (Amardawalagu), harus pandai menguasai gerakan wayang / Garap Sadep (Berkelahi, menari), harus pandai berguyon, drama, syiar agama, dan juga harus pandai memainkan perasaan penonton (Nges)”. Ujarnya

Ki Dalang Adhi juga berpesan kepada generasi-generasi berikutnya supaya tidak terlalu mengikuti budaya luar, tetapi lestarikanlah budaya yang jelas-jelas atau asli dari nusantara ini khususnya jawa barat karena itu merupakan kesenian yang sangat berpengaruh dalam penyebaran agama islam waktu dulu yang di bawakan oleh Wali Alloh SWT.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image