Polemik Negosiasi PSSI Dengan FIFA Akibat Dibatalkannya Piala Dunia U-20 Di Indonesia
Olahraga | 2023-07-04 11:49:24Presiden FIFA, Giovanni Vincenzo Infantino sebelum Kongres FIFA (Federation Internationale de Football Association) ke-73 yang berlangsung pada 13-16 Maret kemarin (dalam rangka pemilihan presiden - yang akhirnya dimenangkan Gianni Infantino lagi), pasca kejadian kanjuruhan pernah datang ke Indonesia pada 7/10/2022.
Awalnya FIFA ke Indonesia mengemban misi "Reformasi Sepakbola Indonesia" bersama pemerintah Indonesia. Pemerintah bersama PSSI(Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) bekerjasama dengan FIFA dan AFC untuk membentuk tim yang nantinya akan ditugaskan untuk membenahi sepakbola Indonesia secara keseluruhan.
Namun sesampainya di Indonesia, alih-alih fokus dan melakukan tindakan darurat, Infantino malah tertawa gembira bersama Iwan Bule sambil bermain sepakbola (Fun Football) di atas penderitaan korban Kanjuruhan. Kegiatan ini tentu mendapatkan kecaman dari publik khususnya masyarakat indonesia.
FIFA yang seharusnya datang untuk membenahi sepakbola Indonesia malah melakukan kegiatan yang tidak penting, tidak urgensi dan cenderung menodai harapan dan kepercayaan rakyat Indonesia. FIFA seakan hanya main-main soal "Reformasi Sepakbola Indonesia".
Keputusan FIFA untuk tidak memberikan hukuman kepada Indonesia terkait tragedi Kanjuruhan juga tidak masuk akal. Padahal Tragedi Kanjuruhan adalah salah satu insiden kecelakaan sepakbola terbesar yang pernah terjadi di dunia, dari sisi korban jiwa. Tragedi ini setidaknya memakan korban 133 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Aparat yang bertugas serta Panitia Pelaksana yang menggelar pertandingan Arema vs Surabaya di Kanjuruhan pun melakukan beberapa kesalahan dalam segi perencanaan event olahraga maupun antisipasi dan penanggulangan massa.
Namun alasan-alasan tersebut nampaknya belum cukup membuat FIFA menghukum Indonesia. Erick Tohir melakukan "Lobby" yang hebat dalam negosiasi ini, event-event yang akan diselenggarakan di Indonesia pun aman, termasuk tiket tuan rumah Piala Dunia U-20 pada saat itu.
Namun, Piala Dunia u-20 yang rencananya akan dimulai pada 20 Mei sampai 11 Juni 2023 pun telah gagal. Kegagalan ini disampaikan beberapa hari pasca terpilihnya Giovanni Vincenzo Infantino sebagai presiden FIFA untuk 3 periode. Dalam pernyataan resminya FIFA memutuskan untuk memindahkan tuan rumah Piala Dunia u-20 ketempat yang belum ditentukan pada saat itu, tetapi pada akhirnya FIFA menunjuk Argentina sebagai tuan rumah Piala Dunia u-20.
Penyebab Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 Dipindahkan Oleh FIFA
Lebih lanjut, FIFA menyatakan bahwa perpindahan tuan rumah Piala Dunia U-20 disebabkan oleh "current circumstances" di Indonesia. "Current Circumstances" yang ditulis FIFA tersebut sepertinya mengacu pada penolakan dari beberapa tokoh politik dan segelintir golongan yang tidak menerima keberadaan Israel di Indonesia.
Dari penggalan point cerita di atas dapat disimpulkan bahwa: FIFA melembek, bersamaan pasca terpilihnya kembali Giovanni Vincenzo Infantino untuk yang ketiga kali. Melembeknya FIFA adalah hal yang jarang kita temui pada federasi sepakbola dunia tersebut. Jika dibandingkan dengan event besar yang sudah digelar FIFA sebelumnya, event Piala Dunia U-20 ini tidak ada apa-apanya.
Secara logika menurut opini saya pribadi memang benar langkah yang diambil adalah main aman FIFA buat kelancaran Piala Dunia itu sendiri. Tapi bagaimana dengan Qatar? Tempat penyelenggaraan Piala Dunia paling kontroversial.
Mulai dari kejahatan HAM yang dilakukan Qatar pada saat sebelum atau saat pembangunan infrastruktur Piala Dunia 2022, penolakan ban kapten pelangi yang bertentangan dengan budaya Qatar, dan seruan boikot oleh lembaga organisasi dan negara-negara di dunia. Apakah Qatar melakukan "Lobby" lebih baik dari Indonesia? Atau ada hal lain yang membuatnya tetap bisa menjadi tuan rumah penyelenggara? Hanya FIFA, Qatar dan Tuhan yang tahu.
Selain itu, sebelumnya, FIFA juga sudah merubah format Piala Dunia dan Piala Dunia Antar Klub dengan peserta yang lebih banyak. Penambahan peserta ini juga secara tidak langsung mengurangi waktu istirahat atlit sepakbola(yang sudah sedikit menjadi lebih sedikit) yang membuatnya seakan akan menjadi budak di era modern. Jadi perihal pengambilan keputusan yang berisiko tinggi, meluas dan berbahaya, FIFA seharusnya sudah biasa. Atau jangan jangan FIFA standar ganda?
Fakta bahwa jajaran pemerintah dan PSSI (yang juga alat politik) kurang becus dalam menangani sepakbola Indonesia (termasuk PSSI dalam hal sebagai perantara FIFA dengan pemerintah Indonesia) memang gak bisa dipungkiri. Tapi juga FIFA juga sama aja. FIFA dan Indonesia sama-sama tidak bisa menyingkirkan bad politik yang mementingkan kepentingan pribadi dan politik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.