Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Berjumpa Mengikuti Takdir-Nya

Agama | 2023-06-16 18:35:05

Kami sudah berada di Madinatul Munawwarah ketika membaca ucapan selamat di MANICEPAS VI (MAN Insan Cendekia Pasuruan Angkatan VI) tentang keberangkatan ke Baitullah Bapak Syamsul Maarif M.Pd, kepala madrasah tempat anak kami akan menimba ilmu dan pengalaman berharga. Meskipun beda gelombang, dalam hati saya berkata mudah-mudahan suatu hari nanti bisa silaturahmi di tanah suci. Saya kloter 16 dari Sidoarjo ke Madinah dulu, sedangkan rombongan Pasuruan Pak Kamad ke Makkah dulu via Jeddah.

Kondisi jamaah usai salat berjamaah di Masjidil Haram (Foto :Joko S)

Kamis, 15 Juni 2023, selepas asar, sekitar pukul 16.30 Waktu Arab Saudi (WAS) saya dan istri berangkat ke Masjidil Haram menumpang bis shalawat. Setelah berdesakan, alhamdulillah dapat masuk masjid dan mendapat tempat di lantai dasar bangunan baru. Kami menunggu azan Maghrib yang jatuh pukul 19.04-an WAS. Usai salat maghrib, saya japri istri -yang berada di ruang yang berbeda- untuk ke kamar kecil dulu sebelum lanjut salat Isya.

Di dekat tangga toilet laki-laki di pelataran luar, saya melihat seorang kakek berpeci, agak kebingungan, celingukan.

"Nunggu siapa, Pak?" sapa saya.

"Nunggu teman," jawabnya.

"Temannya di mana?" kejar saya.

"Di toilet wanita," lanjutnya.

"Temannya memang ibu-ibu?" saya penasaran.

"Bukan, bapak-bapak," tambahnya.

"Lho, Bapak-bapak kok di toilet wanita?" Saya mulai agak curiga.

"Iya, dia bilang begitu pas nelpon tadi," imbuhnya.

Saya pinjam hape dari Mbah Siman (bukan nama sebenarnya) dan menghubungi orang yang dimaksud. Dari komunikasi dengan sinyal yang terputus-putus itu, orang yang ditunggu dari tadi itu sudah tidak di 'toilet wanita' tetapi di dekat Bukit Marwa.

Saya tanya, kakek ini mengaku berasal dari sebuah kecamatan di Lamongan. Umurnya sudah lebih 65 tahun.

Kartu identitasnya tidak dibawa semua. Kartu bis hilang ketika tawaf.

"Naik bis nomor berapa, biasanya Pak?" selidik saya.

"Bis 8," jawab Mbah Siman pelan.

"Ada kartu di tas Pak?"

Dia mengeluarkan sebuah kartu tertera nama hotel dalam bahasa Arab. Funduuq bla bla. Saya cari di google map ternyata searah dengan hotel kami. Saya mendekati askar (tentara) yang berjaga, dia menyarankan kami untuk naik taksi saja menuju hotel. Saya mencari-cari petugas haji Indonesia, namun hasilnya nihil. Kalah dengan kepadatan jamaah.

Azan isya sekitar pukul 20.35-an WAS berkumandang. Ketika saya ajak salat, ternyata kakek Siman belum wudhu, saya antar dulu ke tempat bertuliskan 'ablution only'. Kami akhirnya salat Isya di pelataran depan toilet pria.

Daripada mempertemukan mereka di masjid agak sulit dan terpaut jarak yang jauh, sementara jamaah menyemut, saya dan istri sepakat untuk mengantarnya ke hotel saja. Kakek ini sudah terpisah dengan rombongan sejak sekitar pukul 17.00 sebelum maghrib hingga pukul 20.30- an WAS. Saya mantap tetap naik bis 6 bukan 8. Malam sudah mulai larut. Istri mau pulang langsung ke hotel, saya saja yang turun mendampingi kakek ini ke hotelnya. Perjuangan naik bis shalawat di malam Jum'at itu seakan melebihi suasana desak-desakan puncak arus mudik di Indonesia. Begitu bis masuk terminal Syib Amir, langsung diserbu oleh desakan jamaah. Kami menunggu dahulu, daripada terlibat desak-desakan yang kurang perlu.

Ketika sampai depan hotel, saya tanya Mbah Siman karena dia bersikukuh bis no 8, kami naik bis 6. Dalam perjalanan pulang, dia bilang bahwa pernah sekantor dengan mertua saya di Kantor Kemenag Lamongan.

"Mbah, apa benar ini hotelnya?" pancing saya.

"Benar. Mas," akhirnya dia mengerti.

Alhamdulillah.

Saya antar masuk ke lobby hotel untuk antri lift ke lantai 19. Mbah Siman bilang kalau sudah tahu kamarnya, maka saya tidak ikut masuk lift, apalagi saat itu sudah penuh. Ketika antri lift, saya melihat samar-samar dari samping sosok yang pernah saya jumpai di MAN IC Pasuruan ketika pertemuan perdana walimurid.

Sambil mengawal kakek tadi, saya mendekat dan melihat sosok bertopi bertuliskan 'Syamsul Ma'arif.' Beliau sedang bercakap-cakap dengan resepsionis dengan bahasa Arab. Tidak lama kemudian, datang seorang ibu yang mengaku kunci kamarnya tertinggal di dalam kamar dan pintu sudah terkunci dari luar. Saya belum berani mengganggu. Maka Pak Syamsul pun kembali berdialog dengan resepsionis hotel. Saya mendengar langsung dari belakang, percakapan berbahasa Arab itu. Wah, lancar sekali. Bangga saya, kepala madrasah anak kami sudah memberikan contoh mahir berbahasa asing. Kami berharap, para santri yang dibimbingnya nanti pun mampu memiliki skill minimal yang sama. Bahkan, menurut ustadzah Yuliani S.Psi, Waka bidang Humas, beliau pun mahir berbahasa Inggris. Kami berharap, para santri baru yang akan memulai perjuangannya di Grati Pasuruan, medio Juli 2023 mampu mewarnai peradaban dengan kemuliaan ajaran Islam. Menjadi muslim berkarakter dan mengharumkan almamater di kancah yang lebih luas.

Tidak hanya urusan kunci hotel, Pak ketua kloter pun lturun gunung membantu jamaah berkursi roda dan para lansia lainnya.

Saya pun hanya menyapa sebentar, karena saya tahu beliau baru datang ditambah lagi PR ada anggotanya yang belum umrah wajib.

"Dia (kakek itu) anggota saya, Pak," terang Pak Syamsul. "Terima kasih, sudah diantar kemari."

"Ternyata begini, cara Allah mempertemukan kita ya, Pak." Canda saya. Pak Syamsul tersenyum. Kami berbincang sesaat. Beliau memberitahu cara melacak identitas jamaah haji melalui aplikasi haji pintar. Saya pun baru mengerti.

Saya plong kakek Siman sudah masuk lift bersama jamaah lainnya. Saya berniat pamit ke Pak Syamsul, namun beliau sudah bergeser dengan urusan tugas mulia lainnya.

Saya hanya pamitan lewat whattsapp untuk pulang lanjut ke hotel kami nomor 511, sedangkan hotelnya nomor 606. Pak Syamsul pun membalasnya. Semoga amanah mulia yang diemban sebagai ketua kloter untuk melayani para dluyufurrahman, tamu-tamu Allah, dapat berjalan sukses, berkah, dan mabrur serta sehat hingga pulang ke tanah air. Demikian pula dengan Mbah Siman dari Lamongan, teman kerja mertua yang meninggal dunia tahun lalu. Kepada istri saya berbisik, "Mungkin ayah kita (mertua) tersenyum kalau mendengar cerita kita malam ini, kita berjumpa dengan teman sejawatnya."

Semoga pertemuan-pertemuan kami dengan sosok-sosok baik dan inspiratif di tanah suci menjadi pertemuan yang diberkahi dan dirahmati.

(Makkah, 16/6/2023)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image