Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Totok Siswantara

Kekeringan dan Urgensi Mekanisasi Irigasi

Info Terkini | Thursday, 15 Jun 2023, 09:19 WIB
Mengais air kehidupan saat kekeringan ( foto Republika )

Kau dengar ada jeritan

ilalang yang terbakar dan musnah

Usah menangis

simpan di langit

Jadikan mendung

segera luruh jatuh ke bumi

Basahi ladang kita yang butuh minum

basahi sawah kita yang kekeringan

basahi jiwa kita yang putus asa

Kemarau ini begitu mencekam

Sepotong lirik Lagu Doa Sepasang Petani Muda karya Ebiet G Ade di atas sangat relevan dengan kondisi beberapa daerah di tanah air yang dilanda kekeringan. Kondisinya bertambah mengenaskan karena pembangunan infrastruktur irigasi masih boleh dibilang minim. Sudah begitu banyak infrastruktur irigasi pertanian yang telah eksis dalam kondisi rusak. Masalah kekeringan merupakan paradoks. Pasalnya, negeri ini memiliki potensi sumber daya air nomor lima terbesar di dunia.

Mitigasi kekeringan untuk atasi krisis air baku belum berjalan dengan baik. Bencana kekeringan mudah terlupakan dan baru tersadar lagi pada bencana tahun berikutnya. Kondisinya kian rumit karena sumber air baku selain dari mata air kini bermasalah karena pencemaran sungai sudah sangat parah. Negeri ini masih belum berhasil melindungi pengelolaan sumber daya air dari bermacam modus pencemaran limbah. Pencemaran sungai, danau, dan bangunan air semakin parah dan kurang ada tindakan sesuai dengan undang-undang. Bappenas menyatakan bahwa tingkat kerugian akibat pencemaran mencapai 2,3 persen per tahun dari PDB (produk domestik bruto) atau sekitar Rp 57 triliun. Daerah aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Citarum merupakan dua sungai yang terpapar pencemaran paling parah.

Pemerintahan diharapkan memiliki solusi yang tepat untuk mengatasi kondisi kekeringan dengan revitalisasi industri permesinan nasional. Sistem irigasi yang diterapkan hingga kini umumnya masih bersifat tradisional dan belum banyak melibatkan mekanisasi irigasi. Sistem irigasi tradisional atau non teknis cenderung memboroskan penggunaan air, mengurangi efisiensi penggunaan hara, dan menyebabkan degradasi lahan karena penggenangan terutama apabila sistem irigasi tidak dipadukan dengan drainase. Ini berarti penggunaan irigasi yang tidak tepat bukan saja dapat memboroskan dana, sumberdaya air, tenaga, dan waktu tetapi dapat juga merusak sumberdaya tanah.

Perlu pengembangan sistem mekanisasi irigasi suplemen untuk tanaman, yakni teknologi yang diperlukan sebagai pelengkap apabila curah hujan tidak mencukupi untuk mengkompensasikan kehilangan air tanaman yang disebabkan oleh evapotranspirasi. Mekanisasi irigasi suplemen bertujuan untuk memberikan air yang dibutuhkan tanaman pada waktu, volume dan interval yang tepat. Dengan menghitung neraca air tanah harian di zona perakaran, maka volume dan interval irigasi dapat direncanakan. Untuk meminimalkan kehilangan air dalam bentuk aliran permukaan dan perkolasi, maka jumlah irigasi suplemen yang diberikan harus sama atau lebih kecil dari kapasitas tanah menyimpan air di zona perakaran.

Ancaman bencana kekeringan mestinya menyadarkan pemimpin bangsa ini untuk melakukan reinventing industri permesinan nasional. Reinventing dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas industri dalam negeri sehingga mampu memproduksi mesin mesin dari skala kecil hingga besar untuk mengatasi kekeringan. Mesin tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan sistem mekanisasi irigasi pertanian juga untuk keperluan pompa air untuk sanitasi dan kebutuhan industri.

Pemerintah jangan lagi mengambil jalan pintas. Yakni, mengimpor begitu saja mesin-mesin diatas dari luar negeri. Apalagi harga mesin sangat mahal dan tidak ada kedaulatan untuk menentukan spesifikasi dan standar yang lebih baik. Saat ini diperlukan postur kabinet yang mampu merumuskan dan menjalankan program reinventing industri permesinan secara progresif. Sehingga terwujud postur industri permesinan nasional yang adaptif dengan perkembangan jaman dengan dukungan SDM teknik mesin dalam negeri yang seluas-luasnya. Reinventing Industri Permesinan di Indonesia harus disertai dengan pembangunan sentra atau mall one stop shopping untuk produk permesinan dalam negeri di setiap daerah seperti halnya Lindeteves Trade Centre. Tempat tersebut sebagai ajang promosi, distribusi dan penguatan brand image produk lokal. Untuk mengorganisasikan langkah diatas diperlukan lembaga nasional dan daerah yang bertugas mengumpulkan semua jenis produk permesinan dalam negeri serta pembuatan direktori atau katalog besar.

Tidak banyak yang menyadari bahwa planet bumi telah mengalami degradasi atau penurunan kemampuan irigasi pertanian. Degradasi yang lebih parah lagi justru terjadi di Indonesia yang notabene merupakan negara agraris. Degradasi tersebut bisa menyebabkan penurunan produksi pangan atau biji bijian.

Salah satu faktor penyebab adalah menurunnya muka air tanah dan naiknya temperatur permukaan bumi. Muka air tanah di negara negara produsen pangan besar seperti Tiongkok, India, dan Amerika Serikat menurun setiap tahun. Misalnya, di Tiongkok bagian utara setiap tahun terjadi penurunan air tanah yang sangat signifikan. Kondisi diatas menyebabkan penurunan kemampuan irigasi pada wilayah pertanian yang banyak menggunakan pompa air tanah. Bersamaan dengan penurunan muka air tanah adalah peningkatan temperatur udara. Para ahli ekologi tanaman menyatakan bahwa setiap peningkatan temperatur satu derajat celcius bisa menyebabkan penurunan produksi tanaman pangan seperti gandum, padi, dan jagung sebesar 10 persen. Sekedar catatan, selama tiga dasawarsa terakhir temperatur rata rata permukaan bumi meningkat sebesar 0,7 derajat celcius.

Perlu pemilihan teknik irigasi setelah mengetahui kondisi agroekosistem setempat. Pemilihan teknologi dilakukan berdasarkan kecocokan antara kondisi agroekosistem dengan kesesuaian lokasi penerapan jenis irigasi alternatif. Suatu teknologi tidak dapat diterapkan pada seluruh kondisi, melainkan bersifat site specific. Oleh karena itu pemahaman tentang lokasi di mana teknologi tersebut akan diimplementasikan perlu dilakukan. Kondisi musim kemarau yang mencekam membutuhkan metode irigasi mikro atau irigasi tetes. Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara sinambung dan perlahan pada tanah di dekat tumbuhan. Alat pengeluaran air pada sistim irigasi tetes disebut emiter atau penetes. Setelah keluar dari emiter air menyebar ke dalam profil tanah secara horizontal maupun vertikal akibat gaya kapilaritas dan gravitasi. Metode ini sangat tepat untuk budidaya tanaman hortikultura pada musim kemarau.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image