Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fikrah Luciana

Tanpa Disadari Toxic Produktivity Dapat Mengubah Diri Kita

Eduaksi | Wednesday, 14 Jun 2023, 23:20 WIB

Menikmati kehidupan yang bahagia adalah salah keinginan kita sebagai manusia. Nah, untuk mencapai kenikmatan yang diinginkan terdapat proses yang tidak dapat tergantikan dengan barang apapun. Dari pelajar sampai pekerja pun memerlukan usaha yang penuh untuk mencapai target yang diinginkan. Namun, apabila kita terus mengejar target yang kita mau tanpa jeda pada diri sendiri, akan menumbuhkan toxic productivity pada diri kita.

Pendapat saya tentang toxic productivity, kita hidup di zaman modern yang tidak lepas dengan adanya aplikasi digital. Salah satunya adalah media sosial, dimana disana ada banyak orang yang sharing terkait keberhasilan yang sudah mereka raih. Mungkin dari sana ada beberapa orang yang salah mengartikan makna sharing tersebut menjadi patokan kepada diri sendiri untuk terus mengejar target yang diinginkan dan saat beristirahat sejenak, akan timbul rasa bersalah pada diri sendiri karena telah membuang waktu yang ada. Hal terbeut menurut saya sudah memasuki ranah toxic productivity. Jadi, kita harus menyadari bahwa start dan finish setiap orang itu berbeda.

Dampak yang ditimbulkan dari toxic productivity adalah akan merasa capek dengan diri sendiri. Orang yang sudah terjerumus dalam toxic productivity akan berperang dengan dirinya sendiri untuk menjadi seperti orang lain.

Cara agar tidak semakin terjerumus dalam toxic productivity:

Pertama, harus menyadari bahwa sedang berada di toxic productivity, harus berdamai dengan diri sendiri. Kedua, membuat target-target yang realistis dan prioritas agar tidak monoton dan bosan, dengan mengerjakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan takaran waktu yang telah di tentukan. Ketiga, harus mengetahui kapan harus memulai dan beristirahat.

Apapun pekerjaan yang dikerjakan, jangan pernah memaksakan tubuh untuk terus bekerja. Berikan nutrisi yang cukup untuk tubuh dan istirahat agar tubuh dan pikiran kembali segar dan siap melanjutkan pekerjaan. Keempat, berani bilang “tidak” dengan tawaran yang tidak terlalu dibutuhkan. Jika kita memaksakan tubuh untuk terus bekerja, maka akan timbul lelah dan stress.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image