Khotbah Idul Adha Terbaru
Agama | 2023-06-14 16:44:07اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً،
لاَ اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ.
لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.
لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ.
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ،
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال ايضا: لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٧
Hadirin Sidang Idul Adha yang Berbahagia
Marilah kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita. Berkumpulnya kita dalam pelaksanaan Idul Adha kali ini adalah karena kenikmatan sehat rohani dan jasmani yang Allah anugerahkan kepada kita.
Salawat dan salam kita sanjungkan kepada junjungan kita yang mulia yaitu Rasulullah SAW yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran kepada umatnya agar kelak bahagia dan mendapatkan syafaatnya pada hari di mana manusia dibangkitkan.
Marilah kita bertakwa kepada Allah SWT. dengan takwa itu kebahagiaan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat akan dikaruniakan. Keberkahan yang datang dari langit dan bumi akan dibukakan.
Hadirin Rahimakumullah
Pada hari ini adalah hari yang agung bagi kaum muslimin dan sekaligus sebagai hari yang mulia. Hari yang memberikan kebahagiaan bagi semua orang karena dengan berkurban banyak kerabat dan tetangga yang merasa sukacita.
Hari berbagi untuk orang yang memilki kemampuan rezeki. Hari yang dinanti oleh orang-orang yang harus dikasihi. Sekaligus pula menandai rasa kebersamaan bagi kerabat dan sahabat agar saling mencintai.
Insya Allah, apabila kita beramal sesuai tuntunan Nabi, syafaat yang datang nanti akan kita alami. Karena amalan kurban itu adalah relisasi dari ketakwaan kita kepada Allah SWT., dan juga kecintaan kita kepada Rasulullah SAW.
Hadirin Sidang Idul Adha yang Berbahagia
Berkurban sejatinya adalah mendekatkan diri kepada Allah. Karena kata kurban mengandung arti dekat, yaitu dekat kepada Allah, dekat kepada Rasullah SAW., dekat pula kepada sesama hamba Allah. Maka dengan berkurban berarti kita saling mendekat antarsesama mempererat tali persaudaran melalui suatu pengurbanan.
Jadi sebenarnya berkuraban adalah suatu simbol untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan sekaligus mengakui ketauhidan Allah SWT sebagai Maha Pencipta, tiada Tuhan selain Dia. Karena kaum jahiliah pengurbanan adalah sebagi persembahan kepada dewa-dewa dan berhala-berhala mereka.
Makna kurban secara istilah adalah kita berusaha menyingkirkan hal-hal yang dapat menghalangi upaya mendekatkan diri kita pada Allah SWT. Penghalang mendekatkan itu adalah berhala dalam berbagai bentuknya, seperti ego, nafsu, cinta kekuasaan, cinta harta-benda dan lain-lainnya secara berlebihan.
Hadirin Rahimakumullah
Allah telah mensyariatkan kepada tiap-tiap umat untuk berkurban sejak dahulu. Hal ini diterangkan pula dalam surat Alhajj ayat 34, sekaligus ayat ini adalah sebagai landasan manusia untuk berkurban.
وَلِكُلِّ أُمَّةٖ جَعَلۡنَا مَنسَكٗا لِّيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۗ فَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ فَلَهُۥٓ أَسۡلِمُواْۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُخۡبِتِينَ ٣٤
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”
Bekurban juga telah disyariatkan sejak zaman Nabi Adam AS. Kurban ini juga telah berlaku pada masa Nabi Adam AS. Seperti yang dijelaskan dalam surat Almaidah ayat 27:
۞وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ ٢٧
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa."
Diceritakan bahwa Nabi Adam dan Hawa dikaruniai anak kembar oleh Allah SWT. Anak kembar Habil dan Labuda, serta Qabil dan Iqlima. Untuk melanjutkan keturunan, Allah memerintahkan Nabi Adam untuk menikahkan anak-anaknya secara silang. Tidak dalam satu kelahiran. Yaitu Habil dengan Iqlima dan Qabil dengan Labuda.
Namun, Qabil tidak setuju, dia tidak menyukai Labuda. Sebab baginya fisik Labuda tidak secantik Iqlima. Nabi Adam memohon pertolongan Allah untuk menyelesaikan perkara tersebut. Kemudian Allah memerintahkan kepada Habil dan Qabil untuk memberikan qurban yang dibawa ke atas bukit.
Qabil membawa qurban dari hasil pertanian, yang kondisinya sudah tidak bagus. Sedangkan Habil membawa hasil peternakannya yang terbaik. Ketika keduanya mempersembahkan qurban, hanya qurban Habil yang diterima sedangkan Qabil tidak. Qabil sangat murka dan kemudian membunuh Habil. (Dhuafa, 2021).
Hadirin Sidang Idul Adha yang Dirahmati Allah
Berkurban pada Masa Nabi Ibrahim AS
Berkurban pada masa Nabi Ibrahim AS, inilah yang dijadikan sebagai contoh oleh umat Nabi Muhammad SAW. Pengurbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS adalah penuh perjuangan yang sangat dramatis. Pada awalnya adalah Nabi Ibrahim AS sudah berumur 86 tahun atas perkawinannya dengan Siti Sarah, namun apa hendak di kata sudah berumur mendekati satu abad itu belum juga dikaruniai anak.
Ia pun memohon kepada Allah agar dikaruniai anak yang salih. Ia berdoa kepada Allah dalam surat assafat ayat 100:
رَبِّ هَبۡ لِي مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ١٠٠ فَبَشَّرۡنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٖ ١٠١
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”
Namun demikian Siti Sarah pun dalam keadaan mandul, maka jalan keluarnya adalah Siti Sarah menyarankan kepada Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar.
Nabi Ibrahim AS harus menikah dengan sang gadis belia bernama Siti Hajar. Ini merupakan perjuangan hati yang berat baik Siti Sarah maupun Nabi Ibrahim karena Nabi Ibrahim haruslah beristri lagi. Suatu gejolak hati yang tidak semua kaum wanita dapat menerimanaya.
Namun demikian saran Siti Sarah adalah merupakan ilham dan petunjuk atau firasat yang datang dari Sang Maha pencipta. Kesalihan Siti Sarah tak diragukan oleh Ibrahim AS, maka menikahlah Ibrahim AS kepada Siti Hajar.
Akhirnya Siti Hajar pun mengandung, setelah itu lahirlah seorang bayi yang tampan yang diberi nama Ismail. Abi Ibrahim, Siti Hajar, dan Sarah merasa gembira atas kelahiran anak pertamanya.
Untuk membesarkan Ismail, Nabi Ibrahim mengungsikan Siti Hajar dan Ismail ke suatu tempat yang jauh, dan tandus.
Nabi Ibrahim meninggalkan mereka di gurun yang tandus itu, seraya Siti Hajar memanggil-manggilnya, namun Ibrahim AS tak menjawabnya sambal pergi berlalu. Tiba-tiba siti hajar berteriak sambal bertanya “wahai suamiku Nabiullah Ibrahim apakah ini atas perintah Allah?” Nabi Ibrahim mmenjawab, “ya.”
Dengan rela hati dan ikhlas karena Allah Siti Hajar tinggal bersama Ismail di sebuah padang yang tandus itu. Suatu ketika tatkal Ismail dan Siti Hajar kehausan, Siti Hajar berlari-lari untuk mencari air dari bukit Safa dan Marwah. Selama 7 kali barulah dia memperoleh Air yang memancar disisi kaki Ismail AS. yang masih bayi.
Air itu diperoleh karena hentakan kaki Ismail belia ke tanah. Memancar air itu diberi nama zam-zam yang artinya kumpul-kumpul. Terkumpullah air itu untuk menghilangkan dahaga Siti Hajar dan anaknya, Ismail.
Ketika Ismail AS berusia remaja, Nabi Ibrahim bermimpi dalam tidurnya.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Dalam suarat Assafat ayat 104-107 Allah SWT menjelaskan,
وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ ١٠٤ قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٠٥ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ١٠٦ وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٖ ١٠٧
“(104) Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim; (105) sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik; (106) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata; (107) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
Surat Fussilat 108:
وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِي ٱلۡأٓخِرِينَ ١٠٨
“Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian”
Pada Masa Jahiliah
Tradisi penyembelihan hewan kurban itu pada masa Nabi Ibrahim dilestarikan dari waktu ke waktu hingga masyarakat Arab jahiliyah menyembah berhala. Pada masa jahiliah terjadinya suatu penyimpangan berkurban yaitu dengan cara berkurban untuk berhala-berhala mereka.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa masyarakat Arab jahiliyah memiliki tradisi penyembelihan hewan kurban dari sudut pandang fisik. Masyarakat Arab di masa Jahiliyah menyembelih hewan kurban untuk berhala-berhala mereka, lalu meletakkan daging kurban itu di sekitar berhala, dan memercikkan darah kurban pada berhala. (Kurniawan, 2022).
Pada masa jahiliah penyembelihan hewan kurban dilakukan untuk berhala-berhala sesembahan mereka. Ibnu Katsir juga mengutip cerita Ibnu Juraij yang mengatakan bahwa masyarakat Arab Jahiliyah membanjiri Ka’bah dengan daging kurban dan memercikkannya dengan darah kurban.
Kurban mereka pada masa itu dipersembahkan untuk berhala-berhala yang mereka sembah. Ada binatang yang disembelih untuk berhala, dan ada binatang yang dilepas bebas berkeliaran, juga untuk berhala. Yaitu Bahirah, Saibah, Washilah, dan Ham. Caranya yaitu menyembelih binatang kurban, seperti unta, mereka percikan daging dan darahnya pada al-Baet (ka’bah).
Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW melaksanakan kurban di waktu Haji Wada setelah shalat di Mina. Pada masa Nabi Muhammad SAW, kurban dilaksanakan pada hari Nahar, yaitu dimulai pada tanggal 10 Zulhijjah setelah salat Sunnah Idul Adha di Mina.
Dikethui bahwa Nabi Muhammad SAW melaksanakan haji wada sekitar tahun ke-10 H atau tahun 632 M. Memulai perjalanannya pada tanggal 25 Zulqadah atau atau 22 Februari.
Dalam hadis Rasulullah SAW dijelaskan
إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ بِهِ فِيْ يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّيَ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ
“Sesungguhnya yang pertama kali kita lakukan pada hari ini adalah menunaikan shalat (idul Adha), kemudian pulang lalu menyembelih hewan kurban”. (HR. Bukhari)
Berkurban pada masa Rasulullah SAW yaitu dengan membagikan hewan kurban kepada kerabat, sanak saudara, orang-orang miskin, dll. Hal ini dilakukan sebagai realisasi ketakwaan kepada Allahsebagai tanda rasa syukur dengan berbagi kenikmatan kepada sesama manusia.
Seperti yang tertera dalam sebuah hadis yang yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib.
وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ: { أَمَرَنِي النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَنَّ أَقْوَمَ عَلَى بُدْنِهِ, وَأَنْ أُقَسِّمَ لُحُومَهَا وَجُلُودَهَا وَجِلالَهَا عَلَى الْمَسَاكِينِ, وَلا أُعْطِيَ فِي جِزَارَتِهَا مِنْهَا شَيْئاً } مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
”Rasulullah memerintahkan kepadaku untuk mengurusi hewan kurbannya, membagi-bagikan dagingnya, kulit dan pakaiannya kepada orang-orang miskin, dan aku tidak diperbolehkan memberii sesuatu apapun dari hewan kurban (sebagai upah) kepada penyembelihnya.”
Nabi Muhammad SAW melakukan kurban pada waktu Haji Wada di Mina setelah shalat Idul Adha. Beliau menyembelih 100 ekor unta, 70 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan 30 ekor disembelih oleh Sayyidina Ali Ra. QS. al-Hajj/22:36. (Daud, 2023)
Allah SWT berfirman dalam surat Alhajj ayat 36:
وَٱلۡبُدۡنَ جَعَلۡنَٰهَا لَكُم مِّن شَعَٰٓئِرِ ٱللَّهِ لَكُمۡ فِيهَا خَيۡرٞۖ فَٱذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَيۡهَا صَوَآفَّۖ فَإِذَا وَجَبَتۡ جُنُوبُهَا فَكُلُواْ مِنۡهَا وَأَطۡعِمُواْ ٱلۡقَانِعَ وَٱلۡمُعۡتَرَّۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرۡنَٰهَا لَكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٣٦
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi´ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.”
Pembagian Daging Kurban
Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam Syafii menganjurkan daging hewan kurban dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga untuk dikonsumsi, sepertiga untuk dibagikan kepada keluarga atau kerabat, dan sepertiga untuk disedekahkan kepada fakir-miskin.
Hikmah Kurban
1. Maneladani Nabi Ibrahim AS
Kesungguhan dan ketulusan Nabi Ibrahim dibalas oleh Allah, dengan digantikannya Nabi Ismail dengan seekor domba. Kemudian beliau diperintahkan untuk menyembelih domba dan membagikan daging tersebut sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. Ibadah kurban mengajarkan bahwa kita sebagai manusia tidak memiliki apapun kecuali datangnya dari Allah. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita meneladani Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah.
2. Ketakwaan dan Ketaatan: Berkurban adalah tindakan ibadah yang dilakukan sebagai bentuk ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Melalui berkurban, seseorang menunjukkan kesediaannya untuk mengorbankan sesuatu yang berharga, yaitu hewan ternak, sebagai bukti kepatuhan kepada perintah Allah.
Allah SWT berfirman
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٧
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
3. Rasa Syukur: Berkurban juga merupakan ekspresi syukur atas segala karunia dan rezeki yang diberikan oleh Allah. Dengan mengorbankan hewan kurban, umat Muslim mengakui bahwa semua yang dimiliki berasal dari Allah, dan mereka berbagi rezeki tersebut dengan sesama.
4. Belas Kasih dan Kepedulian: Berkurban juga memiliki dimensi sosial yang kuat. Hewan kurban yang disembelih diambil dagingnya yang kemudian dibagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Hal ini menunjukkan rasa belas kasih, kepedulian, dan solidaritas dalam memperhatikan kebutuhan orang lain.
5. Pengendalian Diri: Berkurban juga mengajarkan pengendalian diri dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai kesederhanaan dan kemandirian. Dalam proses berkurban, seseorang melepaskan sebagian dari harta yang dimilikinya sebagai bentuk pengendalian diri dan mengingatkan bahwa kekayaan dunia bukanlah tujuan utama kehidupan.
6. Penguatan Ukhuwah: Ibadah berkurban dapat menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan dan hubungan sosial di antara umat Muslim. Dengan berkurban dan berbagi daging kurban kepada sesama, umat Muslim saling berinteraksi, saling membantu, dan memperkuat ikatan ukhuwah Islamiyah.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِى الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ , وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ
Khotbah Ke- 2
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣)
اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ اللهُ أكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
لاَ إِلٰهَ إِلاّاللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍنِ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ و الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ،
اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .
اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا إِلَى آبَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِأَصْحَابِ الحُقُوْقِ عَلَيْنَا،
Ya Allah ya, Tuhan kami ampunilah segala dosa kami, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Jauhkan kami dari segala bencana dan penyakit. Berikan pertolongan kepda saudara-saudara kami yang berada di Palestina, dan wilayah-wilayah konfliks, serta wilayah lainnya agar mereka tak teraniaya.
Ya Allah ya Tuhan kami berkahilah umur kami, berkahilah rizki kami,berkahilah anak-anak dan istri kami. Berkahilah jamaah masjid yang hadir dalam dalam idul adha hari ini.
Ya Allah ya Tuhan Kami jadikanlah anak-anak akami dan murid-murid kami sebagai ahli ilmu, ahli alquran, ahli ibadah, dan jadikanlah mereka anak-anak yang salih. Berguna bagi agama, masyarakat, bangsa, dan negara.
Ya Allah ya, Tuhan kami hadirkanlah kepada kami pemimpin yang adil, yang salih, yang bertakwa kepada-Mu, yang mmelindungi rakyat seluruh negeri.
Ya Allah ya Tuhan kami sampaikanlah kami berkunjung ke masjidil haram dan Madinah Almunawwarah. Berikanlah kepada kami kemampuan untuk beribadah haji.
Ya Allah ya, Tuhan kami jadikanlah anugerahilah kami sebagai haji yang mabrur, usaha yang disyukuri, dosa yang diampuni, perdagangan yang tak merugi.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَوَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Demikanlah khotbah singkat yang khatib sampaikan pada pagi hari ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua. Atas segala kekurangan khatib mohon maaf yang sebesar-besarnya. Taqaballahu minna wa minkum minal aidin walfaizin. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.