Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HANALDO .

Menguak Rintangan di Jalur Penurunan Saham: Kisah Seru Perusahaan BUKALAPAK (BUKA)

Lainnnya | Sunday, 11 Jun 2023, 06:42 WIB

Afiliasi : Mahasiswa Dep. Ilmu Ekonomi, FEB UB.

Nama Penulis : Hanaldo(215020407111057)

Ditulis Tanggal : 11 Juni 2023

Studi Kasus : Perusahaan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)

Tema : Investasi Nasional

Bukalapak merupakan perusahaan yang dibentuk oleh Achmad Zaky, Nugroho dan Muhammad Fajrin Rasyid. Perusahaan ini awal mulanya merupakan toko online yang di peruntukan untuk pelaku usaha kecil dan UMKM. Akan tetapi perusahaan ini tumbuh ke berbagai bisnis untuk meningkatkan pernjualan warung tradisional ke layanan pasar online melalui Bukalapak. Bukalapak merupakan salah satu perusahaan terkemuka e-commerce di Indonesia., diawal munculnya perusahaan ini, Bukalapak mampu menarik minat banyak investor. Hal tersebut merupakan awal yang baik untuk perusahaan ini untuk memperkuat pertumbuhan dan ekspansi masa depan perusahaan ini.

Sumber : https://www.bukalapak.com/

Pada tahun 2021, perusahaan ini meluncurkan penawaran umum perdana (IPO) di BEI (Bursa Efek Indonesia), hal tersebut makin memperkuat posisi Bukalapak di dalam pasar modal, namun hal tersebut juga mencerminkan adanya kepercayaan dari para investor terhadap pertumbuhan perusahaan bukalapak di masa depan. Secara umum IPO merupakan hal yang dilakukan oleh perusahaan untuk menawarkan saham miliki perusahaan untuk pertama kalinya di pasar modal. Menurut Undang-Undang RI No. 08 Tahun 1995, IPO ini merupakan kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual sahamnya ke masyarakat umum dan memiliki fungsi sebagai alternatif dalam mengumpulkan modaatau dana untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau melakukan pertumbuhan perusahaan.

Semenjak perusahaan ini membuka IPO pada tahun 2021, harga saham Bukalapak mengalami trend menurun. Saham ini melakukan IPO dengan harga awal 850/lembar saham. Saat itu IPO saham Bukalapak langsung mengalami batas kenaikan maksimal(Auto Reject Atas). Sejak saat itu saham Bukalapak terus mengalami penurunan bahkan sempat mencapai 55,06% dari harga 850/lembar saham menjadi 382/lembar saham. Dan jika kita menganalisis dari harga tertinggi perusahaan ini bahkan mengalami menurunan harga saham sebesar 71,19% dari harga 1.326 menjadi 382/lembar saham.

Penurunan tersebut dikarenakan adanya perilaku investor yang merespon kondisi Fundamental perusahaan dan factor sentiment lainnya. Salah satunya dikarenakan adanya isu laporan keuangan dari perusahaan ini yang menimbulkan masalah. Bukalapak kerap salah dalam menyajikan laporan keuangan terkait nilai investasi di salah satu entitas anak yang mana satu dollar US di catat sebagai satu miliar US.dan saat ini laporan dari keuangan perseroan dikuartal I-tahun 2022 kembali dicecar oleh otoritas BEI, bahkan hingga 2 kali yakni pada tanggal 1 Mei dan 23 Mei 2022.

Di dalam laporan Bukalapak pada kuartal I-tahun 2022 yang masih tidak diaudit, terdapat pos yang mencolok di bagian laporan laba rugi. Di dalam laporan tersebut tercatat sebelumnya hamper Rp. 328 Miliar pada tanggal 31 Desember 2021 yang seketika berbalik menjadi Rp. 14,4 Triliun. Dari pihak perusahaan mencatat bahwa hal tersebut dikarenakan adanya laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi bahkan sebesar Rp. 15,5 Triliun. Laporan tersebut sebenarnya berisi terkait invetasi perseroan yang terjadi di saham, PT Allo Bank Indonesia. Tbk(BBHI) diman Bukalapak melakukan pembelian saham BBHI di harga Right Issue yaitu sekitar Rp. 478/unit karena itu pembukaan mengalami unrealized gain.

Akan tetapi pada praktiknya hanya perusahaan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang melakukan sistem ini dalam pencatatannya. Namun karena Bukalapak merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi maka pencatatan laporan keuangan Bukalapak yang mencatat unrealized gain di perusahaan BBHI dicecar oleh bursa apalagi faktanya kepemilikan saham BBHI milik Bukalapak tidak dapat dijual 3 tahun kedapan.

Pada awalnya pihak regulator meminta Bukalapak untuk bisa menyampaikan informasi yang transparan(terbuka) yang harus dipublis pada tanggal 17 Mei 2022. Lalu pihak BEI melakukan penjelasan dalam dasar pertimbangan pihak perseroan dalam mengklasifikasi investasinya di BBHI melalui pendekatan sesuai dengan PSAK 71. Dari pihak Bukalapak sendiri pun menanggapi hal tersebut dan menjawab bahwa yang dimaksud dalam PSAK 71 poin 4.1.2, asset keuangan itu diukur dari biaya perolehannya dan diamortisasi apabila dua kondisi sudah terpenuhi(asset keuangan Kontraktual mendapat arus kas dan asset keuangan memberikan hak kewajiban pada tanggal yang sudah ditentukan).

Akan tetapi tetap saja manurut pihan BEI, pencatatan tersebut dianggap tidak wajara dan tidak sesuai dengan PSAK karena defines arus kas kontraktual hanya semata dari pembayaran pokok dan bunga saja, dan pernyataan dari Bukalapak tidak sesuai dengan instrument ekuitas yang ada, sehingga hal tersebut dianggap tidak wajar oleh piham Bursa.

Dari masalah-masalah yang terjadi di parusahaan Bukalapak tersebut, menyebakan dampak buruk terhadap nilai saham di Bukalapak, hal itu diakareanakan seperti yang kita tahu bahwa perilaku investor mencari laporan keuangan yang akurat dan dapat dipercaya, Ketika adanya masalah yang terjadi dalam laporan keuangan di perusahaan Bukalapak, investor cenderung mempertanyakan dan enggan untuk melakukan kegiatan investasi di perusahaan Bukalapak. Ketidak transparan dari perusahaan Bukalapak menyebabkan pertanyaabn public apakah perusahaan bukapalak menyajikan informasi yang akurat terhadap kondisi yang terjadi di perusahaan tersebut. Adanya keraguan dan ketidakpercayaan dari pihak publik mengakibatkan adanya penurunan nilai saham yang disebabkan oleh penjualan masal saham oleh pihak investor dan pada akhirnya akan menekan harga saham menjadi turun secara signifikan.

Pada artikel ini, bisa kita lihat bahwa menurunnya harga saham perusahaan Bukalapak terjadi setalah perusahaan ini melakuakn IPO di Bursa Efek Indonesia. Pada awalnya Ketika perusahaan Bukalapak melakukan penawaran saham terbuka dipasar modal, para pelaku investasi merasakan optimisme yang berlebihan terhadap perusahaan ini, dan melakukan pembelian dalam skala yang besar.

Dari factor-faktor yang sudah dibahas diatas, adanya ketidakjelasan dan tidak transparansi pada perusahaan Bukalapak dan pergerakan investor yang melakukan pembelian masal di awal IPO, mengakibatkan berkurangnya minat calon investor dalam membeli saham Bukalapak di masa depan, dan hal tesebut sangat mempengaruhi kinerja internal yang terjadi di perusahaan Bukalapak di masa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image