Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sanniya aziza

Bidan Desa: Penyelamat atau Ancaman bagi Kesehatan Ibu dan Anak?

Eduaksi | Thursday, 08 Jun 2023, 09:33 WIB

Sebuah kampung terpencil, hilir mudik perahu nelayan menjadi hiburan sehari-hari. Di tengah gemuruh hutan dan heningnya danau, terdapat sebuah ruangan kecil yang menjadi pusat kehidupan masyarakat. Tempat itu, sebuah rumah beratap rumbia, milik Ibu Sarina, bidan desa. Bukan hanya penolong kelahiran, Ibu Sarina adalah jembatan antara kehidupan dan maut, harapan dan putus asa. Tapi, di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, perlukah kita bertanya: "Bidan Desa: Penyelamat atau Ancaman bagi Kesehatan Ibu dan Anak?"

Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2021, terdapat lebih dari 70.000 bidan desa di Indonesia. Mereka adalah garda terdepan dalam pelayanan kesehatan di pelosok negeri. Bukan hanya mengawal proses kelahiran, bidan desa juga memiliki peran penting dalam edukasi kesehatan, pemberian imunisasi, hingga pengendalian penyakit menular.

Di sisi lain, faktanya, masih banyak bidan desa yang terbatas aksesnya terhadap pendidikan dan pelatihan terkini. Berdasarkan laporan UNICEF tahun 2022, sekitar 45% bidan desa di Indonesia belum pernah mengikuti pelatihan dalam 5 tahun terakhir. Inilah yang menjadikan mereka rentan terhadap kritik.

Helen Keller pernah berkata, "Alone we can do so little, together we can do so much." Ini mungkin bisa menjadi refleksi kita terhadap isu ini. Tidak adil jika kita hanya menyalahkan bidan desa tanpa mempertimbangkan tantangan yang mereka hadapi.

Cerita Ibu Sarina bisa menjadi gambaran. Di tempatnya, fasilitas kesehatan lain bisa memakan waktu berjam-jam untuk dicapai. Pada situasi kritis, Ibu Sarina adalah satu-satunya harapan. Tapi, ketika sebuah komplikasi terjadi, akses terbatas ke pengetahuan dan teknologi medis terkini bisa menjadi ancaman.

Pasal 29 Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan akses terhadap informasi dan edukasi tentang kesehatan. Perlukah kita mempertanyakan apakah hak ini juga berlaku bagi para bidan desa?

Mengkritik bukan berarti menyalahkan. Pernyataan ini bukan bermaksud untuk meremehkan kontribusi besar para bidan desa. Sebaliknya, kita harus melihat konteks yang lebih besar: bagaimana sistem kesehatan kita mempersiapkan bidan desa dalam menghadapi tantangan medis modern.

Menilai bidan desa sebagai ancaman atau penyelamat mungkin terlalu simplistik. Sebaliknya, kita harus melihat konteks yang lebih besar: bagaimana sistem kesehatan kita mempersiapkan dan mendukung bidan desa dalam menghadapi tantangan medis modern dan kesenjangan akses yang ada.

Permasalahan ini, sejatinya, adalah soal bagaimana kita bisa memberikan perlindungan dan pemenuhan hak kesehatan bagi semua warga negara, tanpa terkecuali. Menurut Pasal 28H Ayat (1) UUD 1945, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jika kita ingin memastikan hal ini, kita perlu mempertanyakan dan mengkaji ulang bagaimana cara kita mendukung bidan desa dan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil.

Lebih lanjut, mengkritik bukan berarti menyalahkan. Pernyataan ini bukan bermaksud untuk meremehkan kontribusi besar para bidan desa. Mereka berjuang dengan segala keterbatasan yang ada dan memberikan layanan kesehatan di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Namun, kita harus membuka mata pada fakta bahwa tanpa pendukung yang tepat, mereka bisa saja tak mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang lebih kompleks, dan ini bisa berakibat fatal.

Untuk menjawab pertanyaan awal, mungkin kita harus berpikir lebih dalam. Apakah ancaman yang muncul benar-benar dari bidan desa, atau sebenarnya dari ketidakadilan sistem kesehatan dan pendidikan kita? Adalah tugas kita bersama, sebagai bagian dari masyarakat, untuk memastikan bahwa bidan desa mendapatkan akses yang layak terhadap pendidikan, pelatihan, dan fasilitas kesehatan terkini.

Kata-kata Bunda Teresa mungkin bisa menjadi refleksi kita: "Jika kita tidak bisa melakukan hal-hal besar, lakukan hal-hal kecil dengan cinta besar." Mungkin, sebagai masyarakat, kita tidak bisa langsung mengubah sistem, tapi kita bisa berkontribusi dalam hal-hal kecil, seperti memberikan dukungan moral kepada bidan desa, mendukung program-program pelatihan untuk mereka, dan mempromosikan pentingnya layanan kesehatan di desa-desa. Di sana, kekuatan kita terletak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image