Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Masalah dalam Kebijakan Moneter: Sasaran, Tingkat Bunga dan Uang Beredar

Ekonomi Syariah | 2023-06-04 09:43:26

Perkembangan perekonomian di suatu negara, tentunya mengalami siklus yang kadang stabil dan kadang tidak stabil. Mulai dari tingkat suku bunga,uang beredar, dan sasaran dari suatu kebijakan itu merupakan hal-hal yang tentu dibahas dalam kebijakan moneter. Bukan hanya di Indonesia, negara-negara maju pun memiliki masalah dalam memelihara kestabilan perekonomian negaranya. Lembaga keuangan memiliki peran penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Lembaga keuangan tersebut meliputi Bank Sentral, Bank Umum dan lembaga keuangan lainnya yang berkontribusi untuk negara.
Ada beberapa masalah dalam kebijakan moneter. Masalah tersebut terkait sasaran tingkat bunga, dan uang beredar. Disini, kita akan membahas satu persatu masalah tersebut dan mencari bagaimana solusi dari masalah tersebut.
Pertama, kita akan membahas masalah terkait sasaran. Sasaran disini bisa diartikan sebagai tujuan dari kebijakan moneter tersebut. Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Dalam hal ini, besaran moneter (monetary aggregates) antara lain dapat berupa uang beredar, uang primer, atau kredit perbankan. Masalah sasaran ini adalah masalah paling utama dari masalah lainnya. Menentukan tujuan dari kebijakan moneter tersebut untuk mengendalikan dan menstabilkan perekonomian suatu negara. Di setiap negara, strategi moneter masing-masing negara tentu berbeda-beda. Tetapi, setiap negara memiliki tujuan yang sama dalam kebijakannya. Salah satunya menstabilkan perekonomian negaranya.

Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan dari ekonomi makro. Pada umumnya, kebijakan ini diterapkan sejalan dengan business cyle 'siklus kegiatan ekonomi. Dalam hal ini, kebijakan moneter yang diterapkan pada saat perekonomian suatu negara sedang boom berkembang pesat tentu berbeda dengan kebijakan moneter yang diterapkan saat perekonomian sedang mengalami depression atau slump 'perkembangan yang lambat. Ada dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang dilakukan melalui peningkatan jumlah uang beredar. Sedangkan, kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi, yang dapat dilakukan melalui penurunan jumlah uang beredar.

Sedikit penjelasan tentang Business Cyle. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Burns and Mitchell, dalam Measuring Business Cyle, NBER(1946), business cyle merupakan suatu jenis fluktuasi yang terjadi secara regular pada perkembangan kegiatan ekonomi suatu negara. Siklus tersebut umumnya terdiri dari ekspansi yang terjadi pada saat tertentu ketika dunia usaha meningkatkan kegiatannya, yang kemudian diikuti oleh perlambatan kegiatan ekonomi atau resesi, sampai akhirnya pada pulihnya perkembangan ekonomi dalam fase ekspansi pada siklus yang terjadi berikutnya. Urutan dari perubahan-perubahan tersebut terjadi secara berulang, namun tidak secara periodic. Dalam hal ini, durasi dari satu siklus bervariasi antara satu tahun lebih sampai dengan sepuluh atau dua belas tahun. Ulasan lebih lanjut mengenai Business Cyles, dapat dibaca dalam parkin and Bade, Modern Macroeconomics, Philip Alan Publishers Ltd., 1988, hlm. 113-138.
Dalam beberapa pelaksanaan, efektivitas kebijakan moneter bergantung pada hubungan antara uang beredar dengan variable ekonomi utama seperti output dan inflasi. Dari bebrapa literatur, temuan yang menarik mengenai hubungan antara uang beredar, output dan inflasi adalah bahwa dalam jangka panjang, hubungan pertumbuhan anatara uang beredar dan inflasi adalah sempurna. Sementara hubungan antara pertumbuhan uang dengan pertumbuhan output riil mungkin mendekati nol. Temuan ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, kebijakan moneter hanya berdampak pada inflasi dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi riil.
Contoh yang dapat dijelaskan disini adalah situasi pada kurun waktu fase kegiatan ekonomi sedang mengalami resesi (missal dari A ke B) pemerintah dapat memperpendek periode resesi dengan menggunakan kebijakan moneter ekspansif sehingga perekonomian dapat lebih cepat mengalami recovery 'pemulihan kembali. Sedangkan, dalam kegiatan perekonomian yang sedang mengalami perkembangan yang pesat, pemerintah dapat menghindari over heating 'pemanasan kegiatan perekonomian dengan menggunakan kebijakan moneter yang kontraktif.
Permasalahan mendasar yang muncul adalah berkaitan dengan sulitnya memprediksi siklus kegiatan ekonomi, terutama menyangkut sampal sejauh mana perkembangan suatu perekonomian mencapai posisi tertentu pada siklus yang sedang terjadi. Kesalahan dalam hal memprediksi ini bisa mengakibatkan kesalahan dalam menentukan kebijakan apa yang akan diambil dalam kebijakan moneter.
Disisi lain, terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa seyogyanya bank sentral menjalankan kebijakan moneter secara pasif. Usaha-usaha untuk melunakkan fluktuasi perekonomian hendaknya dihindari dan kegiatan moneter diarahkan agar siklus ekonomi berjalan secara wajar.
Kedua, permasalahan selanjutnya adalah tentang tingkat bunga. Berbicara mengenai tingkat bunga, maka kita tidak akan terlepas dari inflasi. Karena dua hal ini satu sama lain saling berhubungan.

Salah satu masalah ekonomi yang selalu menjadi perhatian para pemikir ekonomi adalah masalah inflasi. Karena inflasi digunakan untuk mengukur stabilitas perekonomian suatu negara. Salah satu hal yang menjadi dasar penyebab inflasi adalah kesenjangan antara kelebihan permintaan agregat dalam perekonomian yang tidak mampu diimbangi dengan penawaran agregat dalam perekonomian tersebut.
Suku bunga menjadi tolak ukur kegiatan perekonomian suatu negara yang dapat berpengaruh terhadap perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi serta pergerakan currency pada suatu negara. Dalam menaikkan dan menurunkan suku bunga harus berpihak dan memprioritaskan pada kesejahteraan rakyat dalam negeri (kurniasari, 2011).
Suku Bunga merupakan harga yang harus dibayar jika terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti. Kenaikkan suku bunga yang tidak wajar dapat menyebabkan sulitnya dunia usaha untuk membayar beban dan kewajiban karena suku bunga yang tinggi akan menambah beban perusahaan, sehingga secara langsung akan mengurangi profil perusahaan.
Salah satu instrument yang digunakan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi yaitu menggunakan tingkat suku bunga SBI. Jika inflasi cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga untuk meredam kenaikkan inflasi. Jika suku bunga naik, maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga.
Kenaikkan suku bunga yang fluktuatif dapat menyebabkan sulitnya dunia usaha untuk membayar beban bunga dan kewajiban. Suku bunga yang tinggi akan menambah beban perusahaan, sehingga secara langsung akan mengurangi profil perusahaan. Pembenahan masalah inflasi di Indonesia jika hanya dilakukan dengan instrument- instrument moneter yang bersifat jangka pendek tidak akan cukup dalam memgatasi permasalahan inflasi.
Ketiga, masalah yang akan dibahas adalah tentang uang beredar. Menurut Hudaya, (2011) uang yang beredar adalah jumlah mata uang yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Senrral yang terdiri dari uang logam dan uang kertas termasuk uang kuasi atau near money yang meliputi deposito berjangka (time-deposit), tabungan (saving-deposit) serta rekening (tabungan) valuta asing milik swasta demostic. Hal ini dikarenakan uang kuasi dapat diubah menjadi uang tunai yang fungsinya sama seperti uang kartal.
Jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral dan jumlah uang yang diminta oleh faktor seperti tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Jumlah uang yang diminta masyarakat transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang tersedia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image